Cerita membuat SIM

Ini cerita yang seharusnya tidak berulang 5 tahun lagi 😛 Jadi kan sebelumnya saya berdomisili di Malang sampai lulus SMA. Praktis KTP dan SIM awal pembuatannya di sana terus. Hal ini terus berlanjut saat saya mulai kuliah di Jakarta/Depok. Karena ngekos di Depok juga, akhirnya perpanjangan KTP dan SIM tetap berdasarkan tempat tinggal lama saya di Malang. Nah, lulus kuliah dan mulai bekerja, saya mulai settle tinggal di rumah Jakarta. Pikir punya pikir, akhirnya saya pindahkan identitas resmi, dimulai dari KTP, di Jakarta.

Hal berikutnya yang (harus) saya pindahkan adalah SIM. Kebetulan SIM Malang ini juga sudah hampir habis, jadi ya nothing to loose lah kalo harus bikin baru di Jakarta. Setelah ambil cuti, berangkatlah saya dengan supir setelah mengantarkan istri tercinta ke kantor. Kesan pertama, jauh juga ya tempatnya di Daan Mogot. Ya emang jaranglah ya main-main ke daerah sana, praktis ini merupakan daerah terjauh yang pernah saya kunjungi di area Jakarta Barat (uhm, Karawaci dan BSD udah bukan Jakarta Barat lagi kan?).

Masuk ke area parkiran tempat pembuatan SIM, saya sudah “dihadang” oleh polisi yang menunggui di depan. Saya disuruh melakukan tes kesehatan dulu. Berbekal KTP asli dan uang IDR 15 ribu, jadilah saya diisikan formulir untuk ikut tes kesehatan. Apakah itu tes kesehatan? Ternyata semacam tes membaca, kayak di dokter mata. Kita disuruh membaca sejumlah huruf/angka–besar dan kecil–yang ada di dinding. Sayangnya, tesnya kayak gak niat gitu. Baru baca 1-2 huruf udah selesai! Operatornya mungkin gak peduli juga kita ngomong huruf yang benar atau salah. Tes syarat yang aneh!

Berikutnya saya kembali lagi ke gedung utama. Dihadang lagi ama polisi yang tadi. Dia “menyarankan” saya untuk bertemu dengan seseorang yang ada di resepsionis biar “mudah”. Ternyata yang jadi “calo” pun orang dalam juga. Memang kayaknya udah gak ada lagi orang berpakaian preman yang mondar-mandir di dalam. Setelah bertemu, saya tanya soal “jalan biasa” dan “jalan mudah”. Well, dia bilang sih jalan biasa itu bayar formulirnya IDR 60 ribu, terus tes tulis dan tes praktek, entah makan waktu berapa lama itu. Sementara untuk jalan mudah, dia bilang 1 jam selesai, tinggal foto. Cuma biayanya emang lebih mahal, dia menyebutkan angka IDR 320 ribu, karena alasan dia harus cabut dulu berkas di kepolisian Jawa Timur. I don’t buy it actually.

Ya dasar lagi males repot, akhirnya saya coba “jalan mudah” ini. Ikutlah saya dengan bapak ini. Untungnya orangnya cukup ramah, jadi gak bikin males. Ternyata kita langsung ke tempat foto (ini jalannya lumayan juga jauhnya untuk ukuran dalam kantor). Verifikasi data dikit, terus langsung deh dijepret. Lima menit kemudian saya sudah bisa ambil kartunya di loket, ini masih bayar lagi IDR 5 ribu, katanya untuk ongkos ganti tempat SIM (itu tuh yang bungkus plastik warna biru, kayak tempat kartu nama).

sim-dki

Jadi secara total 15 menit dan IDR 340 ribu yang dibutuhkan untuk mengurus sebuah SIM baru Jakarta dengan “jalan mudah”, yang belaku hingga 5 tahun ke depan. Tentunya waktu yang lebih lama (dan biaya yang lebih murah) jikalau membuatnya secara resmi. Di beberapa blog sih bilangnya setengah harian. Oh ya, saran saya lagi datanglah sebelum jam 9, karena tadi sih masih sepi banget. Gak kebayang tempat itu kalo udah rame dan sumpek dengan orang-orang yang mau ngurus SIM.

Untungnya kalo 5 tahun lagi mo perpanjang, tidak perlu lagi jauh-jauh ke Daan Mogot lagi. Cukup datangi pembuatan SIM keliling yang ada di kelima provinsi di DKI Jakarta. Untuk informasi tentang SIM keliling ini silakan SMS ke no 1717, milik Polda Metro Jaya. Layanan yang ini dijamin cepat dan bebas calo. Paling bingungnya, kan alamat saya masih pakai alamat rumah lama di Jakarta Timur. Kalau KTP sudah baru, di rumah sekarang di Jakarta Pusat, masa bikin SIM baru lagi??

[thumbnail image]