Don’t Feed The Trolls..

Itu rule #1 di Internet menurut versi si mas. Tumben-tumbenan aku sama si mas bisa ngebahas ini panjang lebar. Tiba-tiba aja ngomongin ini waktu perjalanan kita pp ke Bandung Sabtu kemarin. Oh iya, Trolls ini maksudnya siapa sih? Trolls ini sendiri menurut definisi si mas adalah orang yang fanatik / orang yang tidak bisa berdiskusi secara sehat, yang suka komentar OOT (Out Of Topic), penyebar kerusuhan/kebencian  (haters) dan bahasa lainnya ya provokator masalah di Internet. Kalau versi wikipedianya bisa lihat disini yak. Baca sendiri.
Continue reading

Ada Apa dengan Identitas Asli di Dunia Maya?

Internet. Suatu sarana masif untuk mendapatkan informasi. Sesuatu yang bahkan membuat koran pagi terlihat menjadi basi. Internet — terutama di masa Web 2.0 saat ini — memberikan kebebasan bagi kita untuk mengungkapkan opini, selayaknya pakar, pengamat, ataupun jurnalis. Kita adalah diri kita sendiri, yang mempunyai pendapat dan ingin didengar dan dihargai.

Sayang sekali, di masa kebebasan “tidak terbatas” seperti saat ini, banyak sekali orang yang TIDAK BERTANGGUNG JAWAB dengan mudahnya memberikan komentar-komentar dengan nada negatif terhadap segala hal. Anda tentu paham benar maksud saya. Di setiap berita detikcom misalnya, kita bisa menemukan ratusan — bahkan ribuan — komentar anonim dengan sesuka hati mencaci maki siapapun itu. Entah sirik atau tak mampu, caci maki sepertinya merupakan suatu bentuk pelampiasan ketidakintelekan suatu pendapat.

Sudah banyak blog-blog ternama yang berusaha untuk mengedukasi masyarakat bahwa bebas bukan berarti tidak bertanggung jawab. Pepih Nugraha misalnya, seorang jurnalis Kompas yang cukup dikenal, akhirnya memutuskan untuk tidak meng-approve suatu komentar tanpa identitas yang jelas. Identitas jelas ini bisa berupa nama asli, alamat email asli, ataupun yang sekarang cenderung menjadi KTP global — akun Facebook.

Saya perhatikan dengan seksama, komentar tanpa identitas asli di dunia maya selalu berujung pada komentar satir bin tidak berpendidikan bin tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ini merupakan ekses suatu kebebasan yang bagai pisau bermata dua. Anda jika mengirim surat pembaca di Kompas saja harus menyertakan fotokopi identitas yang jelas supaya bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya, kok ini memberikan suatu pendapat tapi malu memberikan informasi asli Anda.

Ingat, jika di dunia nyata ada namanya sopan santun, di dunia maya juga ada namanya netiket. Netiket, berasal dari istilah bahasa Inggris — Netiquette — merupakan kumpulan norma-norma untuk mengatur keselarasan berselancar di ranah maya. Internet bukanlah milik pribadi maupun perseorangan, melainkan milik kita semua. Mengenai netiket ini tentu bisa Anda dapat keterangan lebih lanjut melalui mesin pencari.

Sebagai bagian dari gerakan edukasi netiket, sejak awal kami memutuskan untuk tidak meng-approve suatu komentar tanpa identitas nama dan email yang jelas, bahkan mengkategorikannya sebagai spam. Apalagi jika kami tidak mengenal secara langsung pihak yang bersangkutan. Gunakanlah fitur Facebook Connect jika Anda malas mengisi Nama dan Email yang jelas. Tentunya setelah itu Anda bisa melanjutkannya dengan memberikan komentar yang elegan, bagaimanapun posisi Anda terhadap suatu post, baik pro maupun kontra. Mari kita tingkatkan kesadaran berinteraksi dalam ranah maya Internet yang baik dan benar 🙂

[thumbnail image]

Tentang Hub and Wi-Fi

Long Wiken kemarin kita menghabiskan waktu di Bandung. Soalnya si Babe (baca : papa ku) ulang tahun dan kita udah lama yang jalan-jalan keluar kota sekeluarga. Jadinya pergi deh kita.. Nginep di Hotel Sany Rosa di Setiabudi selama 2 malam. Asik asiikk.. Milih nginep disitu karena biar dekat sama Rumah Mode di Setiabudi.. 🙂 Dan dekat juga sama kost-nya adek gw. Oiya.. adekku, Anggoro, masih kuliah di Universitas Parahyangan jurusan Arsitek tingkat 3 kalau ga salah.. 😛

Selama Bandung kita sih puas-puasin wisata kuliner (*duhmaakkgendutdehgw..) dan si mas sama Anggoro sibuk belanja kaos di distro. Sedangkan aku.. hehehehe menjadi penasihat saja deh, soalnya selama ini kan yang hobi belanja aku si mas jarang banget. Sekarang giliran si mas yang aku suruh beli kaos deeh.. 🙂 Kita beli kaos couple looh.. Hihihi gak penting banget. Dan sebenernya gak banget pilihannya.. Hehehe nanti kita kasih tau deh kalau udah di pakai..

Selama di jalan tuh aku sama si mas gak jarang ribut-ribut gak penting (*inisihprovokasinyaaku.. :P) tapi seringnya sih melempar kasih sayang.. Terutama mengumbar nick name favorit kita berdua.. Hubby and Wifey.. Hihihihi… Gak tau enak aja sih manggil si mas hubby.. Si mas juga getol banget manggil Wifey.. Yang kocak sih pas kita bercanda-canda kaya gini..

si mas : duuuh wifey kuu.. (*sambiltoel-toelhidungku.. 😛 )

aku : humm.. ko kedengarannya jadi kayak wi-fi yaaah… kalau aku wi-fi kamu jadi hub dunk.. kan hubby.. 🙂  Eh.. matching tuuh.. wi-fi dan hub..

si mas : hihihi.. oiyaa lucu juga.. kayanya cukup related..  soalnya kan sama-sama penghubung ke internet..

aku : betuuulll kita berdua kan tidak bisa hidup tanpa internet.. (yup, salah satu fakta kita berdua, can not live without each other and internet.. 😆 )

Hohohoho… geek banget yak becandaannya.. Maklum yaaa.. Hihihi.. Kita jadi berpikir untuk buat kaos couple tulisannya Hub and Wi-Fi.. Hihihihi.. lucuuuu… 😀

[thumbnail image]