Yah seperti tahun-tahun yang lalu, mbak nya Aghnan dan ART pulang kampung menjelang lebaran. Bahkan lebih cepat dari biasanya, soalnya pengen mereka bisa balik sebelum aku berangkat. Jadi ya, walaupun liburan di rumah, selamat datang lah kepada pekerjaan domestik yang menanti. Suprisingly , tahun ini kita jauh lebih santai ngadepinnya. Yes, urusan ngebersihin rumah masih sama ribet dan banyaknya dari tahun lalu. Tapi somehow aku sama mas udah sinergis banget kerjanya. Jadi tau harus ngapain aja dan kapan aja. Dan super pengertian satu sama lain. Disaat gw udah mulai kecapekan, ayah langsung take over kerjaan. Pas ayah masih sibuk sama kerjaannya aku yang megang semuanya. Gw yang biasanya super bossy urusan beberes rumah salut banget sama si mas tahun ini. Baru pengen gw tanyain suatu hal eh udah rapih aja di kerjain sama si mas. Dan biasanya kalau kerjaan beres kita selalu high five barengan. Nah tahun ini kayaknya high five nya sering banget, berarti everything is on track . 😆
Ditambah mungkin faktor Aghnan yang udah lebih gede, dan lebih mandiri dari tahun lalu. Bahkan udah bisa disuruh bantu yang simpel simpel. Jadi lumayan ngebantu. Walau yee, namapun masa transisi gak ada si mbak, pasti ada aja kelakuannya si bocah yang ajaib. Maklum, kebiasaan dikelilingin banyak orang, trus rumah tiba-tiba sepi kan pasti aneh buat dia. Sekarang transisi gak ada si mbak, nanti transisi gak ada Bunda, bahkan nanti pas udah di Boston pun dia harus transisi hidup bertiga aja sama Ayah Bunda, gak ada mbak nya dan para Eyang dan Om. Masa- masa transisi itu emang gak selalu gampang, gw cuman berharap Aghnan bisa tough dan cepet beradaptasi dengan lingkungan barunya ya.
Mungkin ini salah satu negatif nya membesarkan anak bareng-bareng orang banyak. Maksud, Aghnan terbiasa dengan kehadiran para Eyang, para Om dan mbak nya. Jadi kalau cuman bertiga aja jadi kaget buat dia. Tapi yang positifnya ya Aghnan gak bakal kurang kasih sayang. Stok kasih sayang berlimpah dari mereka selain dari orang tuanya dong. I guess too much love never harm your kiddo right? Cuman ya disaat situasi berubah ini yang tricky . Tinggal gimana kita bisa pinter kasih pengertian ke dia. Pe-er lagi sih, but I’m sure we will get through this . 🙂
Yang jelas aku enjoy juga sih ke-bertigaan kita ini. Kalau ini jadi bayangan hidup kita nanti di Boston, well I’m up for it 🙂 . Jadi inget kata salah satu bos di kantor. Hidup mandiri sebagai keluarga di luar negeri itu sesungguhnya gak gampang. Ada yang keluarga nya makin kompak setelah tinggal di luar negeri sendirian, tapi ada juga yang berakhir dengan perceraian. Amit-amit jabang bayi buat yang kedua ya. Harapan gw sih semoga kalau kita udah bertiga kumpul di Boston, kita bisa lebih kompak dan solid. Terutama aku dan mas, bisa lebih sinergis sebagai suami istri. Amiin Amiin.. Gak gampang sih. Tapi insyaAllah bisa yah.
Gak berasa udah 2 hari lagi menuju Lebaran. Yang lagi mudik atau udah mudik, have fun di kampung halaman ya. Yang di Jakarta aja, selamat menikmati Jakarta yang lengang yaa.. 🙂 Selamat beberes rumah, masak-masak buat lebaran dan semoga semuanya bisa menikmati hari kemenangan dengan orang-orang terkasihnya. Amiin.. 🙂
Hehehe…bener banget Nggi…nanti pas uda disana, dan menjalani beberapa bulan kehidupan setelah Amir dan Aghnan datang, kamu akan kaget dan kagum sama diri kamu sendiri ketika ternyata kamu bisa menjalankan semua peran sekaligus: as a graduate student, as a mom, and as a wife, without any maid 🙂
Been there, done that. Aku juga pas sekolah menjalani semuanya bertiga. Kadang-kadang pulang dari library kampus jam 2 pagi, langsung lanjut masak, takutnya pagi-pagi gak sempat…hahaha…trus tidur, besoknya pagi-pagi ke kampus lagi setelah menyiapkan segala keperluan anak dan suami. Jadi aku sekolah sambil ngurus anak, ngurus rumah, ngurus suami. Begitu liburan, langsung jalan-jalan keliling Amerika sama keluarga. Study hard, play hard. Nangis bombay uda biasa. Terutama kalau kesulitan mengerjakan tugas kampus. Makanya diskusi kelompok itu membantu banget. Sering-sering belajar kelompok sama temen-temen yang pinter-pinter dan rajin. Secara kita sudah sekian tahun meninggalkan dunia kampus, sementara temen-temen kuliah kita umumnya masih fresh graduate. Dunia kerja dan dunia kampus terasa benar-benar jauh berbeda. Pada akhirnya semua perjuangan tidak akan sia-sia. Aku pulang dengan membawa GPA 3.75 out of 4. Di kantor kita, GPA minimal 3.71 akan memberikan kondite 4 🙂 Kalau aku aja bisa, pasti Anggi juga bisa. Semangat ya Nggi….
And then after going back to our home country, you’ll miss every single thing, every moment there, where life’s much simpler than here. Bersyukur diberi kesempatan sekolah karena selain dapat ilmu, juga dapat banyak pengalaman hidup yang sangat berharga.
sekali lagi, selamat ya Nggi….selamat menempuh “hidup baru” di negeri orang, yang akan memberi banyak ilmu dan pengalaman berharga….XOXO
[Reply]
Oia, Anggi masih mending loh uda hobi masak sejak disini, dulu aku bener-bener mulai dari 0 besar! hahaha…tapi akhirnya memasak malah jadi hobby dan hiburan! menyenangkan sekali…
Hidup bertiga aja di luar negeri malah bikin kami jadi team work yang kompak dan solid….mudah-mudahan Anggi nanti juga ya….
Jangan sampe *amit-amit* kayak yang jadi divorced itu….I know them and I was there with them, and couldn’t believe that it happened, even until now…so sad but true… Mudah-mudahan kita semua terhindar dari hal-hal buruk ya Nggi….amiiin
[Reply]