Cerita Tentang Nursing Room

Duluu sebelum punya anak, gak terlalu perduli soal keberadaan nursing room di mall favorit. Gak ngerti juga gunanya ada nursing rooms apa buat di mall-mall 😛 . Sekarang, kayaknya wajib tau posisi dan kondisi nursing room di mall yang akan dituju. Apalagi kalau mau jalan sama Aghnan. 🙂 Sebetulnya butuh nursing rooms buat ganti popoknya Aghnan sih. Kalau nursing rooms nya gak bersih kan kebayang jadi sumber kubangan bakteri kan. Hueee.. Kalau nyusuin sih, selama ada nursing apron bisa dimana saja 🙂

Favorit aku pribadi sih nursing rooms nya Plaza Indonesia dan Grand Indonesia. Alhamdulillah, dua mall ini juga yang paling deket dari rumah. Jadi kalau pergi-pergi juga pasti gak jauh-jauh dari dua mall ini. Di Plaza Indonesia, nursing rooms nya ada di tiap lantai. Suasananya bersih dan terang.  Ada dua changing mat dan 2 bilik untuk nyusuin yang private banget (di dalam 2 ruangan dan bisa dikunci). Stroller bisa masuk ke dalam nursing rooms bahkan masuk ke bilik nyusuinnya ini. Waktu Aghnan belum boleh ke mall, aku sering mompa di nursing rooms ini dan memang nyaman sekali 🙂

Di Grand Indonesia juga enak. Nursing rooms tersebar dimana-mana.  Kayaknya di mana ada rest rooms pasti ada nursing rooms. Ada di setiap lantai baik di west mall dan east mall. Bedanya, satu nursing rooms cuman bisa dipakai 1 orang saja. Tempat nyusuin, wastafel dan changing mat ada di satu ruangan itu.  Wastafelnya juga enak, ada air panas dan air dingin :D. Tempat duduknya walau pendek tapi lumayan pewe. Dan changing mat nya yang model Koala itu. Walau nuansanya agak remang-remang, yang pasti bersih.

Di PIM 2 juga enak, ada di tiap lantai. Bilik nyusuinnya private dan sofanya juga pewe bangeet. Tapi sayang suasananya agak gelap dan remang-remang gitu. Hehehehe.. 🙂 Sama di Pejaten Village katanya Nursing Rooms nya keren bangeet. Iih bikin penasaran pengen ngajak Aghnan kesana. Maybe next belanja bulanan kita ke Hypermart Pejaten Village ayah? Ajak Aghnan yaa.. 😀

Yang gak masuk akal itu mall seperti Pacific Place. Gede dan luas buangeet. Ada tempat hiburan buat toddler disitu macam Kidzania. Terus mereka punya fasilitas pinjam stroller. Tapiiii, mall segede gituu, nursing rooms nya cuman satu di lantai 3 T_T . Gokil berat deh. Changing mat nya cuman 2 lagi kalo gak salah. Kebayang dunk kalo lagi wiken penuhnya gimana kalau mau ganti popok aja. Malesin banget deh. Kebayang gak, kalau si baby keburu crancky krn abis pup terus mesti ngantri dulu mau ganti popok. Kalau kemarin sih, langsung mojok di Starbucks PP buat ganti popoknya Aghnan dan nyusuin. 😛 Menurut gw sih lebih penting nursing rooms ada banyak dibanding fasilitas sewa stroller.

Kalau kata temenku sama aja ceritanya dengan Senayan City. Mall segede gitu nursing rooms nya cuman ada 1. Padahal ada playground gede juga kan di lantai atas nya SenCi T_T. Emang sih di Mothercare sama di dalam Debenhams nya Senci (ternyata) ada nursing rooms. Cuman itu kan berarti bukan punya nya si Senci.

Aghnan pengalamannya ke mall masih terbatas sih, jadi menurut pengamatan baru bisa cerita gitu aja. Tapi bener deh, untuk kota berjuta mall ini masalah nursing rooms penting. Ok lah, kalau aiming kostumernya orang kantoran macam City Walk gitu, jadi kalau gak ada nursing rooms sama sekali bisa gw mengerti. Tapi kalau mall besar yang punya fasilitas playground segede-segede apaan tapi nursing rooms nya cuman satu, kok kayanya gak banget yaa..

Anihoo, untuk review nursing room di mall-mall di Jakarta bisa di baca disini ya:

Happy nge Mall ya 🙂

Menemani Istri Belanja

Suatu kisah klasik. Sudah kodratnya (mungkin) bahwa wanita (istri) itu dilahirkan untuk “senang” berbelanja. Kita-kita para suami biasanya dihadapkan di pilihan yang sulit. Pilihan pertama adalah menemani istri berbelanja, ke manapun melangkah. Kita harus dengan senang hati menemani pasangan pergi ke toko A, B, ataupun C untuk berikutnya kembali ke toko A karena toko A ternyata memberikan pilihan barang yang lebih dan harga yang lebih bersaing. Suami yang memilih pilihan ini biasa selalu peduli dengan apapun yang dipilih oleh pasangannya, karena berbelanja dianggap suatu bagian dari suatu hubungan yang harmonis.

Pilihan kedua adalah mencari kesibukan lain, misalnya melihat-lihat barang kesukaan, pokoknya tidak ikut-ikutan sama sekali. Para suami yang memilih pilihan ini akan mencari tempat favorit untuk menghabiskan waktu, seperti Ace Hardware ataupun toko gadget. Suami yang memilih opsi ini cenderung tidak peduli dengan barang apapun yang dibeli oleh pasangan, tentunya asalkan sesuai budget. Saya pribadi selalu memilih pilihan yang pertama.

shopping

Mungkin sudah dari sananya saya terbiasa menemani wanita berbelanja. Sejak kecil, saya selalu diajak menemani nyokap muter-muter sekeliling supermarket, seminggu bisa beberapa kali. Kebiasaan ini ternyata berakar hingga sekarang. Saya betah-betah saja menemani mantan pacar (bener dunk, kan sudah jadi istri) untuk muter-muter ngalor ngidul mencari barang-barang idaman. Saya senang saja memberikan saran-saran, mana yang bagus/cocok untuk istri, meski pastinya bukan dari kacamata pakar fashion.

Seringkali saya dapati para pria yang dengan muka bete menunggu pasangannya berbelanja. Saya pribadi dapat mengerti perasaan mereka. For them, doing such thing is kinda like wasting plenty of  “useful time”. Pria biasanya sebelum berbelanja sudah tahu apa yang mereka inginkan. Misalnya mo beli kemeja kantor. Pria sudah tahu mo datang ke toko mana dan warna apa yang ingin dibeli. Fungsionalitas selalu menjadi prioritas.

Wanita, di lain pihak, biasanya memilih barang berdasarkan kesukaan hati. Mereka memilih baju Zara berdasarkan warna, aksesoris, rimpel, atau apapun yang appealing di hati. Dan itu biasanya tidak pernah direncanakan sebelumnya.

Saya rasa menemani istri berbelanja adalah bagian dari berterimakasihnya seorang suami terhadap “pelayanan” istri di rumah. Istri (istriku tentunya seperti ini) sudah bersusah payah bangun pagi-pagi dan berjibaku di dapur untuk menyiapkan bekal makan siang, dalam jangka waktu yang sebenarnya tidak terlalu banyak. They are willing to spend their precious time for us, why can’t we give something in return?

Percayalah bapak-bapak sekalian, jikalau Anda meluangkan waktu “sedikit” saja untuk menemani pasangan kita, pasti gak ada ruginya deh. Bukankah mereka berdandan cantik-cantik untuk menyenangkan hati kita-kita juga? Pastinya jangan lupa mengerem mereka jika sudah keluar dari budget yang ditentukan ya 😀

[Foto ilustrasi oleh Glenn Buchanan]