Hidup Meniru Sinetron atau Vice Versa?

Terkaget-kaget adalah kata yang tepat menggambarkan reaksi aku dan suami begitu mendengar kenyataan tentang salah seorang saudara (jauuuh) kami. Dari awalnya kenal sih memang merasa kok hidupnya kayak drama yeee. Tapi makin kesini ternyata makin menjadi jemaah lebayatun kronis. Saking lebaynya kita mulai ngerasa kayak nonton sinetron kejar tayang yang pihak antagonis nya makin hari makin menjadi jahatnya.

Berawal dari kenakalan disusul dengan kebohongan, perlindungan basa basi, kenakalan lagi sampai menjurus ke double personality. Eh?!? Kalau orang waras dan masih bisa mikir pasti komentarnya “kok bisa ya?” Dan ujung-ujungnya komentarnya persis sama “kenapa ceritanya kayak sinetron banget ya?” Dari dulu aku tuh selalu mikir cerita sinetron itu hiperbola nya pol poll an. Tapi semenjak dengar cerita tentang si saudara jauh itu jadi mulai mikir, apa iya sinetron itu meniru kehidupan nyata. Atau pada dasarnya orang Indonesia itu tipikalnya drama queen/king aja. Semakin ada gejolak dalam hidupnya bukannya dicari solusinya semakin di dramatisir. Sigh.. Seperti orang belum dewasa saja..

Terus tiba-tiba aku teringat kasus bullying anak SD yang gak lama terjadi. Kebayang gak sih anak SD melakukan tindak kekerasan seperti itu. Seperti tidak nyata bukaan? Seperti sinetron saja kaan? Banyak yang komentar kasus bullying tersebut disinyalir karena anak-anak tersebut banyak terekspos dengan Sinetron yang wira wiri di layar kaca TANPA pengawasan dari orang tua. Ya mungkin sih nontonnya bareng orang tua nya cuman secara gak sadar, orang tuanya keasikan dan hanyut nonton sinetron sehingga tidak dapat memfilter informasi yang masuk ke anak. Tapi hal ini mungkin benar mungkin juga tidak. Banyak hal yang bisa jadi pemicu hal seperti itu. Namun yang aku ingin tekankan disini betapa banyak banget cerita disekitar kita yang makin lama makin mirip sinetron.

Coba deh nonton salah satu sinetron (kalau tahan ya, aku sih biasanya dari scene pertama aja udah pusing terus ganti channel). Yang tepat menggambarkan sinetron kita itu cuman satu kata: “LEBAY”. Setiap percakapannya pasti lebay. Adegannya lebay. Dan biasanya aku berpikir “emangnya di kehidupan nyata ada ya orang-orang kayak begini?“. Tapi sayangnya memang ada aja yaaa (cuman minus zoom in zoom out muka pemainnya). Jadi mikir kan, sebetulnya kehidupan kita itu meniru sinetron atau vice versa? 😆

Gw coba bandingin sama ART ku yang lama sama yang sekarang ya. ART ku yang lama itu hobi setengah mati nonton sinetron. Apal deh ceritanya dari A-Z. Kenapa beginih begonoh trus pelaku-pelakunya siapa aja. Udah kayak ensiklopedi berjalan sinetron deh. Orangnya sih baik pada dasarnya. Cumaaaaaan, kalau ditegor dikit. Masyaolooo drama lebayatunnya menggelora dan bikin geger satu rumah -.- . Padahal kalau kata tantenya, di kampung gak kayak gitu. Faktanya di kampung dia gak punya tv, dan dia kenal sinetron itu ya pas di rumah gw. Kakinya kejepit pintu saja nangisnya kayak disembelih. Pokoknya semuanya serba lebay kuadrat sampai waktu disuruh nikah sama keluarganya yaoloo toloong nangis-nangisannya entah berapa hari berapa malam. T.T

Nah kalau ART yang sekarang ini beda, semuanya gak suka sinetron sama sekali. Mereka lebih seneng ngerumpi atau main hape deh diwaktu senggangnya. Ya jadi perilaku nya mereka jauh dari lebay. Mau ditegur kayak apa ya profesional lah. 😆 Pernah satu kali aku tanya “kenapa sih gak suka nonton sinetron” salah satu dari mereka menjawab begini “yaah mbak, hidup sudah susah kok dibikin susah nonton yang sedih-sedih kayak di sinetron, lebih suka nonton Tukul atau OVJ aku“. Haha jawabannya persis sama pendapat aku. 😆

Eh bukan berarti gw gak suka drama ya. Namanya cewek gitooh jiwa kepo nya menggelora. Nonton Grey’s Anatomy sama Desperate Housewives juga doyan (sinetron bule). Cuman ya semuanya pada proporsi yang pas. Tidak terlalu berlebihan. Dan inget banget dulu suka nonton sinetron yang mengadaptasi cerita novel nya Mira W atau Marga T. Fenomenal tragedi nya cuman ya pada proporsi yang pas. Semuanya selama pada proporsi yang pas tentunya masih wajar. Namun kalau sudah berlebihan pasti gak bagus.

Jadi kesimpulannya apa? Gak ngerti juga sih. 😆 Pada intinya sih masih shock mendengar cerita si saudara itu. Terus mau coba dicurhatin disini kok malah ngomongnya panjang lebar. 😆 Cuman yang jelas, di rumah ku berlaku NO SINETRON POLICY. Terutama jangan sampai Aghnan terekspos akan itu. Yabeees gimana, waktu kapan aja aku pernah baca linimasa salah satu bintang sinetron yang cukup aktif di twitter. Pernah ditanya begini sama penggemarnya “Mbak ****, mbak ngijinin anak mbak nonton sinetron yang mbak bintangin ga?“. Dan tau gak jawabannya si bintang sinetron itu apa? “Gak saya ijinin mbak..

Hihihi entah itu jawaban pencitraan atau memang jawaban sesungguhnya ya . Jikalau memang itu yg sesungguhnya, lucu ya akan kenyataan bahwa orang yang penghidupannya di industri tersebut melarang anak-anaknya untuk nonton. Terus kita gimana? Ya penilaian sih balik ke masing-masing orang tua. Cuman IMHO ya, anak jangan terekspos dengan drama yang berlebihan. Let’s keep their life warm and cuddly. So they can become a happy and healthy child. Setuju?

21 thoughts on “Hidup Meniru Sinetron atau Vice Versa?

  1. capcaibakar says:

    Aku juga suka sinetron bule dan sinetron jaman dulu yang diangkat dari novel-novel. Tapi lebih suka CSI dan kisah detektif gituu. Hihi…

    IMO, ada beberapa orang yang berbakat dramaqueen/king trus diperparah oleh sinetron. kenapa sih sinetron itu ga dibabat abis aja? Kesel. #curhat

    [Reply]

    Mrs.Karimuddin Reply:

    akupun suka CSI.. 🙂 d best deh..

    [Reply]

  2. putri says:

    Bener banget mbak.. sinetron indonesia sangat lebay dan cerita nya penuh kekerasan, klu mukul aja sampai berdarah2 dan sadis banget.. 🙁 apa lewat sensor itu klu sinteron nya kejar tayang begitu?
    Btw, artis yang ga bolehin anaknya nonton itu mbak Mxxx Rxx ya? *pernah baca juga tweet nya dia.. hahaha..

    [Reply]

    Mrs.Karimuddin Reply:

    iya emang gw juga menyangsikan itu lewat sensor.. Hihi iyaa kayanya sih mbak MR itu 🙂

    [Reply]

  3. naren says:

    mba anggi aku sering baca blognya… salam kenal..

    tapi hari ini sedikit kecewa…
    mba… karena tulisan masya*** dan ya****
    kenapa nggak ditulis dengan lengkap seperti masyaAllah dan ya Allah…
    🙁

    [Reply]

    Mrs.Karimuddin Reply:

    Sesungguhnya aku memang biasa nulisnya seperti itu karena memang bahasa percakapan sehari-hari begitu. Jadi kalau memang sering baca blog aku sih seharusnya udah familiar. Gak ada maksud apa-apa sih, cuman buat beberapa orang jadi kurang enak di dengar. Mungkin ini jadi sesuatu yg bisa aku perbaiki ke depannya. Nanti coba saya sweep semua yg tulisannya seperti itu dan diganti.
    Thanks for comment.

    [Reply]

  4. Adelia says:

    SETUJUUUUU!!! Tapi suka aneh sama org2 yg suka mantengin sinetron, salah satunya ibuku. Waktu pernah nonton bareng dan melihat kejadian yg diluar akal sehat aku sempet tanya “Mah itu yang begitu masih mau ditonton?” tapi ibu aku cuma senyum-senyum sambil nonton lg. Mungkin kurang banyak program2 tv yg bagus kali ya mba. Tapi kadang ibuku suka aku jejelin series luar kyk GLEE, Castle, Of The Map, Royal Pains (ketauan bgt starworld lover) ihihihi dan ibuku suka juga. Tapi tetep balik lg ke sinteron abisannya. Hadeeeehhh. #ngelusngelusdada

    [Reply]

    Mrs.Karimuddin Reply:

    haha sama aku jg starworld lover.. Abisan lebih variatif.. 🙂

    [Reply]

  5. IP says:

    Ini siy pertanyaan mantan bos gwe (dese expat jpg) “Kog orang Indo kenapa demen banged siy nonton scene yang penuh adegan bully gitu?” *Beuh berasa dikubur idup-idup dalem tanah*
    Gwe juga gag bisa jawab percis siy (masa iya gwe ngejelekin bangsa sendiri :p).

    Mungkin gag semua org suka, tapi dengan segitu banyaknya sinetron di tipi
    udah jelas bgt membuktikan sinetron itu tontonan paporit masyarakat Indonesia di mata bangsa laen ya nggi *tarik napas panjang*

    [Reply]

    Mrs.Karimuddin Reply:

    ahaaa.. even expat aja bisa ngeliat kalau sinetron emang penuh adegan bully yak.. 😆 cuman sesungguhnya efek jangka panjangnya gimana ya dengan segambrengnya tayangan sinetron yg gampang wira wiri di layar kaca? Gw bahkan ngerasa kita kayak di korupsi mental sama para produser-produser Bollywood yang mejeng jadi bos besar di balik semua produksi sinetron di Indonesia ituh.. -.-

    [Reply]

  6. Ninik says:

    bener kebanyakan masyarakat kita masih suka melihat tayangan seperti ini, terbukti sinetron ini tayang di prime time yg mana iklannya buanyak berebut “kue” pemirsa sinetron yang buayaaak juga. sedih nya kalo anak2 mereka juga ikut menonton. mereka jadi terbiasa terbuai “mimpi”, dan ujungnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan “kemewahan”. such as do anything untuk tampil keren, kayak bintang sinetron. celakanya sinetron yg sampe beranak-pinak episode itu suka dapat penghargaan tayangan favorit. duuuuuuh

    [Reply]

    Mrs.Karimuddin Reply:

    jadi merinding baca bagian “menhalalkan segala cara untuk mendapatkan kemewahan” 🙁

    [Reply]

  7. iir says:

    Asisten mamaku juga senengggggg banget sama sinetron, segala judul sinetron dia apal nama tokoh n alur ceritanya, yg aku heran seringnya sinetron2 itu berbarengan..tapi kok bisa tau semua gitu. Terus kl aku ga sengaja liat gitu, beghh sebelll banget, udah aku sindir2 ga mempan. Nti kl aku udah punya anak aku juga mau berlakuin NO SINETRON POLICY dirumah n dirumah mamaku juga kl lagi main kesana (tapi kapan punya anaknya LOL)

    [Reply]

    Mrs.Karimuddin Reply:

    insyaAllah baby nya akan datang di waktu yg terbaik yaa.. 🙂 Di doakan.. 🙂

    [Reply]

  8. tobing says:

    Ironis ya, namun rating sinetron msh tinggi, meski para penontonnya (mostly ibu2) sadar bahwa tayangan itu lebay, ngebosenin, ga positif, dan mengikat waktu. Gila ga tuh ?? Sepertinya mereka tdk pny pilihan? Adalah celaka ketika konsumen merasa tdk pny pilihan, dan produsen lain (kompetitor) tdk mampu atw tdk merasa perlu utk menyajikan alternatif. Perlu dicacat pula, bhw tayangan televisi yg negatif saat ini tdk hny sinetron. Di era yg makin padat dan penuh persaingan, dimana waktu begitu berharga, batasan 2 jam menonton televisi ternyata semakin pudar. Dunia yg aneh..

    [Reply]

    Mrs.Karimuddin Reply:

    couldn’t agree more..

    [Reply]

  9. DwD says:

    Jadi inget dulu waktu kecil suka nonton sinetron soalnya masih bagus-bagus tapi suka diem-diem klo ada bokap soalnya dia ga suka banget klo anak-anaknya nonton sinetron, kata-katanya “Ga mendidik!”. Untungnya sih ya sinetron jaman dulu ga kaya jaman sekarang. Jamnya cuma jam-jam tertentu aj dan ga tiap hari. Klo sekarang kan sinetron mulai dari jam 10 sampe jam 1 malem aj jadwalnya!

    [Reply]

    Mrs.Karimuddin Reply:

    iya juga ya tiap ngintip TV lokal pasti adanya sinetron, sinetron, sinetron kl gak ya infotainment. -.- Mangkanya tv lokal yg aku tengok paling Metro TV atau gak Kompas TV yg lebih variasi acaranya.. 🙂

    [Reply]

  10. qonita says:

    dulu aq suka ntn sinetron,tp lama2 udh ga suka,skrg bahkan ga nonton tv sm skali,entah knp 😀

    hehehe menyesal bgt krn sinetron itu ga mendidik ya,pdhl sinetron itu dtonton byk org,coba klo isinya mendidik pasti bagus bgt efeknya ke masyarakat..
    malah di sinetron qta bs nemuin org mati idup lg,kikikikik :p

    untuk crita anak2 jg adanya berantem dan pamer harta di skolah
    coba bisa bikin sperti upin ipin,kan enak tuh ngajari anak lwt tontonan gt,yg ada anak indonesia yg br blajar ngmg,bahasanya agak malay,hihi

    smg ke dpnnya PH di indonesia bs bikin tontonan yg lbh oke ya

    [Reply]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.