Upacara Adat Pernikahan Aceh

Jadi yah, mas ku tersayang itu sebenarnya campur-campur asal usulnya. Mamanya si Mas itu asli Gombong, Jawa Tengah. Namun papanya si Mas itu campuran Aceh-Padang-Sunda. Wuiih seru yah.. 🙂 Jadinya ya gitu deh, hasilnya mas kuwh yang baik, sabar nan ganteng itu.. Hihihi.. 

Opa-nya si mas itu aseli Aceh. Kalau gak salah dari daerah Pidi di Aceh. CMIIW ya mas.. Kemudian oma-nya mas campuran Padang dan Sunda. Sunda nya kalau gak salah Sunda Garut deh. CMIIW lagi ya mas.. Dan si mas masih bergelar Teuku itu dari Opa Karimuddin..

Kalau aku ini ini pure Jawa Tengah. Benar-benar belum ada campuran dari kiri kanan. Daerah mana ? Wah campur-campur. Kutoarjo-Semarang-Jogjakarta. Tapi yaa Jawa Tengah deh. Nah selama ini kan aku selalu cerita tentang upacara adat pernikahan Jawa ya. Kayaknya sekarang sedikit menceritakan tentang upacara adat daerahnya si mas.

Aku cukup familiar dengan upacara adat pernikahan Padang dan Sunda, namun kalau Aceh. Beuuh buta bangeeett. Untung di edisi terbaru majalah Perkawinan membahas tentang upacara adat pernikahan Aceh. Hihihi.. aku coba baca satu persatu tata caranya, woow menariknya ada beberapa kesamaan dengan upacara adat pernikahan Jawa.

Dimulai dari tahapan melamar (Ba Ranub ) dan tunangan (Jakba Tanda). Detailnya seperti dibawah ini :

Tahapan Melamar (Ba Ranub)

Untuk mencarikan jodoh bagi anak lelaki yang sudah dianggap dewasa maka pihak keluarga akan mengirim seorang yang dirasa bijak dalam berbicara (disebut theulangke) untuk mengurusi perjodohan ini. Jika theulangke telah mendapatkan gadis yang dimaksud maka terlebih dahulu dia akan meninjau status sang gadis. Jika belum ada yang punya, maka dia akan menyampaikan maksud melamar gadis itu.

Pada hari yang telah disepakati datanglah rombongan orang-orang yang dituakan dari pihak pria ke rumah orangtua gadis dengan membawa sirih sebagai penguat ikatan berikut isinya . Setelah acara lamaran selesai, pihak pria akan mohon pamit untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah dengan anak gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut.

Tahapan Pertunangan (Jakba Tanda)

Bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan peukeong haba yaitu membicarakan kapan hari perkawinan akan dilangsungkan, termasuk menetapkan berapa besar uang mahar yang diterima (disebut jeunamee) yang diminta dan berapa banyak tamu yang akan diundang. Biasanya pada acara ini sekaligus diadakan upacara pertunangan (disebut jakba tanda).

Pada acara ini pihak peria akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah Aceh, buleukat kuneeng dengan tumphou, aneka buah-buahan, seperangkat pakaian wanita dan perhiasan yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga pria. Namun bila ikatan ini putus di tengah jalan yang disebabkan oleh pihak pria yang memutuskan maka tanda emas tersebut akan dianggap hilang. Tetapi kalau penyebabnya adalah pihak wanita maka tanda emas tersebut harus dikembalikan sebesar dua kali lipat.

Hehe, aku sudah melewati dua tahapan diatas. Dan kurang lebih waktu lamaran dan tunangan kemarin itu kurang lebih begitu sih. Yes, waktu lamaran dan tunangan kemarin memang kurang lebih berbau adat Aceh gitu lah. Dikasih sirih kemudian dikasih seserahan seperti diatas. Yang jadi Theulangke waktu itu Opa Sjam, adiknya Opa-nya si mas.

Kemudian adat Aceh juga ada persiapan menjelang pernikahan dimana salah satunya ada upacara kruet andam. Yaitu mengerik anak rambut atau bulu-bulu halus yang tumbuh agar tampak bersih . Well, mirip dengan prosesi kerik rambut pada saat habis siraman yaa.. Oh iya, pada adat Aceh juga ada acara siraman loh, namanya seumano pucok. Tentunya dengan tata cara yang berbeda dengan adat Jawa. 

Adat Aceh juga mengenal tradisi pingitan. Dimana calon pengantin wanita yang biasa di sebut calon dara baro pada adat Aceh, akan menjalani ritual perawatan tubuh dan wajah serta dibimbing mengenai cara hidup berumah tangga serta diingatkan agar tekun mengaji pada saat dipingit.

Ada tradisi potong gigi (disebut gohgigu) yang bertujuan untuk meratakan gigi dengan cara dikikir. Setelah itu calon dara baro akan melanjutkan dengan perawatan luluran dan mandi uap. Well, kikir gigi NO, perawatan lulur dan mandi uap YES. Hihihi.. 

Ohiya tak lupa pada adat Aceh juga ada tradisi pemakaian daun pacar atau biasa disebut bohgaca. Naah pemakaian daun pacar itu cukup kinclong deh. Mangkanya kalau di Aceh, lihat wanita pakai daun pacar ditangannya, ketauan banget deh pengantin barunya. Wehehehehe.. Soalnya pemakaian daun pacar itu penuh di tangan. Tidak cuman di kuku saja. Sampai batas pergelangan tangan setau aku.

Upacara Akad Nikah dan Antar Lintao

Pada hari H yang telah ditentukan, akan dilakukan acara antar linto (mengantar pengantin pria). Namun sebelum berangkat ke rumah keluarga Calon Dara Baro (CDB), calon pengantin pria yang disebut Calon Linto Baro (CLB) menyempatkan diri untuk terlebih dahulu meminta izin dan memohon restu pada orangtuanya. Setelah itu CLB disertai rombongan pergi untuk melaksanakan akad nikah sambil membawa mas kawin yang diminta dan seperangkat alat sholat serta bingkisan yang diperuntukkan bagi CDB.

Sementara itu sambil menunggu rombongan CLB tiba hingga acara ijab kabul selesai dilakukan, CDB hanya diperbolehkan menunggu di kamarnya. Selain itu juga hanya orangtua serta kerabat dekat saja yang akan menerima rombongan CLB. Setelah ijab kabul selesai dilaksanakan, keluarga CLB akan menyerahkan jeunamee yaitu mas kawin berupa sekapur sirih, seperangkat kain adat dan paun yakni uang emas kuno seberat 100 gram. Setelah itu dilakukan acara menjamu besan dan seleunbu linto/dara baro yakin acara suap-suapan diantara kedua pengantin. Makna dari acara ini adalah agar keduanya dapar seiring sejalan ketika menjalani biduk rumah tangga.

Begitulah upacara adat Aceh. Umm mirip-mirip sama upacara adat Jawa ya. Terutama dibagian dimana pada saat akad nikah CPW dan CPP tidak disandingkan. Dan CPP tidak diantar kedua orang tuanya pada saat akad nikah. Dan ternyata ada upacara suap-suapannya juga. Hehehe.. surprise..surprise.. 🙂

Sumber Tulisan : Majalah Perkawinan Edisi 9/IX/September 2008

19 thoughts on “Upacara Adat Pernikahan Aceh

  1. yugas says:

    mbak klo perkawinan aceh ada ngak istilah uang naik artinya selain mahar tadi ada juga tambahan uang untuk mempelai wanita klo di sulsel disebut “uang panaik”.kasarnya semacam kayak kita membeli perempuan tersebut dari pihak orang tuannya.truss diadat aceh juga dibenarkan tidak anak yg sudah menikah harus ikut orang tuannya bukan suaminya artinya suami mengikuti istrinya berada.

  2. jumiati says:

    klo di aceh ada yang mana’a “uang angOeh”. bhsa indonesia’a krg tau. tpi uang itu ditetapkan pda saat acra lamaran, biasanya sih g bnyak2 amat…..
    klo di aceh biasanya tuk 2 bulan gt pengantin tinggal dirumah mertua pengantin wanita.,,,,
    trus klo masalah biaya sich tergantung jumlah maharnya,,, kan klo diaceh pakek emas 99 karat

  3. sitihalimah says:

    kenapa tentang adat aceh datanya tidak lengkap?saya mau tau tentang adat peunewo dan kaitannya dengan hukum agama.

  4. Markamah says:

    wah…rumit banget tradisi pernikahan aceh ya…….kok g seperti di Jawa….simple. Wah gimana klo waktunya terlalu terlalu sempit…..apa bisa dilakukan dengan simple, cukup dipenghulu aja selesai, tanpa melakukan tradisi adat??????

  5. aku says:

    biaya apa saja yang dikeluarkan oleh pemuda untuk melamar gadis aceh?
    trus perincian minimal biayanya?
    mis salah satu biaya yg dikeluarkan pemudanya adalah mahar,nah minimal maharnya brapa biasanya dalam adat aceh?
    trus biaya pestanya dibagi dua sama wanitanya atau tidak?

    “yang biasanya terjadi diadat aceh”

    trims

Comments are closed.