Harap maklum ya, memang pada dasarnya aku ini orangnya gampang bosenan. Berhubung sudah jenuh dengan tema blog lama yang bernuansa hitam sebagai back ground nya. Untuk tema yang baru memang mencari yang lebih cerah (prefer putih sebagai latar belakangnya), berkesan modern (simple minimalis lah seperti nuansa favoritnya Ayah) tapi tentunya dengan ada nuansa warna yang cerah dan kontras. Seperti yang aku mau.
Continue reading
Category: Blog
Another Blog..
Lagi banci bikin blog nya kumat. Hihihihi.. Gak sih, latar belakangnya lebih dalam kok alasannya. Ya karena aku sama si mas kan sama-sama pekerja. Dan somehow, banyak banget yang pengen kita ceritain ke Aghnan. Mengenai pikiran-pikiran kita tentang dia. Harapan-harapan kita tentang dia. Dan bagaimana dia itu sangat menginspirasi kita sehari-hari. Lalu, pengen ada aja semacam diary yang komprehensif (jyah.. bahasanya) tentang Aghnan. ย Harapannya sih, kalau Aghnan sudah besar nanti dia bisa menengok ke diary ini dan bisa melihat perkembangan dia day to day.
Sengaja cari platform yang simpel dibanding wordpress. Pilihannya antara tumblr atau posterous. Cuman karena tumblr di blok kantor, jadinya buat di posterous aja. Lebih simpel karena buat manajemen fotonya juga ok. Dan bisa posting via email. So anytime and anywhere bisa capture segala kegiatannya Aghnan dan di posting. Cerita ke si mas, eh malah sama si mas dimasukin ke domain karimuddin.com juga.
Buat yang penasaran pengen lihat bisa tengok ke
http://aghnando.karimuddin.com
But don’t expect anything more ya. Semua ceritanya berputar tentang Aghnan tersayang.. ๐
Another Hate Comments..
Lama-lama kebal juga deh dapat hate comments anonymous. Setelah dulu banget pernah ngalamin kayak begini. Book, ada lagii looh. Tapi kali ini sih gw tau dia orang yang mana.
Dulu banget ada mbak yang add gw di YM nanya-nanya soal wedding prep. Oklah gw bantu. Pas udah ada Aghnan, sering banget tanya ini itu juga. Selama gw bisa bantu, ya gw bantu. Tapi lama-lama komentarnya suka ganggu, nge judge, dan bikin gak nyaman hati. Alhasil daripada gw emosi jiwa ya gw block aja gitu ya itu orang.
Ternyata kesel kali ya gw block. Hari ini dia posting hal yang sama dari yang terakhir dia chat ke gw, tapi sok sok pakai nama lain. Gw taunya darimana? Yaa masa iya sarjana IT bisa loe kibulin. Plis deh. ย Gw approve kok mbak biar mbak puas. Mbak bisa nilai aku apa aja. But frankly, I don’t give a damn.
Gw bikin postingan ini bukan sebagai respon spesial buat komennya mbak ya. Lebih buat ngingetin ke gw atas 3 hal dibawah. Quoting RT nya Woro kemarin:
A Person hates u for 1 of 3 reasons.
- They wanna be you
- They hate themselves
- They see you as a threat
Have a great life ya mbak. Semoga hidup mbak kedepannya bisa dipergunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat dibanding ngurusin hidup orang lain yak.
Twitter: Antara @replies dan RT
Kebanyakan dari kita baru mengenal layanan microblogging paling lama satu tahun. Di antara sekian banyak layanan tersebut, Twitter adalah de-facto microblogging utama. Twitter digunakan oleh pejabat negara — seperti Barack Obama, selebritis, so-called selebritis, media, corporates, hingga kita-kita.
Secara umum, menggunakan Twitter itu tidak susah. Kita cukup nge-tweet (berkicau) terhadap sesuatu hal yang menurut kita menarik. Fitur umum yang ada dari Twitter adalah menulis status, @replies/mentions, dan direct message (DM). Contohnya adalah sebagai berikut:
amirk: saya makan nasi goreng (status)
dadidedo: @amirk nasi goreng pake apa mas? (replies)
amirk: @dadidedo pake telor dadar dan ayam goreng beb (replies)
dadidedo: sedang menikmati weekend yang menyenangkan dengan @dadidedo dan @amirk , just the two of us ๐ (mentions)
amirk: d dadidedo I’m having great time with u sayangku.. ๐ (Direct Message)
Simpel bukan? Nah, setelah API Twitter dibuka, yang memungkinkan adanya third party client untuk mengakses Twitter — seperti di PC, Mac, BlackBerry, atau iPhone — muncul satu fitur baru yang sebenarnya tidak secara resmi dikeluarkan oleh Twitter. Fitur ini adalah ReTweet, biasa disingkat RT.
RT ini semacam fitur Forward di email. Sebagaimana nature-nya Forward, yang kita lakukan adalah “meneruskan” suatu tweet yang dianggap menarik, dengan kadang-kadang menyelipkan opini pribadi. Bentuk umum ReTweet adalah “RT @.. <tweet>”, tapi bisa juga dimodifikasi menjadi “<tweet> (via @..)”. Contohnya sebagai berikut:
dadidedo: ada restoran Jepang baru di Pacific Place.. (status)
amirk: Ingin berkunjung secepatnya RT @dadidedo: ada restoran Jepang baru di Pacific Place.. (RT)
amirk: ada restoran Jepang baru di Pacific Place.. (via @dadidedo) (RT)
Sebenarnya mengikuti “aturan” ini simpel. Masalahnya, banyak orang — sayangnya kebanyakan orang Indonesia — yang baru ikutan Twitter dan merasa bahwa RT itu “lebih cocok” digunakan sebagai ReplyTo. Padahal bukan itu tujuan awalnya. Walhasil, tweet pun rasanya makin ribet karena terlalu banyak informasi di dalamnya. Coba saya contohkan dengan contoh yang ada di awal:
amirk: saya makan nasi goreng
dadidedo: di mana mas? RT @amirk: saya makan nasi goreng
Biasanya, alasan terhadap penyalahgunaan seperti ini adalah yang bersangkutan bisa kehilangan informasi tentang topik atau bahasan yang mana yang dibicarakan. Bandingkan jika tweet-nya hanya seperti ini:
dadidedo: @amirk di mana?
Kemungkinan @amirk bingung terhadap pertanyaan @dadidedo cukup besar karena tidak mengerti maksud pertanyaannya. Nah, salah satu “cara” supaya pengguna Twitter tidak kehilangan jejak pembicaraan adalah menggunakan “re:<topik>”, persis seperti apa yang dilakukan dalam pembicaraan email. Contohnya sebagai berikut:
dadidedo: @amirk di mana? re:nasi goreng
Sesuai contoh di atas, @amirk seharusnya tidak ada akan bingung karena topik pembicaraan ini adalah tentang nasi goreng. Jika Anda peduli pada “penggunaan Twitter yang baik dan benar” dan Anda merasa melakukan kesalahan dalam penggunaannya, silakan perbaiki kebiasaan ini ๐
Ada Apa dengan Identitas Asli di Dunia Maya?
Internet. Suatu sarana masif untuk mendapatkan informasi. Sesuatu yang bahkan membuat koran pagi terlihat menjadi basi. Internet — terutama di masa Web 2.0 saat ini — memberikan kebebasan bagi kita untuk mengungkapkan opini, selayaknya pakar, pengamat, ataupun jurnalis. Kita adalah diri kita sendiri, yang mempunyai pendapat dan ingin didengar dan dihargai.
Sayang sekali, di masa kebebasan “tidak terbatas” seperti saat ini, banyak sekali orang yang TIDAK BERTANGGUNG JAWAB dengan mudahnya memberikan komentar-komentar dengan nada negatif terhadap segala hal. Anda tentu paham benar maksud saya. Di setiap berita detikcom misalnya, kita bisa menemukan ratusan — bahkan ribuan — komentar anonim dengan sesuka hati mencaci maki siapapun itu. Entah sirik atau tak mampu, caci maki sepertinya merupakan suatu bentuk pelampiasan ketidakintelekan suatu pendapat.
Sudah banyak blog-blog ternama yang berusaha untuk mengedukasi masyarakat bahwa bebas bukan berarti tidak bertanggung jawab. Pepih Nugraha misalnya, seorang jurnalis Kompas yang cukup dikenal, akhirnya memutuskan untuk tidak meng-approve suatu komentar tanpa identitas yang jelas. Identitas jelas ini bisa berupa nama asli, alamat email asli, ataupun yang sekarang cenderung menjadi KTP global — akun Facebook.
Saya perhatikan dengan seksama, komentar tanpa identitas asli di dunia maya selalu berujung pada komentar satir bin tidak berpendidikan bin tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ini merupakan ekses suatu kebebasan yang bagai pisau bermata dua. Anda jika mengirim surat pembaca di Kompas saja harus menyertakan fotokopi identitas yang jelas supaya bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya, kok ini memberikan suatu pendapat tapi malu memberikan informasi asli Anda.
Ingat, jika di dunia nyata ada namanya sopan santun, di dunia maya juga ada namanya netiket. Netiket, berasal dari istilah bahasa Inggris — Netiquette — merupakan kumpulan norma-norma untuk mengatur keselarasan berselancar di ranah maya. Internet bukanlah milik pribadi maupun perseorangan, melainkan milik kita semua. Mengenai netiket ini tentu bisa Anda dapat keterangan lebih lanjut melalui mesin pencari.
Sebagai bagian dari gerakan edukasi netiket, sejak awal kami memutuskan untuk tidak meng-approve suatu komentar tanpa identitas nama dan email yang jelas, bahkan mengkategorikannya sebagai spam. Apalagi jika kami tidak mengenal secara langsung pihak yang bersangkutan. Gunakanlah fitur Facebook Connect jika Anda malas mengisi Nama dan Email yang jelas. Tentunya setelah itu Anda bisa melanjutkannya dengan memberikan komentar yang elegan, bagaimanapun posisi Anda terhadap suatu post, baik pro maupun kontra. Mari kita tingkatkan kesadaran berinteraksi dalam ranah maya Internet yang baik dan benar ๐