Waktu awal-awal datang ke Boston, Aghnan sempat join salah satu program di community center Newton yang judulnya Raising a Reader. Ini program bagus banget. Terutama di dedikasikan ke keluarga keluarga billingual yang punya anak kecil. Kita bertemu tiap seminggu sekali, dan ada program story telling. Abis story telling masing-masing anak dikasih pinjam buku cerita untuk dibaca dirumah, dan dikembalikan minggu depannya. Setiap buku diputar sehingga semua anak yang ikutan program itu bisa baca semua bukunya. Sayang, Aghnan belum terbiasa dengan konsep story telling. Jadi duduk manis dengerin cerita itu dia belum bisa waktu itu. Tiap gurunya mulai cerita langsung dikomentarin macem-macem atau ya dia muter-muter. Susah banget bikin dia bisa duduk manis dan fokus dengerin cerita.
Salah gw juga sih pastinya sebagai orang tua dia, apalagi membiasakan Aghnan kenal dengan iPad dan TV. Walau dari situ Aghnan jadi cepat kenal Alfabet, Angka dan nyanyi-nyanyian. Tapi tetap, untuk fokus diam dan mendengar itu susah banget nget nget nget. Terutama mengenalkan konsep kalau kita harus lebih banyak mendengar daripada berbicara 😆 . Keliatan sih waktu kita ikutan survey perkembangan anak dari Community Center (dari state of Massachussets). Semua aspek Aghnan excellent (especially communication mangkenya itu bawelnya poll) kecuali soft skills (kayak mewarnai, masukin bola ke benang) dan social skills (kayak sharing mainan dsb) yang katanya sudah bagus tapi harus ditingkatkan lagi. Tips nya sih lucu, coba dibiasain baca buku cerita sebelum tidur. Dan buku cerita nya ya buku-buku cerita yang ada pesan moral nya (kayak fairy tales gitu bukan yang sekedar ada gambar-gambar saja). Yang mana dari situ Aghnan membiasakan untuk fokus dan mendengarkan. Dan dapat memetik moral story yang bisa dipraktekan untuk meningkatkan social skills nya dia.
Continue reading →