Imunisasi Simultan

Kemarin Sabtu Aghnan abis kunjungan ke dokter anaknya lagi. Biasa, untuk kontrol 18 bulan dan sekaligus imunisasi simultan DTP+Polio+Hib yang keempat dan booster Hepatitis A. Alhamdulillah grafik pertumbuhan berat badan dan tinggi nya masih di percentile yang sama dan ke dokter lagi umur 24 bulan untuk imunisasi Typhoid. Wah gak nyangka aja, imunisasi nya Aghnan sudah tinggal Typhoid saja. Abis itu baru ke dokter lagi pas umur 5 tahun buat booster imunisasi-imunisasi sebelumnya. 🙂

Menarik adalah ketika aku share di twitter kalau Aghnan bakal imunisasi simultan, masih ada yang komentar kalau “kok, banyak amat, gak takut kenapa-napa?” trus ada lagi yang komentar “gak kasihan sama anaknya disuntiknya jadi banyak?“. Hehe, melihat masih ada yang respon seperti itu dan masih banyak yg percaya mitos tentang imunisasi simultan jadi pengen sharing disini soal imunisasi simultan. Soalnya aku punya pengalaman dengan dsa Aghnan dulu yang gak mau kasih imunisasi imultan. Karena gak mau kasih imunisasi simultan jadi agak repot ya bolak balik ke Rumah Sakit, belum lagi kalau anak sakit, jadi imunisasinya jadi mundur dan lama deh gak selesai-selesai.
Continue reading

Serangan Alergi Yang Tak Terduga

Hari Sabtu kemarin dimulai dengan sangat menyenangkan. Dimulai dengan acara sepedaan di rumah bareng para Eyangs. Aghnan offkors senang dibonceng dibelakang. Kemudian menjelang jam setengah 9, kita langsung balik ke rumah karena Aghnan mau imunisasi IPD/PCV.

Tadinya mau imunisasi di Bunda hari Jum’at. Tapi dr. Partiwi lagi seminar. Sebetulnya aku masih dalam pencarian DSA yang ok buat Aghnan. Sebelumnya cocok banget sama dr. Wati di KMC. Cumaan, KMC itu jauhnya ampun. Belum lagi dr. Wati itu kan super sibuk. Jadi mau ngatur appointment itu susah banget kadang-kadang. Dapat rekomendasi dari teman, kalau dr. Partiwi di Bunda itu juga pro ASI dan RUM. Akhirnya terakhir imunisasi campak balik ke Bunda lagi, tapi sama dr. Partiwi. Enak sih orangnya, cuman gak enaknya di Bunda itu ya, pasiennya banyaaak. Dan aku sering banget dapat kesan “terburu-buru” sama dokternya. Konsultasi gak bisa santai dan diskusi panjang lebar. Intinya gak nyaman deh kalau mau konsultasi. Enak kayak di KMC gitu, soalnya sistemnya appointment. Jadi tiap pasien diberi waktu 15 menit buat dipergunakan sepuasnya. Cuman ya itu, KMC jauhnya gak nahan.

Sampai akhirnya ketemu sama dr. Yovita Ananta waktu di pesat. Dokter di pesat udah pasti pro ASI dan RUM dong. Dan yang bikin aku tertarik adalah dr. Yovita praktek di RS. Puri Indah Kembangan. Emang sih di Jakarta Barat. Cuman kalau dari rumah aku, ke situ paling cuman 17 menit nyampe. Soalnya bisa lewat jalan tol langsung. Aku sama si mas pun senangnya belanja bulanan di Hypermart Puri Indah, jadi sudah sering melewati RS. Puri Indah ini.

Akhirnya coba buat appointment di RS Puri Indah pada hari Jum’at untuk praktek dokter hari Sabtu. Ditelponnya gampang banget (gak kayak KMC yang kadang ditelponnya susaaah banget nyambungnya) dan bisa diatur jam kedatangannya. Dikasih opsi mau datang jam 8, 9, atau setengah 10. Akhirnya aku bilang mau datang jam setengah 10.

Perjalanan ke RS Puri Indah sendiri cuman 17 menit. Trus langsung ke lantai 2 tempatnya poliklinik anak nya. Registrasi dulu, trus ukur tinggi, berat badan dan lingkar kepala Aghnan. Susternya ramah-ramah banget yaa dan baik sama anak kecil. Trus yang aku sama mas suka, poliklinik nya relatif gak terlalu rame. Kayak KMC gitu deh. Plus, juga bangunannya kan masih relatif baru jadi kesan modern nya dapet.

Pas datang pas langsung bisa masuk ke ruangan dr. Yovita. Dokternya masih muda, baik dan bonusnya, cantik banget (Aghnan senyum senyum terus di periksa dia 😆 ). Dan utamanya adalah, dokternya sangat sangat enak diajak konsultasi panjang lebar. Apalagi kemarin aku sengaja pengen diskusi soal issue defisiensi zat besi terutama pada bayi ASIX.

Seperti yang aku pelajari di PESAT kemarin, issue defisiensi zat besi pada bayi ASIX memang lagi hot banget. Bahkan, asosiasi dsa di Amerika sekarang menyarankan bayi untuk MPASI 4 bulan. Hal ini dikarenakan kandungan zat besi pada bayi ASIX hanya bisa tercukupi dari ASI sampai umur 4 bulan saja. Takutnya jika hanya diberikan ASI saja dari 4-6 bulan, bayi akan mengalami defisiensi zat besi. Solusinya antara lain bisa dengan MPASI dini umur 4 bulan (yang tentunya kasihan dengan pencernaan bayi yang masih belum sempurna pada saat umur 4 bulan). Atau pemberian suplementasi zat besi tambahan mulai umur 4-6 bulan (yang tentunya akan dikecam jadi bukan ASIX karena diberikan suplementasi ini).

Hal ini masih jadi perdebatan di IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), ketentuannya mau diambil yang mana. Sementara anjurannya, jika sudah menginjak umur 1 tahun baiknya di screening darah untuk mengetahui apakah anak kita mengalami defisiensi zat besi. Defisiensi Zat Besi sendiri ada 3 tahapannya. Tahap 1 dan 2 itu tidak dapat terlihat/terdeteksi dari penampakan luar anak. Namun jika benar anak kita mengalami defisiensi zat besi tahap 1 dan 2, akan mempengaruhi perkembangan kognitifnya dia kedepannya. Sedang tahap 3 defisiensi zat besi adalah anemia (anak tampak pucat lemah letih lesu).

Setelah konsultasi dengan dr. Yovita. Beliau menganjurkan untuk di screening terlebih dahulu sebelum memberikan suplementasi tambahan. Issue lainnya pada Aghnan karena dia G6PD Deficiency. Anak G6PDD itu cenderung punya kandungan zat besi lebih tinggi dibanding anak sepantarannya. Untuk itu, jika diberikan suplementasi tambahan takutnya malah akan over dosis zat besi. Rada mencelos sih kalau anak harus diambil darah gitu buat screening cuman yah demi dia juga. Tapi berhubung kemarin Aghnan sudah heboh karena di vaksinasi varicella sama hepatitis A sekaligus, jadinya pas 15 bulan aja deh screening test darahnya. Takutnya si Aghnan trauma dan emoh ke dokter lagi.

Oh iya, awalnya memang mestinya vaksinasi PCV/IPD. Cuman dr. Yovita menyarankan pada saat 15 bulan saja. Nunggu PCV-10, biar lebih komplit untuk booster nya. Jadinya kemarin varicella sama hepatitis A aja dulu. Aku sama mas keluar ruang dokter dengan hati yang puas. Pasti bakal balik ke dr. Yovita lagi buat next visit. Kadung jatuh cinta. Aghnan juga sih kayanya.. 😆

Anihoo, setelah dari RS. Puri Indah. Kita langsung meluncur ke Grand Indonesia. Judulnya mau belanja bulanan tapi sebelumnya mampir lunch dulu di Social House. Everthing went well. Pesen-pesen makanan. Dan pas makannya pun menyenangkan sekali. Aghnan aku cobain makan omellete isi keju sama turkey. Anaknya suka bangeet dan habis setengah porsi. Roti panggangnya pun dia doyan. Udah hepi melihat makannya Aghnan, langsung berubah khawatir begitu melihat mulutnya Aghnan yang tiba-tiba bengkak dan benjol-benjol. Astaghfirullah, Aghnan terkena reaksi alergi. Langsung dong curiga sama turkey nya. Soalnya telor (putih dan kuning), keju sama roti kan Aghnan sudah lolos 3 hari alergi.

Tadinya masih pede mau lanjut ke Ranch Market buat belanja. Tapi begitu habis disusuin, kok makin menyebar ke belakang leher. Mulai gak tenang akhirnya memutuskan balik ke rumah. Sampai di rumah, reaksinya mendingan. Aghnan pun masih bisa ketawa-ketawa. Trus bobo siang deh. Eh baru setengah jam dia bangung sambil nangis-nangis. Di cek, ternyata reaksi alerginya sudah menyebar ke seluruh tubuh dia. Dan makin parah. Mata dan bibir sampai bengkak. Dan menjalarnya sampai ke selangkangan Aghnan. 🙁

Aghnan pun nangis terus-terusan dan gak berhenti garuk sana garuk sini. Aku patah hati banget melihat Aghnan begitu. Rasanya pengen itu semua penyakitnya dikasih ke aku semua. Sediiiih banget rasanya dan kalau gak ditahan-tahan pasti udah nangis T_T. Ya ngeliat anak yang biasanya ceria banget dan full senyum, jadi nangis-nangis kesakitan gitu. Hiks.. Hiks.. Cuman melihat para eyangs yang udah nangis bombay. Aku harus tough. Langsung deh telpon dr. Yovita buat cari solusinya. Aku sempat curiga apa mungkin reaksi alergi dari imunisasi nya? Cuman kata dr. Yovita kalau mulai bentolnya dari mulut berarti kemungkinan besar karena makanan.

Disarankan, buat kasih antihistamin seperti CTM dan Cetirizine (Ozen / Ryvell drops) jika gatalnya sudah sangat mengganggu. Dan kalau alerginya sudah berat (mata dan bibir bengkak banget) itu harus segera dibawa ke rumah sakit karena takut pembengkakan terjadi di saluran pernafasan yang bisa fatal kalau tidak segera diobati (biasanya kalau separah itu harus segera suntik adrenalin) . Langsung deh suruh ayah beli Ryvell drops seperti yang disarankan dokter Yovita. Sementara aku (seperti yang diminta dokter Yovita) mengirimkan foto Aghnan ke emailnya dokter Yovita. Melihat fotonya Aghnan, dokter Yovita menilai alerginya tidak terlalu berat sampai harus dibawa ke RS. Beliau menyarankan untuk di berikan antihistamin dan observasi 2-3 jam sambil terus kabari dia perkembangannya.

Alhamdulillah setelah diberi antihistamin, Aghnan langsung bisa bobo. Tapi sempat kebangun malamnya kemudian muntah cukup banyak terus lanjut bobo lagi (kayaknya muntahin penyebab alergi nya dia). Dan maunya bobo kalau digendong. Jadinya sampai jam setengah 2 pagi aku gantian nungguin dan gendong sama si mas.  Alhamdulillah, pas bangun paginya dia udah tersenyum lagi. *sujud syukur*. Besoknya sempat muntah sekali lagi, yang membuat aku memutuskan agar dia di karantina dulu deh dan jangan keluar-keluar dulu. Tapi Aghnan sudah kembali ceria seperti biasanya. 😀

Bersyukur bisa tetap tenang melewati masa-masa horor itu. Dan semoga gak kejadian lagi deh *amit-amitgebrakgebrakmeja*. Jadi nambah obat yang wajib bawa di kotak P3K kita. Hiks memang ya alergi itu gak bisa ketebak. Bersyukur banget juga bisa ketemu sama dsa yang mau digangguin via telpon dan email kaya dr. Yovita di hari yang sama. Dan kita pun di guide terus agar terus rasional. Alhamdulillah ya Allah.