Kenapa ya bawaannya kalau puasa itu jadi suka merenung-merenung bin berkontemplasi atas semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala ya? Apa efek karena tiap bulan puasa kalau ibadah jadi lebih khusyuk? Apa karena efek dari beribu-ribu pintu rahmah yang dibuka pada saat bulan puasa? Atau karena efek menahan nafsu lahir batin jadi memperuncing aktifitas indra yang lain? Yang pasti akhir-akhir ini aku jadi sering banget mikir tentang apa sih yg terpenting buat aku di dunia ini.
Sebelum nikah, apa pendapat orang tua aku itu penting banget buat aku. Entah faktor otorisasi membekas atau kontak batin yg terlalu erat, cuman kalau orang tua udah gak ikhlas rasanya enggan seenggannya buat melakukan hal tersebut. Apalagi si mama. Kalau mama udah gak komen atau yah terlihat lah gak setuju, rasanya kok hati gak tenang. Dan ituu sampai sekarang masih kebawa. Apa pendapat mereka penting banget buat aku. Istilahnya, mau melakukan apa-apa harus minta restu mereka dulu. Doa orang tua kan makbul, pokoknya selalu minta doa restu sama mereka agar semua urusan bisa dilancarkan sama Allah semua-muanya.
Setelah nikah, imam hidupku langsung pindah ke tangan si mas kan. Tapi rasa-rasanya kalau sama si mas itu kayak punya teman mengambil keputusan saja. Bersyukur sih punya suami yang rasa-rasanya gak pernah memaksakan kehendaknya ke aku. Gak mengharuskan ini itu. Gak manja-manja lebay apa-apa mesti diurusin sama istrinya. Yang kayak gini sesungguhnya cocok jadi teman hidupku. Soalnya ya itu. Aku semakin dipaksa melakukan sesuatu makin ogah. Tapi kalau diberi kebebasan, kelowongan dan kelapangan hati jadi lebih tau diri hihihi. Alhamdulillah banget. Namun, jika suatu hari suami sudah bertitah, ya mau gak mau harus dituruti. Daripada kualat sama Allah. Hiii.. Cuman berharap tetap bisa berkompromi terus ya mas.
So yes, apa pendapatnya suami sekarang jadi sama pentingnya dengan pendapat mama papa. Begitupun dengan mertua ya, walau porsinya gak sebanyak pendapat mama papa. Yang terakhir ini aku masih belum bisa nge balance. Masih kadang suka berat sebelah. Ilmu jadi menantu masih cetek, masih perlu banyak belajar ikhlas. Soalnya ya mertua itu ya istilahnya sama-sama orang tua aku juga kan? Masih proses pembelajaran sih ya 🙂
Jadi ya kalau ditanya What matter most? Ya keluarga buat aku. Istilahnya sebodo wae lah apa pendapat orang lain. Yang gw anggap penting ya cuman pendapat keluarga aku dan beberapa sahabat baik ku. Sisanya ya kalo suka sukur, kalo gak suka ya aku gak perduli juga sih. 😆 Mangkanya menanggapi beberapa komen Troll terdahulu yang pernah mampir ke blog ini reaksi aku dari yang ikutan kesel dan emosi sampai udah tambeng banget gak perduli lagi apa kata mereka. Kenapa? Ya buat gw orang yang cuman berani komen anonymous kredibilitasnya patut dipertanyakan dan why on earth I should give a damn for them right? Di senyumin aja dan didoain aja semoga hidupnya bisa lebih bahagia sehingga gak perlu susah susah buat nyinyir komentar di blog orang demi menyalurkan emosinya. 😆
Sama dengan menanggapi berbagai macam versus versus an di dunia per emak-emakan yang gak ada matinya, kadang udah aku baca sekenanya aja. Selama gak mengganggu kemaslahatan anak kita eike gak perduli. Mau pilih sufor instead ASI ya monggo. Mau praktis pake mpasi instant ya silahkan. Ngerasa hebat mengaktualisasikan diri jadi working mother ya silahkan. Ngerasa super bisa jadi stay at home mother karena bisa maintain waktu lebih keren ya silahkan. Mau gak vaksin anaknya? Ya boleh, tapi jangan deket-deket anak gw yee 😆 . Mau gak RUM ya silahkan, itu anak anda kok. Dan yada yada yada berbagai versus yang lain. Semua itu pilihan. It’s your life, you have the right to choose and to live with your choices..
Jadi ya kalau masih ada yang gusar dan galau sama berbagai macam pendapat nyinyir orang diluar sana atas pilihan anda, mending pikirin baik-baik lagi (ini termasuk gw banget yg kadang masih suka galau gara-gara baca/dengar selentingan pendapat orang hehehe). Apa dan siapa sih yang penting dalam hidup anda. Orang tua anda? Partner hidup anda? Sahabat anda? Teman kantor anda? Apa pendapat orang diluar sana yang harusnya gak signifikan sama kehidupan anda itu penting buat anda? Think again. Kalau gak matter buat anda mending dimasukin kuping kiri kuping kanan aja kan (note to self banget ini!) . Like I said before, people do judge. So be it. Mau diungkapin out loud atau dalam hati saja itu naturenya kita. 🙂
Yang jelas sih, menyalurkan energi yang positif akan lebih bagus buat kesehatan dibanding bawaannya negatiifff mulu. Ya kan? 🙂
setuujjuu sama kalimat terakhirnya.. 🙂
anjing menggonggong kafilah berlalu ya.. anakmu ya anakmu dan anakku ya anakku, jadi suka2 yg punya dong ya mau ngapain dan diapain ajah.. toh nanti efeknya juga ditanggung sendiri.. walau utk yang anti vaksin bisa nular juga sih 🙁
tapi so far, klo kita ga meladeni pendapat nyinyir org yg ga penting ke kita,pasti itu orang juga akan kesel sendiri dan jadi ngga nyinyir lagi 😀
iya bener, lama-lama jadi capek sendiri mereka 🙂
Hohoho.. benar adanya. Ada kisah Luqman Al Hakim yang sedang berkelana bersama anak dan kudanya yang bisa dijadikan pembelajaran.
Berhubung panjang kalo di jembrengin maka aku kasih link nya ya..
http://www.sabah.org.my/mns/allPDF/TAZKIRAH%2053%20190606%20Kisah%20Luqman%20Al-Hakim%20Berjalan%20Bersama%20Anaknya.pdf
selamat membaca…
Wah thanks for sharing ya say. Bagus banget ceritanya dan emang berhubungan banget. Mau apapun kondisi kita orang kalau gak ikutan ngomongin rasanya gak afdol ya. 🙂 Ini harus dibaca sama semuanya 🙂