Mungkin itu jeritan beberapa orang menghadapi pilpres 2014 kali ini. Ya abis gak dimana-mana kayaknya HOT banget diskusinya. Bahkan sampai membuat fanatisme dimana-mana. Reaksi orang-orang sih macam-macam. Ada yang cuek aja, ada yang semangat jadi simpatisan / relawan sehingga memenuhi Time Line di Social Media tentang capres idola, ada juga yang udah gak tahan ngeliat sekitarnya kampanye jagoannya masing-masing sehingga berujung unfollow beberapa teman-temannya yang getol promosi capres idamannya atau ekstrimnya malah memutuskan memilih capres karena simpatisan capres seberang dinilai gak santun/ekstrim/fanatis. Belum lagi ditambah issue black campaign dimana-mana ditambah keberpihakan beberapa media cetak, elektronik dan blog pun bikin semuanya jadi bias. Oh sama satu lagi, pasti makin gengges ketika WA grup mulai di invasi kampanye capres 😀
Kayaknya riweuh banget ya, pake drama dimana-mana. Tapi bok, aku malah senang melihat keriweuhan ini. Inilah namanya proses Demokrasi tumbuh di Indonesia. Kalau masih banyak kurang-kurangnya ya wajar namapun kita masih baru berdemokrasi 16 tahun kan. Jangan dibandingin sama Amerika yang udah berabad-abad berdemokrasi, itu pun juga pasti ada ups and downs nya. Kita boleh bersyukur disaat masyarakat Venezuela masih berjuang buat protes sama pemerintah (seperti flash back tragedi 1998 Indonesia), negara Cina yang disebut macan Asia dengan GDP besar tapi ya rakyatnya gak punya hak untuk memilih siapa wakil rakyatnya dan negara tetangga Thailand kembali diduduki oleh kudeta militer, kita masih bisa menyuarakan aspirasi kita buat berdemokrasi. Walau kadang-kadang emang keliatan kayak Democrazy. Hihihi.. Tapi itu semua proses pembelajaran. Masyarakat kita juga sedang belajar juga.
Continue reading →