Argentyo is Turning 2!

Argentyo ulang tahun yang kedua menandakan Argen sekarang resmi jadi anak kecil. Udah bukan bayi lagi. Hahahaha, because he is my last baby jadi yang lebih mellow mellow doremi itu aku. Karena tahun lalu itu  dirayakannya sambil jalan-jalan ke Bali (just the four of us) tahun ini pengennya dirayakan lebih seru. Namun karena rencana awal itu pupus jadinya aku sempat tidak bersemangat merayakan. Kita jalan-jalan lagi aja ke Bali (kita butuh destinasi liburan lain deh kayaknya) dan gak usah dirayakan lagi.

Nah sampai Bali malah kepikiran. Kok tega amat sama anak kedua yang menggemaskan ini. Hahahaha. Padahal anaknya mungkin sih ya cuek-cuek aja. Tapi untuk membunuh guilty feeling (kapan sih kita lepas dari rasa bersalah jadi orang tua) dan asas keadilan (kakaknya aja ulang tahun ke 7 dirayain) akhir dengan persiapan yang mefet plus budget yang mefet juga jadinya kita putusin ulang tahunnya dirayain sederhana saja, lunch dengan keluarga inti (dan staf) serta teman dekat kami.
Continue reading

Berjuang Sampai 2 Tahun..

Hari ini hari Susu Nasional looh dan pas genap Aghnan umur 14 bulan. Sedihnya sudah lengkap seminggu lebih aku masih struggling sama nyusuin Aghnan langsung dan bergantung sama UHT. UHT bagus buat Aghnan, cuman selagi bisa tetap pengen memberikan ASI/ASIP 30% dari pemberian ASI dan UHT perhari nya. Aghnan sehari bisa habis 400 ml UHT ditambah 200 ml ASIP.

Issue nya sih sama kayak kemaren dulu. Gigi nya Aghnan mau nongol, dan emang gusi bawahnya dia bengkak banget. Kemarin sih udah nongol 2 kan. Entah ini mau nongol berapa lagi. Yang jelas sedih karena nyusuin painful banget. Ya abisaan, karena gusinya gatel ya jadi dia jadi gigit-gigit waktu nyusuin. Emang sih wajar, cuman aku horor dan sedikit trauma, karena terakhir kali nyusuin, puting sampai lecet dan berdarah. Another episode of bloody breastfeeding.

Akhirnya dipaksa kasih asip sama si mama, soalnya biar aku gak semakin trauma. Hypnoparenting sih jalan terus. Cuman kalau ngelihat bengkak gusi nya dia sih ya aku kasian juga. Wajar banget dia gigit-gigit. Apalagi terakhir kayak gini Aghnan keluar gigi langsung 4. Cuman kalau terus-terusan kasih ASIP, takutnya produksi ASI makin berkurang (dan iya terasa berkurang) karena tidak disusuin Aghnan secara langsung. Walau memang masa kejayaan produksi ASI sudah lewat (karena ASI sudah jadi pendamping makanan). Tapi setidaknya pengen tetap menjaga produksi biar bisa memberikan ASI sampai 2 tahun.

Mompa ASIP di kantor sih masih. Setok di freezer juga masih ada walau tinggal belasan. Issue nya ya menyusui langsung. Membayangkan gak bisa menikmati lagi masa-masa menyusui langsung bikin aku stres dan mewek. Karena buat aku menyusui langsung itu adalah momen paling romantis buat gw. Ngalahin waktu dilamar sama ijab kabul dulu (maaf ya ayah 😉 ). Apalagi semenjak dia minum UHT (yang alhamdulillah dia doyan dan tidak alergi), sempat merasa pupus harapan buat lanjut menyusui lagi. Tapi ngebayangin menyapih dini bikin gw mellow gak karuan. Ya gitu Aghnan minta nenen, gak tega kasih asip aku susuin langsung tapi begitu di gigit aku nangis-nangis. Dan siklusnya begitu terus. Dilema gak sih. Everyday is a battlefield. Well, I guess breastfeeding is a battlefield for me. 🙁

Tapi untung aku dikelilingi support group yang positif ASI. Timeline di twitter aja tiap hari seliweran ngomongin ASI. Dan apalagi baca tulisan Mommies Daily yang bilang Breastfeeding is Worth Fighting For. Hiks, dan mereka benar. It’s truly something worth fighting for!!. Apalagi kemarin baca tulisan nya Adenita di The Urban Mama soal Tongue Tie yang bikin putingnya bolong kayak kawah di gunung dan bikin Adenita sampai demam bolak balik. Ouch.. Perjuangannya luar biasa dan membuat aku untuk menggampar diriku sendiri karena sudah ingin menyerah dan terlena dengan kemudahan memberikan UHT.

Alhamdulillah kalau malam sekarang sudah aman menyusui langsung. Tapi mungkin karena dia masih agak ngantuk dan belum sadar sepenuhnya. But it’s okay. Aku sekarang suka tidur agak malam, nungguin Aghnan bangun minta nenen supaya bisa menikmati masa menyusui yang romantis sambil mengelus2 mukanya saat bobo.. :’)

Doakan kami yaa. Semoga masa-masa ini akan lewat dan sebentar lagi aku akan bisa menyusui langsung lagi (pagi-siang-malam) yaa.  Mari berjuang untuk menyusui langsung sampai 2 tahun. Berjuang dengan semua daya upaya yang ada. Cemunguuuudddhhh!!

Sedih Banget..

..ketika melihat seorang ibu baru, tidak mensyukuri anugrah yang diberikan kepadanya:

  • ASI nya berlimpah tapi ogah-ogahan meras ASInya dan tidak bersemangat untuk mengumpulkan stok ASIP nya.
  • Tega banget membuang ke tong sampah ASI yang sudah di perah tanpa alasan yang jelas. Mungkin malas membawa kemana-mana ASIP karena mungkin dia nilai berat atau merepotkan. T_T
  • Dia lebih sibuk menurunkan berat badannya dibandingkan makan makanan yang bergizi supaya kualitas ASI nya bagus.

Gw sebetulnya malas banget ngomongin ini di blog. Cuman rasanya sakit hati banget ngeliatnya. Di saat banyak temen-temen gw yang kepengeeen banget kasih ASIX karena produksi ASI nya kurang atau karena kendala yang lain. Ini kok kayanya menyia-nyiakan rejeki anak nya yang ada.

Kalau dibilang mungkin ibu baru itu kurang knowledgeable. Kayaknya gak deh ya, temen-temennya kayanya udah sampai doer cerita A-Z tentang ASI, ASIP dkk nya. Tapi ya, siapa sih gw bisa protes seenaknya. Itu hidupnya dia dan anaknya dia urusan dia. Cuman masih gak ngerti aja kenapa ada seorang ibu yang gak mau kasih yang terbaik buat anaknya padahal dia bisa. Prihatin banget yang jelas. Mungkin baby blues yang keterusan, insting keibuannya belum nendang, insecure sama kehidupan pernikahan dia atau apapun alasan lainnya. Yah, siapa yang bisa tau sih dapur orang masing-masing. Yang jelas hidup itu pilihan. Mungkin itu pilihan yang dia pilih. Who am I to judge her?

Maaf ya malam-malam malah nyampah curhatan gak penting ini. Carry on people.. Carry on.. 🙂

Dan Aku Pun Memompa di Cubicle..

Apa mau dikata, menjelang akhir tahun kan biasanya memang deadline menggunung. Rasanya waktu kerja biasa tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan. Biasanya waktu jaman masih belum ada anak mah ya lembur masih ok lah. Tapi sekarang kok kayanya gak ikhlas ya kalau harus lembur demi menyelesaikan pekerjaaan. Sebisa mungkin harus bisa di maintain agar masih bisa ketemu dan main sama Aghnan sebelum Aghnan bobo.

Tapi demi menghindari lembur ini biasanya waktu untuk memompa jadi tidak maksimal. Karena kadang memompa sendiri memakan waktu cukup lama. Paling cepat 15 menit lah. Kadang malah kalau lagi penuh-penuhnya bisa habis setengah jam sendiri. Dan biasanya setelah selesai mompa aku suka lupa terakhirnya itu ngerjain sampai mana. Perlu loading lagi dan itu makan waktu lagi.

Jadi demi berhemat waktu dan efektifitas dalam bekerja akhirnya mulai awal bulan lalu aku coba untuk full memompa di cubicle. Senjata utama untuk mompa di cubicle adalah Nursing Apron. Oh God Bless whoever invented this tool 😀 . Teorinya adalah, di mall aja aku berani mompa atau menyusui cuman ditutupi nursing apron, kenapa di kantor tidak? Uhmm yeah, awalnya sih sungkan sama para kolega yang lebih banyak berjenis kelamin pria. Tapi toh, intinya kan tidak terlihat sama sekali dengan menggunakan nursing apron. 😀

Pertama kali nyobain aku cuman bilang: “permisi, mau mompa nih, maaf ya kalau berisik” . Hehe itu pun juga kayanya gak ada yang mudeng, soalnya pada kerja pasang kacamata kuda (baca: pasang earphone sambil denger musik 😛 ) Aku pakai hand sanitizer dulu, ngerakit pompanya, pasang nursing apron, pasang pompa nya ke payudara (didalam nursing apron), bismillah dan mulai mompa deh.

Hasilnya setelah satu bulan? Lumayan efektif. Sehari bisa mompa lebih banyak tanpa memakan waktu kerja yang banyak :D. Biasanya kalau tangan kiri pegang pompa, tangan kanan bisa balas email dari bos. Atau makin kesini, karena makin jago. Pompa bisa di sangga sama ujung meja kerja dan paha, dan tanganpun bisa bebas ketak ketik kerjaan. Kemudian nyuci dan sterilize mompa sekalian kalau mau ke toilet. Hehehe multi tasking memang jagonya wanita yak 😀

Lucunya sih bikin amaze rekan kerja dengan kegiatan aku memompa di cubicle ini. Bahkan pak bos dan ibu bos pun terkesima sekaligus penasaran aku pakai breast pump model apa, kok bisa mompa di cubicle. Quoting pertanyaan pak bos ke ibu bos “Itu Anggi kok mompa nya bisa gak ngumpet-ngumpet kayak yang lain sih? Pakai breast pump model apa?” Hehehe, kan breast pump jaman sekarang kan canggih pak bu. Dan again, kuncinya adalah nursing apron saja ko 🙂

Oh iya beberapa tips jika ada yang ingin mengikuti caraku untuk mompa di cubicle:

  • Wajib punya Nursing Apron 🙂
  • Wajib pakai blazer/cardigan panjang untuk menambah keamanan tutupan samping dan belakang
  • Waktu memompa usahakan 2 kancing diatas tertutup. Jadi better buka kancing dibawah yang tertutup dengan nursing apron.
  • LDR dapat dipicu dengan mendengarkan suara anak. Biasanya aku kalau mompa di cubicle, pasang ipod isi suaranya Aghnan. Atau melihat video nya Aghnan via blackberry. It helps buat memicu LDR aku 🙂

Memang sih awalnya pasti canggung dan kikuk. Tapi practice makes perfect 🙂

Can We Breastfeed Without Labelling Others?

Alhamdulillah banget aku bisa menyusui Aghnan selama 6 bulan lamanya secara eksklusif. Itu perjuangan yang tidak mudah dan rasanya setelah tercapai rasanya bangga banget dan ingin sekali teriak “Yess, kita bisaaa..” 🙂

Tapi ditengah rasa bahagia itu aku sedih mendengar ada statement seperti..

“Anak saya bukan anak sapi, karena itu saya kasih asi bukan sufor..”

Ehmm.. Itu maksudnya apa ya? Kalau sekilas kan bisa berarti anak yang dikasih sufor berarti anak sapi? Heeyaaloooh.. Kok jahat banget ya statement nya. Dan sedihnya itu gak sekali dua kali aku dengar statement itu.

Kebayang kalau aku gak bisa kasih ASI eksklusif ke anak saya dan baca statement itu. Rasanya sediih banget tentunya. Karena satu dan lain hal gak bisa kasih ASI eksklusif karena sudah berusaha. Kemudian sudah sedih gak bisa kasih ASI eksklusif terus di labelin seperti itu. Ya jangan begitu doong. Apalagi pakai istilah Anak Sapi. Menurut aku siapapun yang menciptakan istilah Anak Sapi ini kejam. Terlalu jahat buat gw.

Gw sendiri support ASI sangat dan gw tau banget Kampanye ASI itu niatnya baik. Tapi gak perlu lah maksud baiknya dirusak dengan statement-statement jahat yang memojokkan orang lain.

So moms let’s continue breastfeeding without labelling and judging others yaa.. 🙂 Buat gw, judging other mom, guilty as charge.. 😆

PS: disaat gw bikin postingan ini, ternyata Darina juga memposting hal yang senada.. Sehati berat yak kita 🙂

Wajib Baca:

ASI Setengah” by Mimie
Dukung ASI, tapi jangan bikin down para ibu yang gak bisa kasih ASI Eksklusif” by Arienda Sapari
Any Mom Surely Wants The Best for Their Child” by Manda “Sanetya”
I love you anakku, maafkan mama dengan segala keterbatasan ini“, by Arty Akinanthi
“Same old problem” by Woro Pradono
“Mari Berkampanye ASIX dengan ASIK” by Manda “Sanetya” @mommiesdaily