Nooo… I’m not preggy right now.. (doakan saja yaa).. Wong baru 2 minggu nikah. Dan sayangnya kemarin sudah lewat masa suburnya.. Sekarang lagi kedatangan bulan pula.. So.. NEXT ! hihihihi… Kita berdua juga masih santaaiiii beraaat.. Menikmati masa-masa pacaran halal yang ternyata aduhai enaknya.. 🙂 Terus pasti pada bingung kenapa eike sudah berburu ObGyn dari sekarang ?
Jadi begini.. Waktu sebelum married, kita berdua belum sempat pre marital check up yang komplit..plit..plit.. Karena waktu itu gak sempet aja dan baru sadarnya ya beberapa bulan menjelang. Yang kesempatan cuman TORCH saja. Apa itu TORCH ? TORCH itu singkatan dari Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat infeksi ini, sama-sama berbahaya buat janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. TORCH ini sebenarnya bagian dari pre marital check up yang supeer komplit.
Nah menu dari pre marital check up yang komplit ini sebenarnya ada yang buat wanita dan pria. Buat yang wanita kurang lebih isinya seperti ini :
- Obgyn Check & Review
- USG Gynecology
- Lung Function Spyrometry
- Haematology (Hb, RBC, BBC, Diff Count, ESR, Platelet, MCV, MCH, MCHC, Abo & Rh)
- Glucose (Fast Blood & 2 h PP)
- Lipid Profile (Total Cholesterol, HDL, LDL, Tryglyseride)
- Cerelogy Review (VDRL)
- Urine Test
- TORCH (LgG Rubella, LgM & LgG Toxoplasma, Herpes, CMV)
- Hepatitis B Test
- Peripheral Blood Smear
Buat pria sih kurang lebih sama, cuman dia gak ada ObGyn check and review, adanya internist check and review. Jelas lah yaa, pria kan gak punya rahim.. 😛 Terus, kalau pria adanya photo torax dan EKG Test.. Ini listnya aku ngintip di websitenya RS Brawijaya yang memang spesialis untuk Ibu dan Anak.. 🙂
Sebenarnya masih gak ngerti apakah semuanya itu perlu dilakukan lagi yaa.. Secara kita berdua sudah nikah. Tapi apakah better late than never ? Aku sendiri pribadi cukup concern dengan kondisi kandungan ku. Kayak gimana posisinya, bagaimana kondisi kesehatannya secara umum. Apalagi kan setelah menikah sudah aktif berhubungan seksual kan ya. Jadi yang biasanya tidak pernah dimasuki apa-apa kan sekarang jadi terbuka lebar. Which is mean, kemungkinan kuman-kuman lainnya ikutan masuk kan besar. Huehehehe..
So I think it’s better to consult with a professional earlier.. Dimana kan kita bisa tanya-tanya langsung segudaaaang hal yang aku sendiri suka clueless berat. Emang sih browsing di internet sih banyak. Tapi ini kan medical stuff ya, yang kadang kalau banyak baca in internet, nemuin banyak pendapat yang ujung-ujungnya suka bikin pusing sendiri.. 😛
Aku pribadi sih pinginnya kalau sudah hamidun ingin konsultasi ke dua rumah sakit yang berbeda. Tentunya yang spesialis ibu anak. Soalnya biasanya ObGyn senior suka banyak nongkrong disitu. Satu sih di RS Bunda. Secara yaa udah pasti rekanan sama kantor ku. Jadi gampang ngurus reimburse dan segala macamnya. Satu lagi sih ke RS Brawijaya. Aku suka suasananya di Brawijaya, soalnya kalau ngantri pasiennya dibatasi. Sedangkan kalau di Bunda, ngantri dokter (apalagi yang udah senior) kayak ngantri sembako. Banyak beuuuttt.. Di Brawijaya juga ada dokter rujukan kantor. Apalagi di Brawijaya ada Mom’s Club yang suka ada konseling-konseling buat para calon ibu. Sedangkan kalau di Bunda ada prenatal Yoga. Hihihihi… menggodaaa…
Kalau kata teman sih better sama dokter senior, soalnya kalau menghadapi kasus-kasus aneh lebih tenang dan tentunya pengalamannya banyak. Tapi ada juga yang bilang, better sama dokter yang lebih muda, soalnya pertama pasiennya ga segudang dan bisa digangguin kapan saja (macam sms tengah malam untuk bertanya tentang pertanyaan-pertanyaan bodoh dr calon ibu yang newbies beraaat).
Untuk dokter sih sudah ada nominasinya.. Antara lain : Prof. dr. Nugroho Kampono (RS Brawijaya), Prod. dr. Endi Moegni (Moegni Klinik Spesialis), dr. Krisna Murti (RS Brawijaya), dr. Wachyu Hadisaputra (RS Bunda), dr. Noroyono Wibowo (RS Bunda).. Mmm.. ada usulan yang bagus lainnya ? Kata temen gw sih, ObGyn and kita harus cocok-cocokan, soalnya kita harus nyaman sama dia. Well we’ll see deh. Oiyaa, list ini kudu di cross check di daftar dokter rujukan kantor juga deng.. Kelupaaan… 😛
Aku sama mas sih idealnya baru pengen hamidun 3-4 bulan lagi (pas tuuh bisa menikmati masa-masa pacaran dulu). Soalnya masih banyak yang harus diberesin (domestic thingy). Tapi kita juga gak mencegah siih (bingung kan loe ? 😛 ). Soalnya ujung-ujungnya kita pasrahin semuanya sama Allah. Kita bisa plan ini itu, tapi cuman Allah yang tahu kapan waktu yang terbaik untuk kita.Yah serahkan yang terbaik sama Allah deh. 😀