Kejahatan Seksual Pada Anak

Geram seribu geram membaca korban kejahatan seksual pada anak TK yang terjadi  akhir-akhir ini. Anak TK ya saudara-saudara. Kurang lebih seumuran sama Aghnan. Kejadian ini pun tidak terjadi pada anak-anak pemulung, atau anak-anak yang tinggal di pelosok daerah, melainkan terjadi di sebuah sekolah ternama di bilangan Jakarta Selatan. Sekolah yang masuknya perlu dana ratusan juta rupiah tapi keamanannya tidak terjamin. Kenapa saya bisa bilang begitu? Bagaimana bisa anak TK bisa mengalami kejadian seperti itu? Guru-gurunya kemana? Terus kok bisa orang-orang yang moralnya bejat bisa jadi janitor di sekolah itu? Proses penerimaan pihak sekolah bagaimana? Yes, mataku tajam melihat sekolah itu. Kalau aku jadi orang tuanya korban pasti aku  sudah tuntut sekolah itu.

Tapi tentunya aku lebih prihatin dengan nasib korban. Harapan aku besar, semoga anak ini bisa kembali menjalani kehidupannya seperti layaknya anak-anak pada biasanya, dan semua anak-anak kita dapat dilindungi oleh Allah SWT. Aku yakin dengan dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan hal itu pasti dapat dilakukan.

Dulu tiap nonton CSI, ngeliat kasus kejahatan seksual (iya aku gak pake kata pelecehan, kejahatan karena lebih pantas) selalu merinding sendiri. Bukan manusia yang tega melakukan itu kepada anak dibawah umur. Kalau kata ibu Elly Risman, otak pelaku sudah rusak karena berperilaku seperti binatang. Sungguh tidak menyangkan kejadian tersebut terjadi di kehidupan nyata, dan di dekat kita. Orang-orang jahat ada di sekitar kita, oleh karena itu kita harus memperhatikan issue lebih serius. Beruntung, aku dikelilingi sama teman-teman yang sama-sama perduli akan masalah ini. Pasca keluarnya berita itu, WA dan BBM  rame banget deh.  Alhamdulillah berarti punya teman-teman yang sepaham dan sealiran. Ibu-ibu di sekolah Aghnan juga sama hebohnya. Beda waktu aku siarkan berita di WA keluarga besar. Yang sehari-hari sibuk bicarain dari yang penting gak penting, begitu aku sebarkan langsung diem seribu bahasa dan gak ada komentar. Ya mungkin karena masih menganut aliran lama kalau hal-hal berbau seksual itu terlalu tabu untuk dibicarakan.

Melirik masa lalu, dimana aku pun belajar pendidikan seksual itu ya pas SMP, itu juga bukan dari orang tua secara langsung. Orang tua jaman dahulu kan tabu setabu-tabunya ngomongin beginian.  Ingat banget dulu papa ku sempat marah karena nemuin so-called novel gureng di kamar tidurku. Aku dimarahin sejadi-jadinya dan bukannya diberikan pengertian, padahal mulai baca aja belom, itu juga nemuin novel itu di gudang. Dikasih penjelasan lebih lanjut? Gak sih, langsung kayak case closed bahwa itu gak kejadian dan udah gak ada follow up nya lagi. Padahal aku sebel dan kezel berat, ih apaan sih dimarahin gak jelas gak ada juntrungannya. Terus gak ada nasihat lebih lanjut. Yah, menurut loe anak tau sendiri gitu? Apalagi dunia sudah berubah, aliran informasi gampang di akses. Untung di SMP ada pendidikan seksual dini, itu pun aku rasakan kurang komprehensif dan masih menyisakan rasa penasaran bagi aku.

Mangkanya, setuju  kalau pendidikan seks untuk anak (anak ya, bukan remaja loh, dimulai sejak anak-anak) harus dimulai sedini mungkin dan harus dimulai dari rumah. Dimulai dari hal yang paling simpel, ajarilah anak mengenai organ intim mereka dengan nama yang sesuai. Vagina untuk anak perempuan dan penis untuk anak laki-laki. Aku juga masih suka gengges sama eyang nya Aghnan kalau menyebut organ intim Aghnan pake nama burung. -.-”  Tapi setidaknya kita sebagai orang tua harus konsisten menyebut organ intim anak dengan nama yang seharusnya. Kenapa? Yaelah, kalau ngomongin nama organ intim aja masih malu-malu kucing gimana ngomong hal yang lebih berat.

Yang jelas kita bisa mulai dengan mengenalkan underwear rule ke anak-anak kita atau touching safety rule, dan ada banyak kok kampanye soal pengenalan seksual dini ke anak-anak di google. Aku pun juga harus mulai melakukan ini ke Aghnan. Tentunya akan memasukkan Aghnan ikut kelas bela diri.

Sayangnya pelaku kejahatan seksual kepada anak dibawah umur berdasarkan undang undang negara kita tercinta cuman dikenakan 5-15 tahun penjara saja. Kenapa cuman? Karena trauma psikologis yang dirasakan korban pasti akan membekas seumur hidup. Jadi kalau penjara cuman 5-15 tahun saja itu gak ada apa-apanya. Minimal seumur hidup dipenjara. Tentu sebelumnya si pelaku di kebiri dulu terus dirajam massa dan diarak keliling kota dulu. Merasa bahwa hukuman penjara 5-15 tahun kurang berat? Mungkin kita bisa bantu isi petisi ini link. Jika bisa terkumpul 25000 tanda tangan kita bisa memulai perubahan.

Btw, front so called pembela (apaan gak jelas)  yang suka nutup diskotik sama cafe karena katanya bejat dkk mana ya suaranya? Yang kasus begini bukan dikategorikan bejat? Harusnya berkoar-koar langsung dong kalau perlu sekolahnya ditutup, terus sekalian muhasabah akbar sekalian gak sih?  Oknum-oknum yang dulu nyalahin cewek yang diperkosa karena pake baju mini mana suaranya ya? Si anak TK kena kejahatan seksual juga disalahin pakaian anaknya? Suaranya pada kemana emangnya?

Semoga anak-anak kita senantiasa dijauhkan dari semua kejahatan yang ada di dunia ini dan didekatkan dengan semua kebaikan yang ada di dunia ini ya. Amiin.. Amiin.. YRA..

3 thoughts on “Kejahatan Seksual Pada Anak

  1. bunda Rizma says:

    Aamiiiiiin… Aamiiiiiin… Ya Robbal’alamiiiiiin

    mami aghnan, kayaknya ada kata yg kurang di kalimat : Sayangnya pelaku kejahatan seksual kepada anak dibawah umur berdasarkan undang undang negara kita tercinta cuman 5-15 tahun saja.
    maaf jd oot 🙂

  2. shelly says:

    Selama ini cuma silent reader, tapi postingan yg ini gatel pengen komen 😀 Ikut geram baca nya, secara anakku cewek cewek seumuran aghnan juga, huhuhu 🙁

Comments are closed.