Asuransi vs Investasi

Ada pembaca kita yang bertanya soal asuransi dan investasi. Kedua hal ini sebenarnya buat saya adalah dua spesies yang berbeda. Investasi sebagai kita tahu adalah cara mem-preserve keuangan kita untuk lebih tinggi dari inflasi dan mencapai suatu tujuan finansial tertentu, misalnya dana pensiun, dana beli rumah, dana liburan, dana pendidikan, dll. Asuransi di sisi lain adalah suatu teknik “sedia payung sebelum hujan” untuk KESEHATAN kita dan (sebagian) kesehatan finansial kita dan keluarga.

Di sini saya coba bahas tentang asuransi. Kenapa kita perlu asuransi? Kita perlu payung jika sewaktu-waktu hujan, payung dapat digunakan untuk melindungi kita. Kalau tidak ada hujan? Gak apa-apa juga punya payung, hari ini tidak hujan bukan berarti besok pasti tidak hujan juga kan? Itu gambaran umumnya. Saya sebenarnya cukup awam dengan detil asuransi, jadi lebih baik dibahas dari pandangan awam juga. Asuransi secara besaran dibagi menjadi dua, asuransi jiwa dan asuransi kesehatan. Karena pasti sudah pada tahu artinya, kita skip langsung ke bagian kapan seharusnya kita apply kedua asuransi tersebut.

Asuransi Jiwa

Asuransi jiwa sebaiknya di-apply jika hidup keluarga bergantung pada kepala keluarga misalnya. Jikalau ayah yang membiayai hidup keluarga tiba-tiba dipanggil olehNya, keluarga tentu juga tiba-tiba tidak memiliki stream income yang biasa dinikmati. Asuransi jiwa ini berguna untuk meng-cover biaya hidup keluarga yang ditinggalkan.

Jadi misalnya biaya pertanggungan/santunan adalah IDR 100 juta, maka jika kepala keluarga passed away, duit 100 juta itu yang digunakan untuk membiayai hidup keluarga, sampai misalnya ibu mencari stream income baru. Kapan tidak perlu memiliki asuransi jiwa? Jika Anda masih single dan tidak ada tanggungan yang secara finansial “kehilangan” (misalnya orang tua) jika tidak ada stream income yang dihasilkan oleh Anda.

Asuransi Kesehatan

Berikutnya adalah asuransi kesehatan. Kebanyakan dari Anda yang menjadi pegawai tentunya sudah memperoleh jaminan asuransi kesehatan. Meskipun demikian harus Anda telaah dalam-dalam hal apa yang di-cover dan yang tidak. Jangan sampai Anda over-confident bahwa semua penyakit bakal di-cover oleh asuransi kesehatan tempat Anda bekerja. Bisa saja ternyata hal-hal tertentu sama sekali tidak tercantum di klausul asuransi kesehatan kantor. Silakan cek dan ricek lagi. Juga pastikan berapakah besaran rawat inap per malamnya yang ditanggung.

Sebagai contoh, ada asuransi kesehatan yang meng-cover biaya rawat inap IDR 400 ribu per malam. Ini kira-kira setaraf kamar kelas dua di RS ternama. Jika Anda ingin mendapatkan perawatan di kelas yang lebih tinggi, Anda bisa menyiasati dengan memiliki asuransi kesehatan dari 3rd party yang bisa menambah kekurangan (jika ada) reimburse biaya perawatan sakit Anda (dan/atau keluarga). Ingat sebagai tambahan, bukan sebagai sarana cari untung dengan me-reimburse ke kantor dan 3rd party sekaligus.

Asuransi Kesehatan Setelah Pensiun?

Nah, yang seharusnya jadi masalah adalah jika pensiun bagaimana? Biasanya kebanyakan kantor hanya meng-cover selama Anda bekerja di perusahaan tersebut. Jika sudah berumur 55 tahun dan pensiun, perusahaan mempersilahkan Anda untuk membiayai urusan kesehatan sendiri, padahal justru kebanyakan penyakit mulai menyerang setelah usia pensiun.

Ligwina Hananto mengkonfirmasi bahwa di Indonesia saat ini belum ada asuransi yang meng-cover mulai masa pensiun ini (di luar sepertinya ada, belum cek sih). Kebanyakan sih harus dimulai dari sekarang, meskipun belum tentu sekarang butuh (ingat dua perlindungan itu terlalu berlebihan jika coverage dari kantor sudah lebih dari cukup). Jadi sekarang cara mempersiapkannya adalah.. dengan membuat investasi dana kesehatan πŸ˜€ buatlah perencanaan dana kesehatan di masa pensiun sebagaimana persiapan dana pensiun. Jangan salah, jangan ambil dana pensiun untuk dana kesehatan! Kalau dana pensiun diambil salah satu, gimana pasangan kita mau menghidupi diri kalau begitu?

Unit link?

Bagaimana dengan unit link?? Hampir semua perencana keuangan independen — artinya tidak ada afiliasi dengan produk tertentu — tidak menyarankan produk seperti ini. Mengapa? selain tujuan awalnya berbeda, dua spesies dalam satu produk tentunya tidak memudahkan kita mengatur porsi besaran mana alokasi asuransi dan mana alokasi investasi. Jangan sampai ternyata alokasi investasi Anda malah tersedot untuk asuransi. Saya pribadi tetap menyarankan untuk memisahkan di antara dua produk ini. Silakan pilih investasi dan pilih asuransi, jangan pilih asuransi+investasi. Percayalah akan lebih enak mengaturnya jika dipisah seperti itu πŸ™‚

Update: salah satu tulisan Ligwina Hananto menyebutkan sejumlah alasan kenapa unit link itu tidak direkomendasikan. Kesimpulan saya, dua spesies dalam satu produk artinya benefitnya tidak optimal, baik dari sisi asuransi maupun dari sisi investasi.

[thumbnail image]

Perlu Investasi Pendidikan?

Ini merupakan kelanjutan pembahasan tentang biaya pendidikan anak. Sebelumnya istri telah memberikan suatu buzz yang cukup mengena di hati para pembaca sekalian. IDR 1.5M untuk biaya kuliah anak?? Well, bisa jadi 20 tahun lagi angka segitu bukanlah angka yang cukup bombastis. Sebagai ilustrasi yang paling gampang, saya akan bandingkan biaya kuliah secara total (dan nyata) di sebuah Universitas Negeri di Depok tahun 2001 dan tahun 2008.

Tahun 2001 (hingga lulus 2005)
Uang pangkal (admission fee) IDR 0 (sukarela) Β» pukul rata jadi IDR 5 juta
Biaya per semester (tuition fee) IDR 1.5 juta x 8 = IDR 12 juta
Biaya hidup (living cost, termasuk di dalamnya uang kos, makan, buku, dll) IDR 1 juta x 12 x 4 = IDR 48 juta
Total 65 juta

Tahun 2008 (hingga lulus 2012)
Uang pangkal (admission fee) IDR 25 juta
Biaya per semester (tuition fee) IDR 7.5 juta x 8 = IDR 60 juta
Biaya hidup (living cost, termasuk di dalamnya uang kos, makan, buku, dll) IDR 1.5 juta x 12 x 4 = IDR 72 juta
Total 157 juta

Dari tahun 2001 ke 2008, kenaikan biaya secara total adalah hampir 100 juta atau hampir 2.5 kali lipat. Tahukah Anda bahwa selama 7 tahun, jikalau dipukul rata dengan asumsi inflasi 10% tahun, nilai IDR 65 juta tahun 2001 itu seharusnya “hanya” setara dengan IDR 126 jutaan saja di tahun 2008? Artinya jika kita memasukkan dana di deposito IDR 65 juta dan mendapat bunga 10% per tahun pun tidak akan mampu membayar secara total biaya total kuliah anak kita!

Bagaimana nasib anak kita saat masuk kuliah 18 tahun atau 20 tahun lagi?? Kita tidak tahu apakah mungkin akan terjadi krisis ekonomi global 10 tahun lagi atau mungkin ada krisis minyak 15 tahun lagi yang mungkin memicu lonjakan inflasi, jadi harus bagaimana?

Menurut panutan kita, Ligwina Hananto dari QMFinancial — yang juga sebenarnya sudah ada di bundel Femina beberapa waktu lalu — tidak ada jalan lain selain berinvestasi untuk buah hati kita. Jika kita mulai dari sekarang — misalnya saat anak Anda baru lahir, semua dananya bisa dimasukkan ke Reksadana Saham. Setelah 5 tahun, silakan pisahkan dana untuk masuk SD ke Reksadana Pasar Uang (atau Reksadana Pendapatan Tetap) dan begitu selanjutnya hingga 15 tahun ketika anak sudah hampir memasuki masa kuliah.

Okay, jadi sebenarnya 18 tahun lagi sebenarnya berapa kira-kira biaya kuliah anak secara total? Dengan asumsi kenaikan 10% per tahun dan basis kita sekarang biaya kuliah total adalah IDR 157 juta, kita bisa mendapati angka IDR 872 jutaan! Ups, jangan shock dulu. Kita tahu dari ilustrasi di atas bahwa besaran kenaikan adalah lebih dari 10%. Jikalau kita gunakan asumsi kenaikan harga biaya pendidikan naik 15% per tahun, didapatilah angka bombastis hingga hampir IDR 2M! Udah pusing sekarang? Itu baru kuliah lho, belum SMA, SMP, SD, atau TK bahkan πŸ˜€

Bagaimana dengan “solusi” reksadana saham kita? Dengan asumsi pukul rata mendapatkan pertambahan dana 20% per tahun, tahukah Anda bahwa 18 tahun lagi jika Anda rutin memasukkan IDR 1.5 juta tiap bulan akan memperoleh lebih dari IDR 3M? InsyaAllah dana tersebut cukup jika digunakan untuk total biaya pendidikan anak secara total hingga lulus S1. Tapi perlu diingat, itu cuma untuk satu anak. Kalau dua anak ya harus punya dua rekening. Tiga anak? Tiga rekening. Dan itu HARUS tidak mengganggu investasi hari tua kita.

Sekali lagi, itungan ini bukan itungan saklek. Anda bisa mengurangi komponen biaya hidup jika merencanakan anak tetap tinggal dengan orang tua. Setidaknya Anda tahu bahwa biaya pendidikan itu tidak murah dan kita tentunya ingin pendidikan terbaik bagi putra-putri kita kelak.

Udah pusing menghitung perencanaan finansial keluarga? πŸ˜€

[thumbnail image]

1.5 Milyar..

..minimal untuk dana pendidikan satu anak jaman sekarang (TK-SD-SMP-SMA-S1). Rasanya tertampar hebat begitu mendengar Financial Clinic tadi pagi di radio. Walaupun cuman sekilas, tapi bikin aku berpikir keras. Haduh bagaimana ini yak.. Heran yah, padahal punya anak belum tapi udah pusing urusan beginian. Mengerikan sih sebetulnya kenyataan yang ada, tapi bagaimana juga harus diatasi dan sebisa mungkin di persiapkan dari sekarang. Itu baru aja pendidikan, bagaimana soal kesehatan dan lain sebagainya.. Dan itu baru satu anak sajaa.. Onde mandeee.. Langsung pupus deh impian punya anak 4. *halah..

Bagaikan stop watch yang langsung berputar, mungkin itu kali ya konsekuensi jika ingin punya anak. Begitu dua strip itu muncul di alat pengecek kehamilan, and instantly your life will change. Step aside your ego, and start re-priotizing ur life. Huaaaaaahh… Bikin aku deg-deg-degan bangeet. Berpikir ulang, sudah siapkah aku dan mas? Nyay nyey nyoy.. Memang gak segampang itu bilang, “sudah siap jadi orang tua”, bawaan dibelakangnya akan banyak bangeet.

Mungkin itu juga kali ya, sampai sekarang aku sama hubby belum diberikan amanah itu. Maybe, memang belum siap, lahir dan batin. And somehow, memang betul Allah tau yang terbaik buat umatNya. Sebulan yang lalu, aku yang kepengeen banget, tapi akhir-akhir ini banyak kenyataan yang membuat aku tergampar-gampar dengan sukses kalau ternyata… It will not be easy. So many things to think about. Dan aku yakin Allah sayang banget sama aku dan mas, karena kita masih diperbolehkan bersenang-senangΒ  dahulu.. πŸ™‚

Jadi, kapan siapnya? Dunno, diserahkan sepenuhnya sama yang di Atas. Soalnya terkadang manusia sering sekali keliru menilai dirinya sendiri. Seperti aku nih. Tapi jika kita akhirnya diberikan amanah itu, insyaAllah itu memang waktu yang terbaik, dan aku PASTI sudah siap.. πŸ˜€

Oh well, another homework for us ya mas. Btw, for financial thingy aku serahkan semuanya ke mas akhirnya. Soalnya aku menyerah menjadi Menteri Keuangan rumah tangga kita. Bukannya I’m not good at planning, namun soal strategi financial si mas jauh lebih jago dibanding aku. Huehehehehe.. πŸ˜›

[thumbnail image]

Membeli iPhone? Atur Dulu Perencanaannya..

Kita semua pasti tahu berita tentang peluncuran iPhone 3G di Indonesia melalui operator GSM terbesar, Telkomsel. Hampir satu tahun setelah peluncurannya di USA, iPhone 3G menyambangi Indonesia secara legal, di mana pembeli dapat menikmati jaminan garansi selama 1 tahun di Indonesia. Meskipun ditunggu oleh banyak pihak, kita tahu bahwa dana yang dibutuhkan untuk menebus device tersebut tidaklah sedikit.

Bagi newlyweds seperti kita-kita ini, diperlukan sedikit perencanaan untuk memastikan bahwa keuangan kita tidak akan “berdarah-darah” seandainya kita subscribe dengan salah satu paket iPhone tersebut. Buat saya pribadi, ada 2 hal yang harus disiapkan betul-betul supaya pembelian iPhone tidak membuat pemakainya mengalami kesulitan keuangan:

  1. Cek berapa besar dana nganggur di “magical shopping account”. Istilah magical shopping account diperkenalkan Ligwina Hananto–pengasuh Financial Clinic di Hard Rock FM–sebagai dana nganggur, duit yang bisa dihambur-hamburkan tanpa merasa bersalah mengambil jatah pos biaya bulanan. Biasanya magical shopping account digunakan sebagai pos pembelian barang yang bersifat sekunder ataupun tersier, misalnya belanja bulanan perempuan (tas, sepatu, baju, standarlah) atau belanja lain yang tidak bersifat urgent.
    Dana di magical shopping account akan bertindak sebagai DP bagi pembelian iPhone Anda. Kalo mencapai 9-11 juta, Anda tidak perlu ambil pusing untuk membayar secara cash, tapi seandainya kurang dari 2 juta misalnya, ada baiknya ditunggu dulu tambahan di beberapa bulan berikutnya.
  2. Berapa besar dana yang bisa disisihkan untuk biaya bulanan? Menurut aturan perencanaan keuangan yang baik dan benar, total cicilan semua hal seharusnya tidak lebih besar dibanding 30% total pendapatan keluarga. Jadi jika saat ini Anda sedang mencicil TV LCD 32 inch sebesar 600 ribu per bulan ataupun bahkan mencicil mobil sebesar 4 juta per bulan, total cicilan keseluruhan tetap tidak boleh lebih dari 30%.
    Anggaplah Anda tidak sedang mencicil apapun dan ingin menggunakan jatah cicilan ke paket Turbo Premium dengan cicilan 700 ribu per bulan, berarti setidaknya penghasilan total Anda dan istri sebaiknya lebih dari tiga kali lipat cicilan tersebut per bulannya

Dari dua checklist di atas tentunya para newlyweds sudah dapat mengukur kemampuan keluarga untuk membiayai pembelian gadget yang super-hype ini. Saran saya sih, jikalau gak butuh-butuh amat, atau setidaknya cuma butuh fungsi browsing dan gaming-nya untuk killing time, mending beli iPod Touch 2G yang lebih murah (dan dengan prosesor yang lebih powerful) deh πŸ˜€

[thumbnail image]