The Book

Akhirnya dapat juga buku perdana nya Ligwina Hananto πŸ™‚ . Pesan di inibuku.com dapat diskon 25%. Sayang rada kecewa sama pelayanannya inibuku.com . Gak ada kejelasan apakah bayarnya COD, pakai transfer atau CC. Di email balik gak dibalas. Cuman dapat konfirmasi. Dan email selanjutnya adalah konfirmasi pengiriman dan ternyata pembayarannya COD. Untung orang rumah punya uang cadangan. Kalau gak kan repot. Tapi berhubung diantarnya cepat jadi gak begitu kecewa.

Semalam baru mulai baca dan langsung sampai halaman 117 dan akan aku habiskan hari ini. Enak banget baca bukunya, tata bahasanya mengalir. Dan buku pun di tulis dengan gaya bahasa nya Ligwina yang khas. Lugas, sedikit nyentil tapi komprehensif dengan menyajikan data-data yang akurat.

Ini buku WAJIB PUNYA buat semua golongan menengah Indonesia ya. For better Indonesia, kita harus benahi diri kita sendiri agar bisa membantu sesama πŸ™‚ Syemangaatt!! *pasangikatkepala*

Update: Buku ini candu banget, akhirnya aku bisa selesai baca juga (kira-kira 3 jam dari nulis post ini. hehehe curi-curi waktu sambil nungguin kerjaan jalan). In the end aku semangat banget. Apalagi Ligwina mencantumkan daftar 100 langkah / checklist untuk tidak miskin. Buat aku, itu kayak goal dan tantangan. Uhm.. I love challenge!! Dan gak sabar untuk mewujudkan 100 langkah tersebut. Colek ayah, kemudian mengucap bismillah. InsyaAllah, we can make it πŸ™‚

Menyamakan Visi Rencana Keuangan

Jujur saja selama ini keuangan keluarga itu yang atur kebanyakan si mas. Iyah harusnya kan istri yah yang seharusnya mengatur keuangan keluarga, tapi dalam rumah tangga itu Ayah yang sangat berperan. Alasannya ya karena aku sangat sangat sangat kacau kalau disuruh megang duit. Pasti bisa bubar jalan gak karuan kalau aku yang disuruh ngatur. Bisa-bisa tengah bulan udah gak ada cash karena habis buat belanja A, belanja B dan belanja lainnya. Tentunya dengan segambreng alasan. πŸ˜†

Yaah sadar dong dengan kelemahan diri sendiri, akhirnya keuangan rumah tangga kita diatur sama si mas. Aku cuman tau beres dan dapat kartu sakti bernama magical shopping account. Istilahnya debit card buat aku belanja per bulan sampai abis bis bis bis.. πŸ˜† Untungnya aku sama mas itu super terbuka. Jadi cashflow itu transparan banget satu sama lain. Dan gak ada main rahasia-rahasiaan. Mangkanya susah kalau sok sok mau kasih surprise ke mas. Ujung-ujungnya pake CC dulu dan ujung-ujungnya cerita juga nonimal kadonya berapa. πŸ˜†

Tapi yah, lama-lama sadar diri juga sih jadi istri. Dan kayaknya aku mesti belajar juga seperti mas bagaimana mengatur rencana keuangan keluarga kita. At least menyamakan visi nya deh. Mangkanya waktu mommies daily buka talk show tentang Financially Fit bersama Ligwina Hananto, langsung deh daftar. Guess what, aku pendaftar nomor 100 (terakhir bow). Jadinya kayanya memang sudah meant to be ikut deh. Padahal waktu itu cuman iseng buka mommies daily. Bayarnya pun cuman 100k IDR. Kayaknya untuk ilmu yang dapat merubah hidup itu worth it bangeet.

Pas cerita ke mas aku mau ikut talk show nya Ligwina, dia cuman senyum-senyum saja. Dan tentunya dengan senang hati men transfer kan uang untuk bayar talk show itu. Kebetulan banyak teman-teman di ranah maya yang ikutan. Jadi seneng deeh.

Acaranya mulai jam 10.00. Tapi aku sudah jam 09.00 nongkrong di Foodhall Belezza. Abisan takut macet dan telat. Sampai sana kepagian tapi gpp, jadi bisa sarapan dulu bareng si mas di Foodhall. Btw, mashed potato bolognaise nya foodhall endaang bok..

Anihoo, sekitar jam 09.45 aku naik keatas, dan langsung duduk manis di sebelahnya bheboth. Akhirnyaaaa kenalan langsung juga ya mak. Ternyata orangnya rame bok, tidak menyangka, abisnya di foto keliatannya pendiam nan malu-malu siih.. πŸ˜› Gak lama datang emak-emak yang sudah aku kenal. Ada Yesi, Lia, Dhita, Mira, Vania dan Indah. Terus akhirnya ketemuan juga sama Amel mamanya Tanaya dan Itiii mamanya ZK (akhirnyaaaaaaaa πŸ™‚ ). Btw aku suka banget make over hair nya Iti. Keren banget aslinya. πŸ™‚

Setelah makan snack acarapun di mulai. Oh iya ini dia bahan yang dibahas waktu talk show kemarin:

  • Menabung saja tidak cukup!
  • Dana Pendidikan
  • Dana Pensiun
  • Komponen Rencana Keuangan
  • Cek Arus Kas
  • Switch & Activate Your Money
  • Investasi = Risiko + Tujuan + Hasil Investasi
  • Reksadana
  • Aset Aktif
  • Asuransi
  • Action Plan

Ligwina mulai dengan fakta mengejutkan tentang Dana Pendidikan anak kita nantinya. Sebetulnya aku gak begitu kaget sih, soalnya kan sudah pernah terkaget-kaget sampai guling-guling koprol sebelumnya di postingan ini. Cuman yah lumayan deg-deg an siiih. Satu anak aja biayanya sudah begitu banyaknya. Pigimana kalau dua anak? Jadi mikir lagi deh mau nambah anak.

Intinya sih Ligwina menunjukkan, dengan lifestyle seperti kita ini di Jakarta, terus dengan inflasi biaya pendidikan itu biasanya lebih tinggi daripada inflasi per tahun negara, kalau kita menabung saja tidak mungkin itu terkejar biaya pendidikan anak kita yang jumlahnya bombastis itu. Ligwina bilang rata-rata kenaikan harga sekolah pertahun itu sampai 20%. Dan dia menjadikan patokannya itu sekolah swasta. Memang sih pengennya aku sama mas, Aghnan bisa masuk PTN negeri kayak orang tua nya. Tapi kalau kita gak siapin baik-baik, kalau Aghnan gak keterima PTN terus gak sekolah gitu? Yang bener ajaa. Masa iya orang tuanya sarjana anaknya lulusan SMA aja. Maluuu ituuu maluuuuu..

Untuk itu kita perlu investasi untuk dana pendidikan anak kita. Sebetulnya investasi ini bukan hanya untuk dana pendidikan anak kita. Balik lagi ke Tujuan Loe Apa? Yang jelas kalau kita mau merencanakan keuangan ya kita harus tau tujuan nya kita, kondisi kita sekarang seperti apa, target waktu tercapainya kapan, dan bagaimana cara mencapai tujuan itu. Β So financial check up sebelum bergerak itu penting πŸ™‚

Yang jelas selama talk show berlangsung aku makin terkagum-kagum sama si mas dan semakin bersyukur punya suami seperti mas. Soalnya yaa, semua yang Ligwina bilang itu sudah dilakukan sama si mas. Well let see:

  • Bebas Hutang CC (checked) –> CC sih masih dipakai, tapi biasanya karena promo dah biasanya langsung lunas bulan sesudahnya.
  • Dana Darurat (checked)
  • Nabung minimal 10% dari penghasilan (checked)
  • Investasi Dana Pendidikan Aghnan di reksadana (checked)
  • Investasi Dana Pensiun Kita di reksadana (checked)
  • Komponen Rencana Keuangan yang seimbang (checked) –> salah satunya cicilan hutang < 30% dari total penghasilan kita

Si mas juga sudah mengalokasikan masing-masing tujuan kita ke masing-masing reksadana. Jadi 1 RD = 1 Tujuan kita. Kita bahkan sudah mulai investasi sejak sebelum menikah. Si mas sendiri jatuh hati sama servis nya Bank Asing warna kuning itu. Jadi kalau untuk investasi dan beli beli reksadana kita ke Bank itu. Sebetulnya investasi reksadana ada banget risiko nya. Cuman Ligwina menerangkan kalau “the risk of NOT investing is greater than investing”.

Overall sih rencana keuangan kita sudah dalam jalur yang benar. Tinggal komitmen kita saja nih (baca: komitmen gw) supaya bisa berjalan sesuai rencana. Mungkin pe-er nya kita adalah belum membuat Asuransi Jiwa buat si mas. Kalau aku kayaknya bakal ada tunjangan dari kantor kalau terjadi apa-apa sama aku. Cuman besarnya berapa? Mesti cek ricek lagi. Kemudian strategi kapan membuat Asuransi Kesehatan buat kita, terutama buat si mas ya. Soalnya kalau aku pensiun, mas tidak ditanggung lagi sama kantor aku. Yang jelas masih subject to disscuss sama kita deh.

Abis dari talk show itu rasanya seru juga kalau ada talk show lanjutan untuk membahas ini lebih dalam lagi. Bahkan mungkin si mas perlu ikutan training untuk membuat rencana keuangan? Hehehe we’ll see deh. Yang jelas, semogaa 2011 ini rencana keuangan The Karimuddins bisa lebih fit dan proper. Dan bisa memenuhi target. Amiiin.

Btw, mau rangkuman lengkap seminar kemarin bisa lihat di post nya Indah atauΒ post nya bheboth (canggih euy ngerangkumnya aku malash sekalii πŸ˜› ) and Β more info about financial planning, check out QM Financial nya Ligwina saja yaa.. πŸ™‚


Perlu Investasi Pendidikan?

Ini merupakan kelanjutan pembahasan tentang biaya pendidikan anak. Sebelumnya istri telah memberikan suatu buzz yang cukup mengena di hati para pembaca sekalian. IDR 1.5M untuk biaya kuliah anak?? Well, bisa jadi 20 tahun lagi angka segitu bukanlah angka yang cukup bombastis. Sebagai ilustrasi yang paling gampang, saya akan bandingkan biaya kuliah secara total (dan nyata) di sebuah Universitas Negeri di Depok tahun 2001 dan tahun 2008.

Tahun 2001 (hingga lulus 2005)
Uang pangkal (admission fee) IDR 0 (sukarela) Β» pukul rata jadi IDR 5 juta
Biaya per semester (tuition fee) IDR 1.5 juta x 8 = IDR 12 juta
Biaya hidup (living cost, termasuk di dalamnya uang kos, makan, buku, dll) IDR 1 juta x 12 x 4 = IDR 48 juta
Total 65 juta

Tahun 2008 (hingga lulus 2012)
Uang pangkal (admission fee) IDR 25 juta
Biaya per semester (tuition fee) IDR 7.5 juta x 8 = IDR 60 juta
Biaya hidup (living cost, termasuk di dalamnya uang kos, makan, buku, dll) IDR 1.5 juta x 12 x 4 = IDR 72 juta
Total 157 juta

Dari tahun 2001 ke 2008, kenaikan biaya secara total adalah hampir 100 juta atau hampir 2.5 kali lipat. Tahukah Anda bahwa selama 7 tahun, jikalau dipukul rata dengan asumsi inflasi 10% tahun, nilai IDR 65 juta tahun 2001 itu seharusnya “hanya” setara dengan IDR 126 jutaan saja di tahun 2008? Artinya jika kita memasukkan dana di deposito IDR 65 juta dan mendapat bunga 10% per tahun pun tidak akan mampu membayar secara total biaya total kuliah anak kita!

Bagaimana nasib anak kita saat masuk kuliah 18 tahun atau 20 tahun lagi?? Kita tidak tahu apakah mungkin akan terjadi krisis ekonomi global 10 tahun lagi atau mungkin ada krisis minyak 15 tahun lagi yang mungkin memicu lonjakan inflasi, jadi harus bagaimana?

Menurut panutan kita, Ligwina Hananto dari QMFinancial — yang juga sebenarnya sudah ada di bundel Femina beberapa waktu lalu — tidak ada jalan lain selain berinvestasi untuk buah hati kita. Jika kita mulai dari sekarang — misalnya saat anak Anda baru lahir, semua dananya bisa dimasukkan ke Reksadana Saham. Setelah 5 tahun, silakan pisahkan dana untuk masuk SD ke Reksadana Pasar Uang (atau Reksadana Pendapatan Tetap) dan begitu selanjutnya hingga 15 tahun ketika anak sudah hampir memasuki masa kuliah.

Okay, jadi sebenarnya 18 tahun lagi sebenarnya berapa kira-kira biaya kuliah anak secara total? Dengan asumsi kenaikan 10% per tahun dan basis kita sekarang biaya kuliah total adalah IDR 157 juta, kita bisa mendapati angka IDR 872 jutaan! Ups, jangan shock dulu. Kita tahu dari ilustrasi di atas bahwa besaran kenaikan adalah lebih dari 10%. Jikalau kita gunakan asumsi kenaikan harga biaya pendidikan naik 15% per tahun, didapatilah angka bombastis hingga hampir IDR 2M! Udah pusing sekarang? Itu baru kuliah lho, belum SMA, SMP, SD, atau TK bahkan πŸ˜€

Bagaimana dengan “solusi” reksadana saham kita? Dengan asumsi pukul rata mendapatkan pertambahan dana 20% per tahun, tahukah Anda bahwa 18 tahun lagi jika Anda rutin memasukkan IDR 1.5 juta tiap bulan akan memperoleh lebih dari IDR 3M? InsyaAllah dana tersebut cukup jika digunakan untuk total biaya pendidikan anak secara total hingga lulus S1. Tapi perlu diingat, itu cuma untuk satu anak. Kalau dua anak ya harus punya dua rekening. Tiga anak? Tiga rekening. Dan itu HARUS tidak mengganggu investasi hari tua kita.

Sekali lagi, itungan ini bukan itungan saklek. Anda bisa mengurangi komponen biaya hidup jika merencanakan anak tetap tinggal dengan orang tua. Setidaknya Anda tahu bahwa biaya pendidikan itu tidak murah dan kita tentunya ingin pendidikan terbaik bagi putra-putri kita kelak.

Udah pusing menghitung perencanaan finansial keluarga? πŸ˜€

[thumbnail image]

Cita-cita

Salah satu film yang kita tonton pas wiken adalah How to Lose Friends and Alienate People. Secara isi emang so-so, meskipun cukup menghibur, tapi ada satu hal yang menggelitik bagi saya. Karakter utamanya sejak kecil sudah menggemari film, terutama karena ibunya adalah seorang aktris, dan akhirnya setelah dewasa dia menjadi seorang jurnalis yang khusus membahas tentang film dan selebritis di sekitarnya. Pasti ingat dunk, banyak orang sukses, seperti penyanyi, yang sejak dini sudah mengejar hal yang menjadi keinginan dan impiannya.

Saya, di sisi lain, bukanlah orang yang termasuk golongan di atas. Saya menyadari bahwa saya tidak punya bakat, terutama dalam hal seni, dan satu-satunya yang bisa sedikit dibanggakan adalah sedikit pengetahuan yang saya miliki karena memang saya senang sekali membaca–segala hal. Waktu TK, saya ingat di ulang tahun ke-5 yang dirayakan di kelas, saya bilang ke guru kalau cita-citanya ingin menjadi Pilot. Berikutnya saat SD, saya inginnya menjadi Dokter. Ya dua hal itu kayaknya standar banget ya untuk anak-anak cowok.

Di SMA, saya mulai menggemari komputer dan akhirnya berkeinginan untuk meneruskan studi di bidang ini. Saat kelas 3, di sebuah sesi kelas Bahasa Indonesia dengan topik “jurusan setelah SMA”, saya dengan pede menyatakan bahwa saya ingin jadi ahli komputer. Memang pada akhirnya saya (dan kebetulan juga wifey) memiliki gelar Sarjana di bidang ini. Alih-alih menjadi programmer, rasanya saya kok udah lost appetite dengan yang namanya programming. Saya senang segala sesuatu teknologi yang berhubungan dengan komputer (dan tentunya gadget), tapi saya pribadi merasa passion saya bukanlah yang berhubungan dengan coding, scripting, database, ataupun serumpunnya.

Salah satu hal yang mencerahkan–meskipun belum sepenuhnya tercerahkan–adalah acara Career Coach di Hard Rock FM. Dengan narasumber Rene Suhardono, acara ini menekankan bahwa untuk mencapai kebahagiaan dalam pekerjaan, kita harus mencari tahu apa passion kita. Jika kita bekerja sesuai dengan passion pribadi, pastinya hasil yang diberikan akan optimal. Sayangnya, pencarian passion itu belum tentu semudah yang dibayangkan. Tapi bukan berarti tidak bisa ditemukan!

Rene pribadi menyatakan dia baru menemukannya setelah 9 tahun bekerja, sementara Ligwina Hananto–pengasuh Financial Clinic–baru merasakan yang pas setelah 5-6 tahun. Pencarian yang panjang bukan? Rene sendiri pernah bekerja di bidang perbankan, dan superior-nya terang-terangan menyatakan karirnya akan segitu-segitu saja. Ternyata dia berani banting setir untuk bekerja sebagai Konsultan HRD/Head Hunter dan belakangan menancapkan kuku sebagai pengusaha bidang makanan dan minuman.

Tentunya sebagian besar dari Anda tidak akan bercita-cita jadi peternak bebek misalnya. Tapi bisa jadi itu merupakan hal yang Anda gemari dan betah lakukan berjam-jam setelah dewasa. Ingat lho, bisnis peternakan atau agribisnis sebenarnya prospeknya sangat bagus. Atau juga ternyata jika Anda demennya mencari jajanan baru. Siapa tahu profesi kuliner cocok dan sejalan dengan hobi kita. Tentunya kita tahu bahwa dalam pencarian passion–yang tidak cepat ini–kita dihadapkan pada hal klasik, bills to pay.

Saya pribadi, sampai sekarang masih belum merasa nyaman dengan karir saya–ingat ungkapan Rene, your career is not your job, bisa jadi gelar S1 Anda tidak lagi berguna untuk menopang karir Anda. Mungkin saya pernah melakukan kesalahan pilihan di masa lalu, tapi pencarian passion saya tidak boleh berhenti. Salah satu passion yang saya temukan sekarang adalah penulisan dan perencanaan keuangan, tentunya dengan tidak mengenyampingkan probabilitas untuk menciptakan kewirausahaan–ini harus nampaknya πŸ˜› .

Meskipun demikian, saya masih menelaah lebih lanjut apakah saya benar-benar cocok di bidang-bidang tersebut. Apakah pembaca benar-benar sudah merasa menemukan passion masing-masing? Jika iya, selamat! Do your best and be a rockstar! Jika belum, jangan lelah mencari. Suatu saat passion itu akan ditemukan dan tentunya akan sangat nyaman untuk dijalani.

[thumbnail image]