Setelah kemarin aku cerita tentang prosesi Tumplak Punjen, sekarang aku mau cerita tentang prosesi Bubak Kawah nii. Jadi ini salah satu prosesi yang akan aku lalui dalam acara Panggih nanti. Makna dari prosesi ini adalah untuk membuka jalan atau mantu yang pertama. Upacara ini dilaksanakan ketika orang tua mantu pertama dan mengandung makna pernyataan syukur kepada Tuhan dan mohon kepada Tuhan agar pengantin diberikan kekuatan jasmani dan rohani.

Bubak Kawah sendiri itu bentuknya seperti tandu yang diisi dengan berbagai macam barang. Biasanya sih barang-barang peralatan dapur. Seperti panci, piring, sendok, teflon dan lain sebagainya. Berikut adalah bentuk bubak kawah yang sudah dihias. Ini diambil dari multiplynya Istje Collection. Mbak Iis, numpang kopi ke blog yaa 🙂 :

Nah prosesinya Bubak Kawah itu sendiri kurang lebih seperti ini :

• Pertugas memikul bubak kawah menuju tempat pelaminan, kemudian pengantin pria dan wanita akan memeriksa kelengkapan bubak kawah.
• Kemudian bubak kawah akan dibawa petugas ke depan tamu-tamu untuk diperebutkan.

Huehehehe kebayang dunk rusuhnya. Soalnya mitosnya, kalau berhasil mendapatkan barang dari Bubak Kawah buat yang masih gadis biar enteng jodoh, atau yang sudah punya anak gadis biar enteng jodoh juga anak gadisnya. Biar ketularan gitu. Tapi kan percaya gak percaya. Dulu sih nyokap gw senang ikut bubak kawah biar bisa dapat teflon gratisan. Huekekekekekeke… 😆 Buat keluarga pengantin sih hitung-hitung bagi-bagi rejeki juga ke para tamu yang sudah datang.

Yang berat sih petugas pembawa bubak kawah itu. Biasanya dia akan terjebak di kerumunan ibu-ibu dan kebingungan sendiri. Ahiahiahiahiahiahia… 😆 Petugas pembawa bubak kawah biasanya dilakoni oleh saudara kandung pria pengantin wanita yang belum menikah, yang berarti disini adek gw tercinta dunk (yaa syapa lagi coba, secara aku cuman dua bersaudara 😛 ). Huahahahahaha siap-siap ya Go.. 😀

Tapi yang bikin aku sedikit takut.. Hmm kan buat keluarga aku yang Jawa totok sudah biasa banget ya dengan prosesi seperti itu yaa. Cuman aku worried nih, gimana kesan keluarga Sumatra nya si mas ya ? Nanti shock lagi melihat kerusuhan orang-orang berebutan bubak kawah. Apalagi Oma-Oma dan Opa-Opanya si Mas yang sudah sepuh. Hmm posisi duduk mereka juga harus diperhitungkan juga, biar tidak shock dan terganggu. Duh PR lagi niiih… Nyeh..nyeh..nyeh..

Hehehe tapi walaupun begitu, prosesi-prosesi inilah yang membuat aku semakin excited menjelang hari H nanti.. 🙂 Jujur yah, aku tidak merasa semua prosesi adat ini merepotkan. Aku malah melihatnya sebagai hal yang sangat menyenangkan. Keribetan-keribetan ini kan semuanya bagian dari Adat Istiadat yang membuat budaya kita indah, unik dan spesial. Hitung-hitung kita berpartisipasi melestarikan budaya kita sendiri bukan ? Mangkanya aku suka gak ngerti dengan orang-orang yang suka ngeluh. ‘Duh mau nikah aja repot sih.. ‘, ‘Duh banyak amat sih prosesinya..’ atau ‘Kenapa mesti ribet banget sih.. ?’. Yak, kelihatan banget kan generasi instan kayak apa kita ini ? Maunya semuanya serba instan dan cepat, padahal menikah ini kan kejadian yang insyaAllah seumur hidup sekali masa dibuat repot sedikit seumur hidup sekali saja gak mau sih ?

Pokoknya walaupun terlihat ribet, jika memang niatan kita baik dalam melakukan semua itu, terus selalu berpikir positif, insyaAllah deh akan selalu dipermudah jalannya oleh Allah SWT.. Amiin.. Amiin.. Ya Robbal Alamin.. 🙂