Anak Gendut = Anak Sehat ?

Selalu tergelitik kalau mendengar paradigma orang lama kalau anak sehat itu pasti gendut. Jadi kalau anak yang kurus pasti gak sehat atau bahkan kurang gizi. Asumsi yang sangat salah namun sudah jadi cap tersendiri di masyarakat kita. Hehe kenapa tiba-tiba aku nulis tentang ini ya soalnya sudah mulai terganggu dengan saudara yang tiap datang ke rumah komentarnya cuman..

Aghnan kurus ya..

Terus biasanya dilanjutkan dengan pertanyaan

Itu masih nyusuin? Mau sampai kapan? Gak pakai susu tambahan?

Continue reading

Can We Breastfeed Without Labelling Others?

Alhamdulillah banget aku bisa menyusui Aghnan selama 6 bulan lamanya secara eksklusif. Itu perjuangan yang tidak mudah dan rasanya setelah tercapai rasanya bangga banget dan ingin sekali teriak “Yess, kita bisaaa..” πŸ™‚

Tapi ditengah rasa bahagia itu aku sedih mendengar ada statement seperti..

“Anak saya bukan anak sapi, karena itu saya kasih asi bukan sufor..”

Ehmm.. Itu maksudnya apa ya? Kalau sekilas kan bisa berarti anak yang dikasih sufor berarti anak sapi? Heeyaaloooh.. Kok jahat banget ya statement nya. Dan sedihnya itu gak sekali dua kali aku dengar statement itu.

Kebayang kalau aku gak bisa kasih ASI eksklusif ke anak saya dan baca statement itu. Rasanya sediih banget tentunya. Karena satu dan lain hal gak bisa kasih ASI eksklusif karena sudah berusaha. Kemudian sudah sedih gak bisa kasih ASI eksklusif terus di labelin seperti itu. Ya jangan begitu doong. Apalagi pakai istilah Anak Sapi. Menurut aku siapapun yang menciptakan istilah Anak Sapi ini kejam. Terlalu jahat buat gw.

Gw sendiri support ASI sangat dan gw tau banget Kampanye ASI itu niatnya baik. Tapi gak perlu lah maksud baiknya dirusak dengan statement-statement jahat yang memojokkan orang lain.

So moms let’s continue breastfeeding without labelling and judging others yaa.. πŸ™‚ Buat gw, judging other mom, guilty as charge.. πŸ˜†

PS: disaat gw bikin postingan ini, ternyata Darina juga memposting hal yang senada.. Sehati berat yak kita πŸ™‚

Wajib Baca:

β€œASI Setengah” by Mimie
β€œDukung ASI, tapi jangan bikin down para ibu yang gak bisa kasih ASI Eksklusif” by Arienda Sapari
β€œAny Mom Surely Wants The Best for Their Child” by Manda β€œSanetya”
β€œI love you anakku, maafkan mama dengan segala keterbatasan iniβ€œ, by Arty Akinanthi
β€œSame old problem” by Woro Pradono
“Mari Berkampanye ASIX dengan ASIK” by Manda “Sanetya” @mommiesdaily

I Am a Proud Daughter

Inget gak sih dulu aku pernah posting tentang betapa keukeuhnya si mama buat kasih Aghnan sufor. Bahkan dari sebelum Aghnan lahir. Dari awal pun aku cerita soal ASI, si mama selalu bilang, “gak bakal bisa cukup kalau semuanya ASI” atau “kalau ditinggal kerja bagaimana” atau “nanti bayinya gak kenyang” dan segambreng alasan-alasan yang sedikit memaksa aku untuk memikirkan tentang sufor. Keselnya setengah mati sama si mama waktu itu. Apalagi ditengah semangat dan idealisme tinggi yang kencang tentang ASIX ko malah langsung dihancurkan berkeping-keping oleh komentar si mama.

Sedih gak digituin sama si mama? pastinya. Sempet down? pastinya.Untung si mas waktu itu support 100% untuk ASIX. Dan mungkin that’s all I need. Lagipula Anggi gitu loh, semakin ditantang semakin menjadi. Untuungnya gw orang yang suka tantangan. Dan semakin punya target buat membuktikan ke diri sendiri kalau aku dan Aghnan bisa ASIX. Karena menurut aku kalau kita debat kusir sama si mama gak akan menghasilkan apa-apa. Yang ada tambah kesal dan sedih. Kuncinya hanya perlu dibuktikan dengan hasil yang nyata bahwa itu bisa dilakukan.

Tiap kali ditanya sama si mama, “kapan mau kasih Aghnan sufor?” Dengan lantang gw bilang “insyaAllah gak pernah dan gak akan..” Terlalu percaya diri? Yah mungkin, tapi untuk dan demi ASIX aku belajar kalau kita harus super pede sama diri sendiri. Aku selalu percaya dengan pribahasa nya Paulo Coelho “If you really want something, then the universe will conspire to help you..” Dan aku percaya semakin aku tanamkan afirmasi positif ke diri aku sendiri, maka aku akan bisa mengejar target yang aku mau.

Alhamdulillah aku selalu di dekatkan dengan komunitas yang pro ASI. Ilmu aku tentang per ASI an pun aku bisa bilang cukup OK. Jadi berbekal ilmu yang cukup tentang ASI aku yakin bisa mensukseskan ASIX buat Aghnan. Gak muluk kok target aku. Step by step. Yang pertama tentunya bisa lulus S1 ASIX.

Prakteknya memang sulit, apalagi aku C-Sect. Dan ASI ku tidak langsung lancar pada hari pertama. Walau khawatir, aku tidak menunjukkannya di depan siapa pun. Pede kalau ASI akan keluar pada waktunya, dan insyaAllah akan selalu mencukupi kebutuhan Aghnan.

Melihat aku segitu gigihnya ingin memberikan ASIX kepada Aghnan dan perjuangan aku memerah tiap 3 jam sekali (bahkan sampai dini hari pun aku bangun) untuk mengumpulkan ASIP, mungkin meluluhkan juga hati si mama. Issue untuk memberikan sufor tidak terdengar lagi. Dan perlahan mama mulai belajar soal seluk beluk ASI. Dan yang terpenting adalah support nya si mama mulai terlihat. Mama pun terdengar bangga tiap kali ada orang yang tanya Aghnan mimiknya apa. Dan dengan lantang si mama bilang “ASI saja kok” . πŸ™‚ Alhamdulillah banget. Mama pun bisa satu visi sama aku.

Senang? Pastinya.. Apalagi Aghnan besok bisa genap jadi S1 ASIX. Alhamdulillah banget. Mama ku pun sekarang bisa membantu anak temannya yang bermasalah dengan ASI nya. Mama bisa dengan lancar menjelaskan tentang seluk beluk ASI kepada anak temannya (yaah walaupun bolak balik bbm aku buat konfirmasi πŸ™‚ ). Dan Alhamdulillah karena gencarnya si mama mendukung anak temannya itu. Hasilnya dari yang tadinya anak temannya 80% memberikan babynya susu formula, sekarang sudah 80% memberikan bayi nya ASI. Dan insyaAllah bisa 100% ASI. Amiiin..

Hebat ya mamaku sekarang πŸ™‚ I am definitely a proud daughter πŸ™‚