Dari dulu aku selalu mengkonotasikan tinggal di Arab Saudi itu dengan kata PANAS dan GERSANG. Belum lagi dengan batasan-batasan yang dihadapi oleh kaum perempuan disana. Dan berbagai macam kasus penyiksaan TKW disana ๐ .Gak kebayang ada kehidupan “normal” dan “enak” disana, dan selalu berasumsi ke Arab ya buat naik haji atau umroh saja. Gak buat liburan apalagi buat tinggal dan hidup disana. Tapi semenjak baca buku Bunda of Arabia ini jadi tergugah pandangan aku tentang tinggal di Arab Saudi.
Buku ini dikarang oleh 9 ibu Indonesia yang ikut suaminya dan tinggal di Jeddah. Salah satu penulisnya pun pasti sudah dikenal atau pasti sudah pernah dengar karena pernah menulis tulisan inspiratif di The Urban Mama. Yup, Jihan Davincka yang juga pengusung blog Mama Sejagat. Di buku ini menceritakan pengalaman mereka tinggal disana. Dan pengalaman yang ditulis pun beragam. Dari mulai cerita wisata, memilih tempat tinggal, tips menggunakan transportasi umum, kehidupan orang-orang di Arab sampai tips berbelanja di Arab. Ditulis dengan gaya bahasa santai dan sehari-hari, membuat buku ini informatif banget dan enak banget dibacanya ๐ . Sesungguhnya buku ini lumayan merubahย mindset awal saya tentang Arab Saudi yang selama penuh dengan konotasi negatif.ย There is always two side of the coin right?ย Dan buku ini membuka pandangan aku tentang hal-hal positif yang ada di Arab Saudi. Dan beberapa hal positif ini cukup membuat aku iri. Kenapa?
Well let see,ย ย makanan disana Halal semua. ย Halal kesannya sepele di Indonesia. Cuman setelah menjelajah forum tentang halal atau tidaknya makanan di The Urban Muslimah, aku jadi sedih dengan keadaan bahwa di Indonesia masih banyak restoran yang kehalalannya dipertanyakan. Padahal mayoritas penduduk itu kan muslim kan? Tapi ya restoran yang menyajikan alkohol dan daging/minyak babi tuh banyak dan ijinnya dikasih lagi. Sedang kalau tinggal di Arab sudah dipastikan semuanya halal. Bahkan yang bikin tercengang, mereka bisa makan cocktail halal. Mungkin biasanya dibilang Mocktail. Cocktail, yang mana namanya seperti yang dijual kalau pake alkohol, macam Sangria, Mojito dan Champagne. Sungguh aku penasaran rasanya Mojito kayak gimana. Ke Jeddah dulu apa buat ngerasain? ๐
Terus harga bensin 1000 IDR/liter. Iri kelas berat. Kalau Indonesia kayak begini mah gak mikir mau beli mobil apa. Sekarang kan mau beli mobil selalu nanya berapa banding berapa bensinnya. Apalagi disana gak ada motor! *yangtinggaldiJakartapastimengertirasanyamenghadapilautanmotoryangkadangbisaseenakenaknyadijalanraya*. Dan jalan rayanya pun bagus dan gak tambal sulam seperti di Indo.
Dan ter-iri sejagat adalah mereka bisa naik haji atau umroh disaat yang “tepat”. Mereka bisa ngalamin masa-masa sepi haji dimana bisa ย mencium hajar Aswad dengan mudah. Dan curhat sepuasnya sama Allah di depan Ka’bah atau di Ar-Rawdah. Apalagi di masa-masa sepi tersebut hotel-hotel berbintang menawarkan harga-harga yang ciamik. Luar biasa ya.
Masih banyak lagi cerita-cerita menarik yang bisa menginspirasi kita di buku ini. Dengan harga 32.ooo IDR + ongkos kirim dari Depok, anda bisa menenggelamkan diri ke dalam petualangan mereka di Arab Saudi. Yang tentunya gak kalah seru dengan cerita 1001 malam, hihihi. ย Tertarik punya, bisa cek ke link ini ya ๐
Happy reading ๐
thank you untuk resensi singkat bukunya.. mau pesen ah..
[Reply]
setelah merinding disko membaca petualangan @vabyo di Kedai 1001 Mimpi (yg bikin jadi parno abis), nampaknya buku ini boleh banget ya dibaca. kayak kata mbak anggi, “There is always two side of the coin…” ๐
[Reply]
dapet gratis dari Jihan lo ya hahaha
[Reply]
Mrs.Karimuddin Reply:
July 25th, 2012 at 2:07 pm
hehehehehe Lia ga asik nii.. ๐
[Reply]
Jihan Reply:
July 25th, 2012 at 3:01 pm
Ahahahahahaha… thanks ya Nggi :P. Iya ih, Lia gak asik :P.
[Reply]
liactk Reply:
July 26th, 2012 at 12:13 pm
siapa siapa yang ga asik hahaha,,,, ah gw jg ah bikin di blog :p siapa tau kalo JIhan jadi arteisss dy inget ama gw jg ๐
Anggi, aku juga suka baca blognya. Kalo bukunya belom sempet beli X)) waktu suami pindah ke saudi kmrn jg baca2 blognya. Tips2nya bagus juga. Walaupun benernya enak di riyadh atau jeddah. Sementara suami ke dammam (yg ada di bukunya @vabyo) Awal2 disana suami cerita, jiper berat sih Nggi, soalnya kan gak ada mobil ya, jd kalo mau naek taksi hrs jalan 1-2km keluar kompleks kantor pas summer gini pulak, hihhihi. Mana di dammam katanya lebih gak aman dibanding 2 kota itu.
Eh pas di qatar, aku nyobain mojito di TGIF klo gak salah. Rasanya lumayan laah, dibanding dulu pas versi yg gak halal, hoahahaha *ditujes suami*
[Reply]
Mrs.Karimuddin Reply:
July 26th, 2012 at 7:59 am
Aaaahhh kepengen banget deh nyobain Mojito halal! Tequila halal ada gak ya? Jadi kangen.. *loh* ๐
[Reply]
sepertinya bukunya bagus ya…mau beli ah ๐
Mungkin salah satu alasan knp perbandingan restoran halal dan non halal di Indo itu sama banyaknya, karena negara kita mengakui dan menghormati adanya perbedaan agama dan kepercayaan Nggi, walaupun mayoritas negara kita pemeluk agama Islam. Sementara di Arab sana kan mereka emang negara muslim, jadi ya mungkin sdh ditetapkan apa2 harus halal semua, krn sdh tercantum dalam hukum atau peraturan negaranya kali ya, CMIIW. Jadi sbg negara indo, tinggal pinter2 kita aja cari makan di resto yg halal thoyibban. Just my 2 cents
[Reply]
Mrs.Karimuddin Reply:
July 26th, 2012 at 10:55 am
Tapi menurut gw, harusnya bisa lebih bijak aja. Katakanlah penduduk muslim di Jakarta 70% dari total penduduk Jakarta. Kenapa gak ijin mendirikan restoran halal dan non halal bisa dikasih kuota 70% restoran halal dan 30% restoran non halal. Kayak misalnya penduduk kristen lebih banyak di Menado misalnya. Mau restoran non halal lebih banyak drpd yg halal gak masalah. Sesuai kebutuhan banyaknya mayoritas masyarakatnya aja.
Ironis aja buat aku di negara muslim paling banyak sedunia *eh bener gak sih* tapi nyari restoran halal sesungguhnya lebih menantang. Lagipula sih buat non islam, mau restoran halal semua mereka juga bisa makan. Sayangnya gak vice versa buat kita yg muslim. IMHO.
[Reply]
fenty Reply:
July 27th, 2012 at 11:03 am
ah ya bener juga tuh Nggi, disesuaikan dengan proporsi mayoritas pemeluk agama di suatu daerah. Ayo berharap yg berwenang ada yg baca usulan loe ini Nggi, biar bisa jadi masukan ๐
[Reply]
Hi Anggi, sering baca tapi jarang komen.. iyaa ya emang enak, mungkin itu karena Arab Saudi salah satu negara penghasil minyak dunia terbesar. Makanya bisa makmur gitu, apalagi kalo anggota kerajaan. Jeddah juga termasuk kota yang modern dibanding kota-kota lain di Arab. Masih tourist friendly katanya. Hahaha jadi gimana, ganti kuliah ke Arab ajahh? kata temen-temenku yang kuliah di negara Timur Tengah emang yang paling enaknya bisa sering umroh dan kalo mau haji juga gampang. Tapi gapapa Ngi…di Boston, yang jual halal meat deket BU kok lokasinya (semoga belum pindah ya). Cuman ya itu, kalo jajan di luar musti hati hati, curiga deh sama yang enak enak hihihihi
[Reply]
Mrs.Karimuddin Reply:
July 26th, 2012 at 3:42 pm
Gak bisa bahasa Arab. Hehehehe. Nanti lost in translation gak kuliahnya? Oh iya ada ya jual halal meat. Noted, nanti coba dikulik infonya deh Len. ๐ TFS ya ๐
[Reply]