Siapkan Diri, Kuatkan Hati dan Belajar Ikhlas

Akhirnya dimulai juga postingan dengan kategori weaning. Cepat atau lambat bukan? Apalagi Aghnan sudah menginjak 18 bulan usianya. Yang berarti 6 bulan lagi menuju genap 2 tahun menyusui. Masih 6 bulan lagi kok udah heboh dari sekarang? Karena ya proses weaning with loveย itu prosesnya gak gampang dan panjang. Setidaknya sudah mulai di woro-woro dari sekarang.

Mulai deh dari kemaren mulai ngubek-ngubek baca thread di TUM tentang weaning from breastfeeding. Baca satu-satu persatu cerita dan pengalaman para mamas yang sudah weaningย gak berasa aku jadi mewek sendiri di kantor. Langsung deh tergampar dengan keras kalau masa-masa indah menyusui pun sudah akan selesai di depan mata. Di satu sisi belum bisa rela kalau semua itu akan berakhir. Ngebayangainnya aja rasanya badan srengeng-srengeng (baca: meriang).
Continue reading

Berjuang Sampai 2 Tahun..

Hari ini hari Susu Nasional looh dan pas genap Aghnan umur 14 bulan. Sedihnya sudah lengkap seminggu lebih aku masih struggling sama nyusuin Aghnan langsung dan bergantung sama UHT. UHT bagus buat Aghnan, cuman selagi bisa tetap pengen memberikan ASI/ASIP 30% dari pemberian ASI dan UHT perhari nya. Aghnan sehari bisa habis 400 ml UHT ditambah 200 ml ASIP.

Issue nya sih sama kayak kemaren dulu. Gigi nya Aghnan mau nongol, dan emang gusi bawahnya dia bengkak banget. Kemarin sih udah nongol 2 kan. Entah ini mau nongol berapa lagi. Yang jelas sedih karena nyusuin painful banget. Ya abisaan, karena gusinya gatel ya jadi dia jadi gigit-gigit waktu nyusuin. Emang sih wajar, cuman aku horor dan sedikit trauma, karena terakhir kali nyusuin, puting sampai lecet dan berdarah. Another episode of bloody breastfeeding.

Akhirnya dipaksa kasih asip sama si mama, soalnya biar aku gak semakin trauma. Hypnoparenting sih jalan terus. Cuman kalau ngelihat bengkak gusi nya dia sih ya aku kasian juga. Wajar banget dia gigit-gigit. Apalagi terakhir kayak gini Aghnan keluar gigi langsung 4. Cuman kalau terus-terusan kasih ASIP, takutnya produksi ASI makin berkurang (dan iya terasa berkurang) karena tidak disusuin Aghnan secara langsung. Walau memang masa kejayaan produksi ASI sudah lewat (karena ASI sudah jadi pendamping makanan). Tapi setidaknya pengen tetap menjaga produksi biar bisa memberikan ASI sampai 2 tahun.

Mompa ASIP di kantor sih masih. Setok di freezer juga masih ada walau tinggal belasan. Issue nya ya menyusui langsung. Membayangkan gak bisa menikmati lagi masa-masa menyusui langsung bikin aku stres dan mewek. Karena buat aku menyusui langsung itu adalah momen paling romantis buat gw. Ngalahin waktu dilamar sama ijab kabul dulu (maaf ya ayah ๐Ÿ˜‰ ).ย Apalagi semenjak dia minum UHT (yang alhamdulillah dia doyan dan tidak alergi), sempat merasa pupus harapan buat lanjut menyusui lagi. Tapi ngebayangin menyapih dini bikin gw mellow gak karuan. Ya gitu Aghnan minta nenen, gak tega kasih asip aku susuin langsung tapi begitu di gigit aku nangis-nangis. Dan siklusnya begitu terus. Dilema gak sih. Everyday is a battlefield. Well, I guess breastfeeding is a battlefield for me. ๐Ÿ™

Tapi untung aku dikelilingi support group yang positif ASI. Timeline di twitter aja tiap hari seliweran ngomongin ASI. Dan apalagi baca tulisan Mommies Daily yang bilang Breastfeeding is Worth Fighting For. Hiks, dan mereka benar. It’s truly something worth fighting for!!. Apalagi kemarin baca tulisan nya Adenita di The Urban Mama soal Tongue Tie yang bikin putingnya bolong kayak kawah di gunung dan bikin Adenita sampai demam bolak balik. Ouch.. Perjuangannya luar biasa dan membuat aku untuk menggampar diriku sendiri karena sudah ingin menyerah dan terlena dengan kemudahan memberikan UHT.

Alhamdulillah kalau malam sekarang sudah aman menyusui langsung. Tapi mungkin karena dia masih agak ngantuk dan belum sadar sepenuhnya. But it’s okay. Aku sekarang suka tidur agak malam, nungguin Aghnan bangun minta nenen supaya bisa menikmati masa menyusui yang romantis sambil mengelus2 mukanya saat bobo.. :’)

Doakan kami yaa. Semoga masa-masa ini akan lewat dan sebentar lagi aku akan bisa menyusui langsung lagi (pagi-siang-malam) yaa. ย Mari berjuang untuk menyusui langsung sampai 2 tahun. Berjuang dengan semua daya upaya yang ada. Cemunguuuudddhhh!!

Dan Aku Pun Memompa di Cubicle..

Apa mau dikata, menjelang akhir tahun kan biasanya memang deadline menggunung. Rasanya waktu kerja biasa tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan. Biasanya waktu jaman masih belum ada anak mah ya lembur masih ok lah. Tapi sekarang kok kayanya gak ikhlas ya kalau harus lembur demi menyelesaikan pekerjaaan. Sebisa mungkin harus bisa di maintain agar masih bisa ketemu dan main sama Aghnan sebelum Aghnan bobo.

Tapi demi menghindari lembur ini biasanya waktu untuk memompa jadi tidak maksimal. Karena kadang memompa sendiri memakan waktu cukup lama. Paling cepat 15 menit lah. Kadang malah kalau lagi penuh-penuhnya bisa habis setengah jam sendiri. Dan biasanya setelah selesai mompa aku suka lupa terakhirnya itu ngerjain sampai mana. Perlu loading lagi dan itu makan waktu lagi.

Jadi demi berhemat waktu dan efektifitas dalam bekerja akhirnya mulai awal bulan lalu aku coba untuk full memompa di cubicle. Senjata utama untuk mompa di cubicle adalah Nursing Apron. Oh God Bless whoever invented this tool ๐Ÿ˜€ . Teorinya adalah, di mall aja aku berani mompa atau menyusui cuman ditutupi nursing apron, kenapa di kantor tidak? Uhmm yeah, awalnya sih sungkan sama para kolega yang lebih banyak berjenis kelamin pria. Tapi toh, intinya kan tidak terlihat sama sekali dengan menggunakan nursing apron. ๐Ÿ˜€

Pertama kali nyobain aku cuman bilang: “permisi, mau mompa nih, maaf ya kalau berisik” . Hehe itu pun juga kayanya gak ada yang mudeng, soalnya pada kerja pasang kacamata kuda (baca: pasang earphone sambil denger musik ๐Ÿ˜› ) Aku pakai hand sanitizer dulu, ngerakit pompanya, pasang nursing apron, pasang pompa nya ke payudara (didalam nursing apron), bismillah dan mulai mompa deh.

Hasilnya setelah satu bulan? Lumayan efektif. Sehari bisa mompa lebih banyak tanpa memakan waktu kerja yang banyak :D. Biasanya kalau tangan kiri pegang pompa, tangan kanan bisa balas email dari bos. Atau makin kesini, karena makin jago. Pompa bisa di sangga sama ujung meja kerja dan paha, dan tanganpun bisa bebas ketak ketik kerjaan. Kemudian nyuci dan sterilize mompa sekalian kalau mau ke toilet. Hehehe multi tasking memang jagonya wanita yak ๐Ÿ˜€

Lucunya sih bikin amaze rekan kerja dengan kegiatan aku memompa di cubicle ini. Bahkan pak bos dan ibu bos pun terkesima sekaligus penasaran aku pakai breast pump model apa, kok bisa mompa di cubicle. Quoting pertanyaan pak bos ke ibu bos “Itu Anggi kok mompa nya bisa gak ngumpet-ngumpet kayak yang lain sih? Pakai breast pump model apa?” Hehehe, kan breast pump jaman sekarang kan canggih pak bu. Dan again, kuncinya adalah nursing apron saja ko ๐Ÿ™‚

Oh iya beberapa tips jika ada yang ingin mengikuti caraku untuk mompa di cubicle:

  • Wajib punya Nursing Apron ๐Ÿ™‚
  • Wajib pakai blazer/cardigan panjang untuk menambah keamanan tutupan samping dan belakang
  • Waktu memompa usahakan 2 kancing diatas tertutup. Jadi better buka kancing dibawah yang tertutup dengan nursing apron.
  • LDR dapat dipicu dengan mendengarkan suara anak. Biasanya aku kalau mompa di cubicle, pasang ipod isi suaranya Aghnan. Atau melihat video nya Aghnan via blackberry. It helps buat memicu LDR aku ๐Ÿ™‚

Memang sih awalnya pasti canggung dan kikuk. Tapi practice makes perfect ๐Ÿ™‚