Proyek renovasi yang seabad rasanya akhirnya, yes, akhirnya selesai sudah. GIlingaaaaaan lamanyaaaa. Dari mulai drama dapetin IMB, terus ke postpone aku hamil Argen dulu, terus urusan pindahannya, belum lagi drama pada saat proses renovasinya, sampai dititik ini rasanya bahagiaaa banget. Iyalaah soalnya kayak never ending project. Kita kayaknya renovasi ra uwis-uwis belum lagi kesalip teman berkali-kali dan kayaknya kok bikin semakin gemaz. Belum lagi ditambah ke OCD an gw yang membuat semua proses double ribetnya.
Ya gimana gak ribet, gak bakal disetujui untuk dikerjain kalau aku belum lihat/kebayang visualisasinya kayak gimana. Milih jenis dan warna tegel bisa kali sebulanan sendiri. Mesti harus kudu browsing pinterest dulu. Udah browsing terus harus dibanding-bandingin dan dibayangin. Belum lagi harus ekstra cari sana sini kalau apa yang di browsing itu agak gak biasa dijual di Indonesia. Bahahahaha, sok bule sih kadang-kadang. Udah gitu OCD gw kayak meningkat berkali-kali pada saat renovasi. Gw kayak punya obsesi dengan simetri dan kerapihan. Miring dikit gw minta ulang. Gak sejajar minta ulang. Kayaknya tukangnya tiap gw inspeksi udah stres duluan hahahaha.
Tapi yah, emang bener kata nyokap, semua itu ada prosesnya. Gak usah terlalu terburu-buru menurut versi kita karena Allah sudah mengatur yang terbaik. Mungkin memang diatur harus lama supaya bisa ada waktu buat menyediakan biayanya, dikasih waktu buat mikir keseluruhan desainnya secara utuh, bisa ngecek bolak balik sampai paripurna dan yang terpenting memastikan bahwa yang dilakukan sudah memikirkan berbagai macam aspek.
Menurut pengalaman kemarin, renovasi memang lebih rumit dibanding bangun baru. Kalau bangun baru ya tinggal bangun baru. Kalau renovasi ya kita harus pusing bolak balik pindahan, mensortir barang-barang lama (#MarieKonfoLyfe) dan bagaimana caranya mencoba mereuse kembali komponen-komponen rumah lama yang kualitasnya masih sangat bagus ke rumah baru.
Konsep renovasinya itu memang unik. Buat yang follow instagram aku pasti sudah familiar dengan hashtag #TheKarimuddinsHybridHome. Why hybrid? Karena renovasi ini dilakukan dengan mempertahankan bangunan asli rumah lama (yang dibangun circa 40an) dan memadupadankan dengan bangunan baru. Awalnya aku jujur I couldn’t care less terhadap konsepnya kayak gimana, kasarnya kalau mau dihancurkan semua bangun baru juga gpp. Tapi arsitek-arsitek kita ini punya visi bahwa bisa kok melakukan renovasi dengan mempertahankan bangunan asli dan mendapatkan semua kebutuhan baru yang kita inginkan dari sebuah rumah. Yes, memang terbukti bisa. Walau memang prosesnya gak gampang. Kalau kata arsiteknya kan “kadang merawat yang sudah ada itu tidak semudah membangun dari awal. Macam hubungan gitu.” Haseeek..
Kenapa sih awalnya kita butuh renovasi? Kita mewarisi rumah yang banyak masalahnya. Luas rumah yang sebetulnya besar tapi terasa sempit. Pencahayaan yang kurang, mendung sedikit rasanya kayaknya harus menyalakan seluruh lampu dirumah. Debit air yang kurang (karena pipa nya masih pipa lama). Pengaturan ruangan yang aneh (karena faktor renovasi tambal sulam pada tahun 70an). Serta bocor berulang-ulang ditempat yang sama (kembali karena faktor renovasi tambal sulam juga).
Pilihannya waktu itu beli rumah baru atau ya meworkout rumah 3 generasi ini menjadi sesuatu yang lebih baik (plus ganti nama di sertifikat rumah). Sesuatu yang lebih liveable. Menimbang sentimental keluarga besar, jadinya kita memilih opsi yang kedua.
Mengingat masalah-masalah yang ada sebelum renovasi, jadi goals kita adalah bagaimana rumah terasa luas/lapang (sesuai dengan luas yang sebenarnya), bermandikan cahaya (maklum, sebelumnya fakir cahaya), mempunyai sirkulasi udara yang bagus (biar gak usah pasang AC seharian), mempunyai saluran air dan debit air yang lancar dan yang terakhir harus instagramable.. 😛 #renovationgoals .
Ke depannya aku dan suami punya visi bagaimana punya rumah yang hemat energi. Oleh karena itu atap yang baru dibuat supaya bisa menampung banyak solar panel. Selain itu suami juga mulai punya obsesi terhadap “smart home” yang bakal jadi masa depan. Tinggal pilih mau digawangi Alexa atau Google.. 😛
Bakal cerita lebih lanjut tentang desainnya Hybrid Home di postingan berikutnya (insyaAllah, kalau gak lupa ya wkwkwkwk). Yang penasaran bisa cek di instagram aku aja, atau bisa lihat sneek peak sebagai berikut.
Will be back with more story about this Hybrid Home.. Hopefully soon!
Suka banget sama rumahnya mbaaak! Congrats yaa buat #TheKarimuddinsHybridHome -nya ???
Mbaaa
Suka banget sama rumahnya.. Rumah mba persis rumah mamaku.. Rumah 40an yang ud renov tambal sulam jd rasanya masalahnya itu-itu aja.. Seneng liat tulisan ini secara mamaku jg mau renov rumah.
Salam kenal mba
Raras
Wah ini yang aku tunggu2. kebetulan aku lagi mau renovasi rumah. tapi lagi musim hujan. jadi aja mundur terus. very well noted masalah IMB. berarti urus dari sekarang aja ya IMBnya. mana tau susye juga *knockonwood
btw bolehkah aku minta design rumahnya mba? buat cari inspirasi. pas banget aku mau taman begitu juga di rumah