Financial 101: Pengaturan keuangan keluarga

Nampaknya masalah yang sama yang dihadapi oleh pasangan muda adalah bagaimana mengatur keuangan. Pengaturan di sini tentu saja tidak hanya berhubungan dengan belanja bulanan, tapi juga berkaitan dengan rencana finansial jangka pendek, menengah, dan panjang. Yang termasuk rencana tersebut di antaranya dana pensiun, dana naik haji, dana sekolah dan kuliah anak, beli rumah, beli mobil, liburan ke luar negeri, dll, yang pastinya bikin mata jureng kalo nge-list satu-satu.

Kecuali kita ini masih keturunan konglomerat, hal seperti ini tentunya adalah masalah pelik yang harus dipecahkan sedini mungkin. Sebagai referensi, silakan pantengin Hard Rock FM, 87.6 MHz (Jakarta only, atau bisa streaming lewat Internet dan Indovision) hari Kamis pagi. Acaranya Financial Clinic yang digawangi oleh Ligwina Hananto dari QM Financial.

Selain perencanaan keuangan, perlu dipikirkan pula tentang pembagian aset. Di Barat ada yang disebut sebagai prenuptial agreement yang mengatur pembagian aset antara suami dan istri. Budaya Timur tentunya tidak seterang-terangan seperti itu, biasanya sih common practice-nya adalah kebanyakan harga keluarga atas nama suami, sehingga jika suami meninggal lebih dahulu, hak warisnya tentu akan langsung jatuh ke istri. Di sisi lain, jika aset itu atas nama suami, pembagiannya (secara Islam misalnya) akan lebih berat ke anak lelaki.

Kembali ke perencanaan keuangan, aku dan istri biasanya menggunakan pendekatan pendapatan suami untuk keluarga dan pendapatan istri adalah hak mutlak istri untuk pemakaiannya. Ini kami sesuaikan dengan syariat Islam. Bedanya, biasanya saya potong dulu untuk membayar zakat dan utang Kartu Kredit BCA (bisa langsung dengan Internet Banking) sebelum dialokasikan sepenuhnya sesuai dengan rencana istri.

Secara umum, prioritas perencanaan keuangan kami adalah sebagai berikut:
  1. Pelunasan utang-utang. Utang kartu kredit harus dilunasi secepatnya, sedangkan utang model Kredit Rumah, Kredit Mobil atau Kredit Alat Elektronik seharusnya secara total tidak boleh lebih dari 30% total pendapatan keluarga per bulannya
  2. Penyediaan dana darurat. Dana darurat itu ditekankan oleh Ligwina berkali-kali karena dana darurat sangatlah berguna saat kita misalnya tidak mempunyai pendapatan dalam jangka waktu tertentu sementara kebutuhan tetap harus dipenuhi. Besarnya dana darurat ini berbeda-beda tergantung kebutuhan dan gaya hidup. Saya sarankan setidaknya keluarga muda (belum punya anak) dengan pendapatan tetap memiliki dana darurat sebesar 4-6 kali pengeluaran bulanan. Penyimpanannya dapat berupa 1 kali pengeluaran bulanan di rekening dana darurat, 3 kali pengeluaran bulanan di deposito atau reksadana pasar uang, dan sisanya dapat disimpan dalam bentuk emas atau reksadana pendapatan tetap/campuran. Sebagai awalan, coba sisihkan 10-20% pendapatan keluarga setiap bulan dan dalam waktu setidaknya 1 tahun target dana darurat bisa terpenuhi
  3. Investasi. Investasi seharusnya menjadi gaya hidup masa kini. Kenapa sih kita butuh investasi? Kita hidup di jaman yang sangat berbeda dengan jaman Bapak Ibu kita dulu. Gadget dan alat elektronik bertebaran di mana-mana, kartu kredit memudahkan kita melakukan segala macam pembayaran, sementara inflasi naik setiap saat dengan kejamnya. Menabung saja tidak cukup karena interest yang diperoleh sangat jauh jika dibandingkan dengan kenaikan inflasi dan kebutuhan di masa mendatang. Pembahasan investasi ini nampaknya bisa dipisah di satu post tersendiri, untuk sekarang ini cobalah mulai menyisihkan 10% saja dari pendapatan per bulan di akun reksadana saham. Perencanaan ini difokuskan sebagai biaya hidup saat pensiun kelak. Setelah stabil, silakan naikkan hingga mencapai 30% dari pendapatan bulanan.
  4. Passive Income. Setelah poin 1-3 terpenuhi, artinya secara disiplin kita bisa menyisihkan pendapatan kita untuk ketiga hal di atas, sudah saatnya kita melangkah lebih jauh untuk mencapai passive income. Biasanya sih dana untuk passive income kita kumpulkan dari dana sisa setelah dipotong sana-sini. Pembahasan tentang passive income juga bisa menjadi post tersendiri, tapi garis besarnya bisa berupa properti (apartemen, rumah, ruko, lapak di ITC) untuk disewakan, joint venture untuk membuat bisnis, dan investasi di bursa saham

Saya pikir banyak jalan menuju Roma, di mana Roma di sini adalah kebahagiaan sebagai tujuan akhir, sementara perencanaan keuangan adalah salah satu jalan terbaik untuk mencapainya. Sharing yuks tentang perencanaan keuangan keluarga masing-masing 😉

[thumbnail image]

19 thoughts on “Financial 101: Pengaturan keuangan keluarga

  1. nisa says:

    Hai Amir dan Anggi,

    Tertarik dgn posting kali ini..dan mau share..
    Aku (28 tahun) baru menikah bulan Oktober 2008 yg lalu..
    Item 1, kami sama sekali gak punya hutang kartu kredit atau cicilan lainnya..untuk rumah dan mobil, kami sudah mengerahkan seluruh uang tabungan semasa ‘single’ tanpa berhutang. Untuk item 1 dan 2 kurang lebih sama..item 4 belum sama sekali terpikirkan..

    Nah, yang bikin agak melenceng dari rencana keuangan adalaah, aku hamil pada bulan kedua pernikahan + pindah kerja dari perusahaan lama ke perusahaan baru (otomatis, biaya asuransi tidak mengcover biaya kehamilan dan persalinan ku, karena aku udah hamil sebelum masuk asuransi kantor)dengan terpaksa, dana investasi dialihkan terlebih dahulu untuk ‘biaya adek’ yang pastinya akan membengkak di bulan2 mendatang…sementara ini, aku dan suamiku tetap sepakat untuk tidak mengutak-atik ‘dana darurat’, namanya juga darurat..

    So..bagaimana menurut kalian??
    (ini jadi mirip ajang konsultasi ya..hehehe).

  2. Amir says:

    Hi Nisa,

    Nampaknya suami itu wiraswasta ya, karena tidak ada solusi asuransi kesehatan dari pihak suami. Yang perlu dipastikan sekarang adalah apakah alokasi dana (yang tadinya untuk investasi) tersebut cukup untuk meng-cover biaya kehamilan dan persalinan, karena tentunya biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Jadi saya pribadi tidak “keberatan” jika dana tersebut digunakan untuk kondisi seperti saat ini. Asal setelah masa persalinan selesai, dana investasinya dapat dikembalikan sebagaimana porsinya.

    Alternatif lagi, apakah mungkin ada asuransi kesehatan (dari third party) yang bisa meng-cover setidaknya sebagian dari biaya-biaya tersebut. Mungkin perlu dipikirkan, misalnya dari pihak suami, karena yang namanya sakit (atau hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan) itu biayanya agak susah diprediksi dan akan memberatkan keuangan keluarga. Saya ingatkan kembali bahwa kesehatan itu adalah investasi yang paling utama lho, karena kesehatan adalah aset utama kita 😉

    Untuk dana darurat, selama dana yang di atas masih bisa meng-cover, saya kira sudah OK jika dibiarkan seperti sekarang. Sukses ya dalam perencanaan keuangan keluarganya 😉

  3. nisa says:

    Hai Amir..

    Suamiku karyawan swasta, tapi sayangnya..kebijakan tanggungan asuransi untuk istri tidak 100%…hanya tercover 75% dari keseluruhan total biaya kesehatan (sedihnya..). Tapi, walaupun 75% aku kok tetep gak percaya diri dengan hanya mengandalkan asuransi itu…hehehe…(sebenernya itu masalahnya..)

    Well anyway, mudah2an berhasil dengan cara ini… :).
    Trims sharingnya daaan Good luck juga dalam rencana keuangan kalian berdua…

  4. justina says:

    hai Amir,
    pendapatan istri mutlak hak istri, pendapatan suami dipotong zakat & bayar kredit, sisanya kasiin ke istri.. hehehe.. jadi Amir ga kebagian dunk?? hihihihihihi…

    sharing, klo keuangan di keluarga poko2, suamiku memberikan duit belanja Rp x, sisanya dia tabung sendiri & untuk keperluan dia juga (biaya mobil, ongkos kereta+bis pp tiap minggu dll). sistem ini kami gunakan agar keuangan belanja dapat dikendalikan (yang x itu)..

    sisanya lagi? dialokasikan ketika diperlukan, kami memang tidak detail 😀 yg penting nabung + ada uang ketika perlu wakakakakakakakak..

  5. Amir says:

    Hi Justina,

    Secara agama sih memang begitu keadaannya, yang penting ada komunikasi dengan istri tentang segala penggunaan uang. Jadi ga masalah siapa yang megang uang, yang penting alokasinya jelas. Untuk duit belanja, kita juga mengalokasikan sejumlah X setiap bln kok 🙂

    Thanks for sharing ya bu 😉

  6. Afni Rustam says:

    Ass….
    saya sengaja menyasarkan diri lagi nih di postingan yang ini…

    bingung nih mo nanya kemana, mungkin mas Amir bisa bantu…

    soal investasi dan Asuransi, terus terang saya tidak terlalu paham soal bgtuan, mo nyari ngerti buka internet koQ malah ruwet ya… minta dijelasin sederhana aja investasi plus asuransi apa yang paling aman ya? kalo mas dan mbak sendri ikut investasi dimana, dan dlm bntuk apa?
    perhitungan ringkas’a gimana tuh..
    maap-maap kalo bikin puyeng..jawab’a nti-nti aja pas lg nyantai juga gak apa…
    Jazzakumullah sebelum’a

  7. Ayah Naurel says:

    Salam kenal,

    Lagi searching di google ttg topik investasi keluarga muda terus nemuin blog ini, maaf ikut coratcoret ya…

    Ngomentarin mbak Afni; pertanyaannya juga sempet jadi pertanyaan saya. Melihat tulisannya mas amir yang mengutip Ligwina Hananto pastinya akan bilang ‘SAY NO TO UNITLINK”….(tolong koreksi ya mas amir); karena sebagai media investasi terbukti tidak efektif. Kalo mau investasi ya ke reksadana sekalian atau saham atau investasi lainnya sedangkan kalo mau proteksi ya pake asuransi alias standalone saja. Begitu yang saya tangkap setelah menyimak penjelasannya.

    Sedikit pertanyaan utk mas amir; boleh saya tahu dasar hukum islam (QS or hadist) yang menyatakan bahwa income istri hanya utk istri?

    Thank you,

  8. Ayah Naurel says:

    Mas Amir,

    Thanks ya syariahonline-nya, wah jadi nambah referensi nih…ternyata ada ustadz online….jadi nanyanya gak melulu harus bertandang ke pengajian. 🙂

    Topik mengenai sharing income suami istri mustinya gak kalah seru dalam tema pengelolaan finansial keluarga. Apalagi hari gini, kayaknya suami dan istri bekerja sudah menjadi model keluarga khususnya di daerah urban; alias kayaknya kalo suami aja yang bekerja tidak bakal cukup untuk menghidupi keluarga yg kian hari kian membengkak.

    Sejujurnya topik ini sempet jadi obrolan sengit sama ibunya anak saya dan dia berpegang pada ketentuan “income istri hanya utk istri”, cuma pas ditanya dia belum nemuin dasarnya. Awalnya karena istri pengen berhenti kerja; fokus ngurusin anak krn pengasuh/pembantu gak ada yg awet tapi karena setelah itung pake excell kyknya financialy belum siap; trus ujung-ujungnya ngomongin hak dan kewajiban (sorry nih jadi curhat).

    Terus terang agak berat utk dipraktekkan secara murni; apalagi kalo asbabul nuzul istri bekerja krn memang utk mendukung kapasitas financial keluarga. Tapi setuju walaupun secara syariah telah ditetapkan, ujung-ujungnya adalah dimusyawarah scr baik melihat kondisi keluarga alias kalaupun sang istri msh harus bantu suami biar jadi ladang amalnya… 🙂

    Btw salut buat keluarga amir ya…semoga konsep tulisan bareng suami istri ini jadi langgeng, insyaallah nantinya bakal jadi buku laris sbg inspirasi keluarga indonesia.

    wassalam,

  9. noven says:

    sebenernya mau tanya investasi apa sih yang bisa membantu menambah penghasilan , yang aman dan bisa berlangsung lama sehingga bisa membantu keuangan suami,karena emang pada dasar nya walaupun istri saya bekerja tetapi pisah daerah dengan saya sedangkan kewajiban kita sebagai suami untuk menafkahi istri dan anak tetap sedangkan kita perlu juga dana tambahan unutuk biaya hidup ………dan setelah di itung2 biaya transportasi untuk mudik ketempat istri rutinnya lumayan besar ……. maaf kalo kurang jelas ini curhat skalian cari informasi

  10. Marietta says:

    Dear Mr.Amir,

    My big thanks utk sharingnya ttg financial planning, sangat informatif sekali. Untuk pasangan yang rencana merit taun depan blog ini sangat membantu kmi untuk segera menyiapkan rencana keuangan supaya ga amburadul nantinya :).
    Keep the good works..
    Salam buat Aghnan dan Mrs. Kamiruddin

  11. Sha Monoarfa says:

    Assalamualaikum pak..
    Saya wanita 22 tahun, ada rencana menikah 2-3th mendatang. Saya dan calon bingung membagi keuangan masing-masing kami, dalam hal ini adalah skala prioritas, antara lain dana pernikahan dan dana pembelian rumah. Kami ingin membiayai pernikahan kami sendiri tapi di sisi lain kami ingin menyegerakan membeli rumah, takutnya nanti bunga kpr akan semakin naik tiap tahunnya. Menurut anda sebaiknya kami menabung yg mana dulu?. Terima kasih atas informasinya di atas.

  12. Mr.Karimuddin says:

    Hi Mbak Sha,

    Apa mungkin bersama-sama? Saya pikir melihat prioritas sebaiknya biaya pernikahan terlebih dahulu.

    Untuk KPR rumah, pastikan tabungan (minimal untuk uang mukanya) dilakukan dengan memperhitungkan inflasi beberapa tahun ke depan.

  13. Mr.Karimuddin says:

    Hi Noven,

    Kesalahan konsep:
    – Investasi bukan untuk menambah penghasilan
    – Tidak ada investasi yang 100% aman

    Tujuan investasi adalah mencapai tujuan-tujuan finansial. Harus ada angka untuk targetnya dan berapa banyak yang bisa dikeluarkan.

    Untuk “penghasilan tambahan”, mungkin Anda bisa menjadi pemegang saham pasif untuk suatu bisnis yang dikelola oleh saudara/rekan/siapapun. Kembali lagi, pendapatan dari bisnis bukanlah yang bebas risiko.

Comments are closed.