Another Business Trip

Desember ini betul-betul jadi bulan tersibuk tahun ini. Kerjaan lagi gila-gilanya, belum lagi persiapan Tedak Siten Aghnan dan mesti survei baby sitter baru pengganti mbak Tami. Hoeeee.. Mau pingsan tiap kali mikirinnya.. Mana lagi disaat kerjaan lagi onde mande kejar-kejarannya aku dikasih tugas pergi dinas 3 hari ke Pontianak waktu kemaren. Dan nanti bakal ada lagi pertengahan Desember selama 6 hari.

Padahal ya, dulu kalau disuruh Dinas aku paling sigap. Mau kemana saja ke Indonesia (atau luar negeri) aku hayuk ajaa. Gak pakai banyak ceng cong pasti cabut brur!! Tapi semenjak ada Aghnan berubah banget. Kalau dinas dalam negeri pasti berangkatnya pilih pesawat paling sore dan baliknya pilih pesawat paling pagi. Sebelum berangkat biasanya di puas puasin dulu main sama Aghnan seharian. Pulangnya juga gitu, bela-belain deh bangun jam 4 pagi biar bisa ngejar pesawat jam 6, supaya jam 7 pagi sudah bisa keruntelan sama Aghnan.

Terus yang dulu gak pernah rese nginep dimana, sekarang jadi rada bawel. Hotel tempat menginap WAJIB punya kulkas yang dingin. Dan biasanya aku survei dulu 2 hari sebelum pergi, supaya aware apakah kulkas di kamar hotel dingin atau tidak. Kalau tidak dingin, siap-siap aja minta special request ke concierge hotel supaya mau bolak balik nganterin ASIP kita ke chiller di dapurnya hotel (yes, I did this when I went to Medan). Rada ngerepotin hotel dikit sih, cuman ya demi ASIP buat Aghnan. Selama Aghnan belum 1 tahun, diusahakan tidak defisit ASIPnya.

Yang jelas, kalau dulu cuman nenteng koper kabin nan ringan, sekarang ditambah cooler bag ukuran sedang ditenteng kemana-mana. Waktu berangkat sih masih enteng. Pas pulangnya itu lumayan juga beratnya. 3 hari 2 malam aja cooler bag ukuran segini aja sudah penuh. Kalau pergi sampai 6 hari 5 malam mungkin perlu bawa yang lebih besar kali ya.

Tempat penyimpanan ASIP nya pun biar efisien gak bisa tuh pakai botol kaca kayak dirumah. Makan tempat banget dan repot bawa diawalnya. Biasanya favorit aku tempat penyimpanan ASIP dari plastik kayak begini nih. Yang dibawah ini merk nya Medela punya:

Plusnya plastik medela kayak diatas itu, ada cantolannya, jadi bisa pompa langsung masuk kesitu dengan nyaman. Tapi negatifnya, plastik medela kayak gitu satu paketnya mahal bok. Akhirnya kemarin waktu dinas ke Pontianak, beli storage milk nya Mothercare. Harganya hampir separo nya Medela punya.

Oh terus biar gak repot sterilize botol saat dinas, bisa beli sterilizer tablet nya Mothercare. Praktis banget dan menenangkan hati karena pasti kebersihan botol dan pompanya terjaga :D. Harganya gw lupa. Cuman besok mau beli lagi nanti dipajang harganya disini. Penampakannya seperti ini:

Hiii rempong yaa. Tapi, pastinya segambreng persiapan extra itu gak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa kangennya yang gokil banget sama si bocah Aghnando setiap pergi dinas. Setiap mau pergi dinas pasti baju bekas pakainya Aghnando wajib dibawa. Supaya bisa terus cium-cium bau dia. Tiap sholat alamat mewek teruus. Yah tapi apa mau dikata. Resiko ibu pekerja bukan. Toh, ini pilihan gw supaya gw bisa kasih Aghnan insyaAllah yang terbaik.

Aku sudah survive 2 perjalanan dinas terdahulu. Di depan mata sudah akan ada Β perjalanan dinas satu lagi di tahun ini. Kali ini bakal agak lama karena urusan training. Sekitar 6 hari 5 malam. Semoga diberi kekuatan dan kemudahan yaa.. Amiin.. πŸ™‚

Sedih Banget..

..ketika melihat seorang ibu baru, tidak mensyukuri anugrah yang diberikan kepadanya:

  • ASI nya berlimpah tapi ogah-ogahan meras ASInya dan tidak bersemangat untuk mengumpulkan stok ASIP nya.
  • Tega banget membuang ke tong sampah ASI yang sudah di perah tanpa alasan yang jelas. Mungkin malas membawa kemana-mana ASIP karena mungkin dia nilai berat atau merepotkan. T_T
  • Dia lebih sibuk menurunkan berat badannya dibandingkan makan makanan yang bergizi supaya kualitas ASI nya bagus.

Gw sebetulnya malas banget ngomongin ini di blog. Cuman rasanya sakit hati banget ngeliatnya. Di saat banyak temen-temen gw yang kepengeeen banget kasih ASIX karena produksi ASI nya kurang atau karena kendala yang lain. Ini kok kayanya menyia-nyiakan rejeki anak nya yang ada.

Kalau dibilang mungkin ibu baru itu kurang knowledgeable. Kayaknya gak deh ya, temen-temennya kayanya udah sampai doer cerita A-Z tentang ASI, ASIP dkk nya.Β Tapi ya, siapa sih gw bisa protes seenaknya. Itu hidupnya dia dan anaknya dia urusan dia. Cuman masih gak ngerti aja kenapa ada seorang ibu yang gak mau kasih yang terbaik buat anaknya padahal dia bisa. Prihatin banget yang jelas. Mungkin baby blues yang keterusan, insting keibuannya belum nendang, insecure sama kehidupan pernikahan dia atau apapun alasan lainnya. Yah, siapa yang bisa tau sih dapur orang masing-masing. Yang jelas hidup itu pilihan. Mungkin itu pilihan yang dia pilih. Who am I to judge her?

Maaf ya malam-malam malah nyampah curhatan gak penting ini. Carry on people.. Carry on.. πŸ™‚

Dan Aku Pun Memompa di Cubicle..

Apa mau dikata, menjelang akhir tahun kan biasanya memang deadline menggunung. Rasanya waktu kerja biasa tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan. Biasanya waktu jaman masih belum ada anak mah ya lembur masih ok lah. Tapi sekarang kok kayanya gak ikhlas ya kalau harus lembur demi menyelesaikan pekerjaaan. Sebisa mungkin harus bisa di maintain agar masih bisa ketemu dan main sama Aghnan sebelum Aghnan bobo.

Tapi demi menghindari lembur ini biasanya waktu untuk memompa jadi tidak maksimal. Karena kadang memompa sendiri memakan waktu cukup lama. Paling cepat 15 menit lah. Kadang malah kalau lagi penuh-penuhnya bisa habis setengah jam sendiri. Dan biasanya setelah selesai mompa aku suka lupa terakhirnya itu ngerjain sampai mana. Perlu loading lagi dan itu makan waktu lagi.

Jadi demi berhemat waktu dan efektifitas dalam bekerja akhirnya mulai awal bulan lalu aku coba untuk full memompa di cubicle. Senjata utama untuk mompa di cubicle adalah Nursing Apron. Oh God Bless whoever invented this tool πŸ˜€ . Teorinya adalah, di mall aja aku berani mompa atau menyusui cuman ditutupi nursing apron, kenapa di kantor tidak? Uhmm yeah, awalnya sih sungkan sama para kolega yang lebih banyak berjenis kelamin pria. Tapi toh, intinya kan tidak terlihat sama sekali dengan menggunakan nursing apron. πŸ˜€

Pertama kali nyobain aku cuman bilang: “permisi, mau mompa nih, maaf ya kalau berisik” . Hehe itu pun juga kayanya gak ada yang mudeng, soalnya pada kerja pasang kacamata kuda (baca: pasang earphone sambil denger musik πŸ˜› ) Aku pakai hand sanitizer dulu, ngerakit pompanya, pasang nursing apron, pasang pompa nya ke payudara (didalam nursing apron), bismillah dan mulai mompa deh.

Hasilnya setelah satu bulan? Lumayan efektif. Sehari bisa mompa lebih banyak tanpa memakan waktu kerja yang banyak :D. Biasanya kalau tangan kiri pegang pompa, tangan kanan bisa balas email dari bos. Atau makin kesini, karena makin jago. Pompa bisa di sangga sama ujung meja kerja dan paha, dan tanganpun bisa bebas ketak ketik kerjaan. Kemudian nyuci dan sterilize mompa sekalian kalau mau ke toilet. Hehehe multi tasking memang jagonya wanita yak πŸ˜€

Lucunya sih bikin amaze rekan kerja dengan kegiatan aku memompa di cubicle ini. Bahkan pak bos dan ibu bos pun terkesima sekaligus penasaran aku pakai breast pump model apa, kok bisa mompa di cubicle. Quoting pertanyaan pak bos ke ibu bos “Itu Anggi kok mompa nya bisa gak ngumpet-ngumpet kayak yang lain sih? Pakai breast pump model apa?” Hehehe, kan breast pump jaman sekarang kan canggih pak bu. Dan again, kuncinya adalah nursing apron saja ko πŸ™‚

Oh iya beberapa tips jika ada yang ingin mengikuti caraku untuk mompa di cubicle:

  • Wajib punya Nursing Apron πŸ™‚
  • Wajib pakai blazer/cardigan panjang untuk menambah keamanan tutupan samping dan belakang
  • Waktu memompa usahakan 2 kancing diatas tertutup. Jadi better buka kancing dibawah yang tertutup dengan nursing apron.
  • LDR dapat dipicu dengan mendengarkan suara anak. Biasanya aku kalau mompa di cubicle, pasang ipod isi suaranya Aghnan. Atau melihat video nya Aghnan via blackberry. It helps buat memicu LDR aku πŸ™‚

Memang sih awalnya pasti canggung dan kikuk. Tapi practice makes perfect πŸ™‚

I Am a Proud Daughter

Inget gak sih dulu aku pernah posting tentang betapa keukeuhnya si mama buat kasih Aghnan sufor. Bahkan dari sebelum Aghnan lahir. Dari awal pun aku cerita soal ASI, si mama selalu bilang, “gak bakal bisa cukup kalau semuanya ASI” atau “kalau ditinggal kerja bagaimana” atau “nanti bayinya gak kenyang” dan segambreng alasan-alasan yang sedikit memaksa aku untuk memikirkan tentang sufor. Keselnya setengah mati sama si mama waktu itu. Apalagi ditengah semangat dan idealisme tinggi yang kencang tentang ASIX ko malah langsung dihancurkan berkeping-keping oleh komentar si mama.

Sedih gak digituin sama si mama? pastinya. Sempet down? pastinya.Untung si mas waktu itu support 100% untuk ASIX. Dan mungkin that’s all I need. Lagipula Anggi gitu loh, semakin ditantang semakin menjadi. Untuungnya gw orang yang suka tantangan. Dan semakin punya target buat membuktikan ke diri sendiri kalau aku dan Aghnan bisa ASIX. Karena menurut aku kalau kita debat kusir sama si mama gak akan menghasilkan apa-apa. Yang ada tambah kesal dan sedih. Kuncinya hanya perlu dibuktikan dengan hasil yang nyata bahwa itu bisa dilakukan.

Tiap kali ditanya sama si mama, “kapan mau kasih Aghnan sufor?” Dengan lantang gw bilang “insyaAllah gak pernah dan gak akan..” Terlalu percaya diri? Yah mungkin, tapi untuk dan demi ASIX aku belajar kalau kita harus super pede sama diri sendiri. Aku selalu percaya dengan pribahasa nya Paulo Coelho “If you really want something, then the universe will conspire to help you..” Dan aku percaya semakin aku tanamkan afirmasi positif ke diri aku sendiri, maka aku akan bisa mengejar target yang aku mau.

Alhamdulillah aku selalu di dekatkan dengan komunitas yang pro ASI. Ilmu aku tentang per ASI an pun aku bisa bilang cukup OK. Jadi berbekal ilmu yang cukup tentang ASI aku yakin bisa mensukseskan ASIX buat Aghnan. Gak muluk kok target aku. Step by step. Yang pertama tentunya bisa lulus S1 ASIX.

Prakteknya memang sulit, apalagi aku C-Sect. Dan ASI ku tidak langsung lancar pada hari pertama. Walau khawatir, aku tidak menunjukkannya di depan siapa pun. Pede kalau ASI akan keluar pada waktunya, dan insyaAllah akan selalu mencukupi kebutuhan Aghnan.

Melihat aku segitu gigihnya ingin memberikan ASIX kepada Aghnan dan perjuangan aku memerah tiap 3 jam sekali (bahkan sampai dini hari pun aku bangun) untuk mengumpulkan ASIP, mungkin meluluhkan juga hati si mama. Issue untuk memberikan sufor tidak terdengar lagi. Dan perlahan mama mulai belajar soal seluk beluk ASI. Dan yang terpenting adalah support nya si mama mulai terlihat. Mama pun terdengar bangga tiap kali ada orang yang tanya Aghnan mimiknya apa. Dan dengan lantang si mama bilang “ASI saja kok” . πŸ™‚ Alhamdulillah banget. Mama pun bisa satu visi sama aku.

Senang? Pastinya.. Apalagi Aghnan besok bisa genap jadi S1 ASIX. Alhamdulillah banget. Mama ku pun sekarang bisa membantu anak temannya yang bermasalah dengan ASI nya. Mama bisa dengan lancar menjelaskan tentang seluk beluk ASI kepada anak temannya (yaah walaupun bolak balik bbm aku buat konfirmasi πŸ™‚ ). Dan Alhamdulillah karena gencarnya si mama mendukung anak temannya itu. Hasilnya dari yang tadinya anak temannya 80% memberikan babynya susu formula, sekarang sudah 80% memberikan bayi nya ASI. Dan insyaAllah bisa 100% ASI. Amiiin..

Hebat ya mamaku sekarang πŸ™‚ I am definitely a proud daughter πŸ™‚

Ilfil..

..sama dsa nya Aghnan sekarang. Oh well, sebenernya so far so good loh aku sama dsa nya Aghnan yang sekarang. Baik, ramah, sayang sama anak kecil. Bisa ditelpon kapan aja. Tapiii ini dimulai dari waktu Aghnan imunisasi IPD yang kedua. Ini bocah berat badannya gak naik banyak. Cuman 300gram dalam waktu 3 minggu. Harusnya kalau menurut patokan dia setiap minggu Aghnan itu harus naik BB sebanyak 200 gram, yang berarti Aghnan harusnya naik 600 gram.

Oke lah di bawah target. Padahal bulan lalu dia over target banget. Tapii menurut aku sih wajar. Aghnan soalnya kan lagi banyak bergerak guling-guling koprol. Minumnya Aghnan juga masih banyak ko. Sehari kalau ditinggal dari jam 7 sampai jam 4 bisa habis 600-800ml dan itu juga diluar aku nyusuin langsung pada waktu lunch. Nafsu makan masih bagus right?

Anaknya juga happy terlihat sehat, ceria, dan aktif gak lemah letih lesu. Frekuensi pup dan pipis juga normal. Tanda-tanda alergi pun ga ada. Pipi mulus, gak batpil juga. So sebenernya ya ini anak perkembangannya bagus. Perkembangan motorik juga on time semua.

Ditanya sama dokternya (untuk ke sekian kalinya), ini makannya apa? Aku jawabnya ASI aja dok. ASI nya banyak ga? Dokter bilang harus masuk minimal 700 ml sehari. Yah dia mah 700 ml bisa abis kalau aku tinggal kantor. Pas aku di rumah dia nyusu sepuasnya.

Masih aja dokternya penasaran ngeliat chart BB nya Aghnan. Mikir. Sampe akhirnya tercetuslah kalimat ini..

“Oke deh bu, nanti anaknya dikasih tambahan vitamin penambah nafsu/berat badan ya?”

WHAAAAATT?!?!? *reaksi dalam hati* . Aslinya sih gw asli bengong denger dokternya. Ya amplop, ini dokter gak mudeng atau lupa ya kalau aku pengennya ASIX. Dan ASIX itu berarti ya yang masuk ke anak hanya ASI sajah. Yaelaaah judulnya juga X nya artinya eksklusif. Ini kenapa tiba-tiba gampang banget mau ngeresepin vitamin. Dan so far juga ga ada masalah dengan ASIX selama 5 bulan ini. Ini ya kenapa tiba-tiba terobsesi dengan berat badannya Aghnan ya?

Aku sih dengan santainya bilang? “Vitamin dok? gak perlulah, anaknya juga sehat dan aktif ko. ASI aja cukup lah buat dia.” Dokter pun ngeliat aku argumen begitu jadi gak jadi ngeresepin vitamin. Tapi itu cukup bikin gw ilfil. Cerita ke si mas juga dia bingung, kok tumben banget ngeresepin macem macem, padahal baru aja ketemuan sebelumnya dia bilang ASI aja cukup.

Heran sih iya, tapi sudah kadung ilfil. Dan mulai curiga kalau ini dokter sebenarnya gak terlalu RUM. Yah coba aja, anak sehat sentausa langsung mau diresepin vitamin, gimana kalau Aghnan sakit sedikit coba? Langsung antibiotik macem-macem lagi. Karena gw parno anak bisa dengan gampang dicekokin macam-macam antibiotik kalau sakit, akhirnya aku tanya kiri kanan mengenai dsa yang bagus, pro ASI (beneran) dan tentunya pro RUM (beneran). Dunno ya, ko dari cerita kiri kanan banyak yang punya pengalaman ngadepin dsa yang stated pro ASI dan pro RUM tapi ya itu, apa-apa gampang ngeresepin obat dan antibiotik *keluh* .

Akhirnya setelah berbagai pertimbangan dan masukan akhirnya aku decide mau coba konsul ke *the famous* dr.W yang praktik di KMC untuk vaksinasi Aghnan selanjutnya. Jauh sih bok, cuman kata teman, di KMC itu organisasi waktu masuknya bagus. Jadi sehari sebelumnya kita di telpon suruh datang jam berapa. Dan biasanya gak pake nunggu lama (asal kita datang on time). Yah semoga cocok ya. Gw merasa butuh pembenaran aja kalau apa yang gw pelajari dan gw (percayai) selama ini benar.

As predicted, nyokap gw against usul gw ganti dsa nya Aghnan . Katanya cuekin aja. Yaah nyokap emang sudah kadung sreg sama dsa nya Aghnan sekarang. Si mas juga. Tapi aku, yang tadinya sreg jadi bener-bener ilfil seketika gara-gara disuruh pake vitamin itu. Oh well, secara imunisasi Aghnan diatas 6 bulan gak bakal begitu sering jadinya ya gpp lah dicoba rada jauhan dikit ke KMC. Lagipula Aghnan kan udah enak diajak jalan jauh. Anteng di car seat πŸ™‚

Yah sekian curhat sore ini. Semoga ketemu dsa Aghnan yang betul betul pas ya.. Amiiin.. πŸ˜€