Jadi Pemilih Yang Bijak..

Hokeee.. Kita sudah punya 3 capres dan cawapres.. Masing-masing dengan slogannya sendiri-sendiri MEGA-PRO, SBY-BERBUDI dan JK-WIN. Pasti bingung kan pilih yang mana? Atau sudah tidak minat milih lagi? Kalau yang terakhir oh no no no no yaa.. Apa pun itu tetap loh kita harus pakai hak suara kita. Itu kewajiban kita sebagai warga negara yang baik. Mau kayak gimana hasilnya nanti, yang penting kita udah nyoblos.. Ya ga?

Anihuuu ini Visi Misi para capres kita. Aku dapat dari wikipedia. Isinya segambreng cita-cita mereka (atau gombalan ya?) tentang visi misi mereka jikaa mereka jadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2009-2014.

  1. Mega – Prabowo
  2. SBY – Boediono
  3. JK – Wiranto

Monggo di lihat jika ada waktu kosong. Dan coba rasakan dimana yang paling cocok buat kamu. Walaupun menurut gw visi misi nya masih ngawang-ngawang. Kalau bahasa gw kuliah dulu itu 75% poci-poci, 25% the real thing.. πŸ˜›Β  Gw punya sih versi .pdf nya yang setebal-tebal apaan. Cuman tetep males bacanya. Cuman yaa maybe nanti gw baca deh buat iseng-iseng. Kalau ada yang mau bilang yah, ntar gw email in.

Yah buat yang jadi pemilih, kalau bisa jangan jadi pemilih yang sembarang milih. Jadi pemilih yang bijak (at least berusahalah jadi pemilih yang bijak). Coba dilihat juga debat capres yang marak di TV. Walaupun gw akuin itu kayak debat-debatan. Jauh dari kereeen. Gak OK, satu bilang iya semuanya bilang iya. Dan tanpa memberikan argumen yang ‘megaaang’ gituuh..

Gw pribadi sih masih dilema mau milih yang mana. Soalnya gw pribadi merasa belum ada pasangan yaaang betul-betul megang. Huehuehuehue.. Yaah we’ll see deh. Semoga kita dapat pemimpin yang terbaik deh..

[thumbnail image]

Menuntut Keadilan Malah Dibui?

Judul yang menyeramkan bukan? Tapi hal ini benar-benar terjadi dan menjadi topik hangat di kalangan blogger. Lagi-lagi menyangkut UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang menjadi alasan korporasi menghindarkan dirinya dari kewajiban memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada konsumen, bahkan malah berbalik memenjarakan sang pelapor.

Menurut info yang saya peroleh — diawali dari blog Ndoro Kakung — terjadi ketidaknyamanan yang dialami oleh seorang ibu terhadap pelayanan suatu rumah sakit yang bertitel internasional. Karena mungkin dilandasi rasa kesal dan tidak ingin ada orang lain yang mengalami hal yang sama, ibu tersebut berinisiatif menulis surat pembaca dan menyebarkannya juga di sejumlah milis.

Tak disangka dan dinyana, bukannya sikap minta maaf maupun penjelasan, pihak manajemen rumah sakit malah mensomasi dan menuntut pelapor dengan gugatan perdata dan pidana. Pasal yang dituduhkan adalah pencemaran nama baik melalui media elektronik (pasal 27 ayat 3 UU ITE tahun 2008). Gugatan perdata telah dimenangkan untuk pihak rumah sakit oleh PN Tangerang, sedangkan gugatan pidana akan disidangkan minggu depan.

Sungguh mencermati itu semua, saya merasa khawatir bahwa akan ada lagi pihak-pihak — dalam ini korporasi — yang justru akan memanfaatkan celah pasal ini untuk “memberangus” suatu hak yang seharusnya diperoleh oleh konsumen. Bukankah sudah ada Undang-undang Perlindungan Konsumen yang melindungi kepentingan konsumen?

Jika Anda semua membaca tulisan ibu tersebut, memang ada sedikit generalisasi terhadap oknum rumah sakit sebagai manajemen rumah sakit, tapi apakah itu bisa jadi alasan untuk tidak memberikan kepastian pelayanan yang semestinya? Di satu sisi, kenapa tidak ada perlindungan konsumen dalam hal ini?Apakah ada teman di sini yang berlatar belakang ilmu hukum dan bisa membantu menjelaskan?

Jujur sebagai orang awam, saya bingung menanggapinya. Apakah segitu mudahnya hukum diputarbalikkan? Kita-kita sebagai blogger harus menyikapinya dengan lebih hati-hati dalam menulis apapun di masa depan. Bisa jadi ada pihak-pihak yang tidak senang dengan apa yang kita utarakan di artikel (yang apa adanya itu) dan memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal tidak diinginkan.

Ingat, mulutmu adalah harimaumu. Selalu santun dan sopan dalam setiap artikel dan komentar di dunia maya πŸ™‚

Referensi:

[thumbnail image]

Cerita Mencontreng (Part 2)

Saya pertama kali mengikuti pemilihan umum di tahun 1999. Suatu hal yang kebetulan karena sebenarnya pemilu sudah dilaksanakan 2 tahun sebelumnya. Tapi karena Pak Harto lenger dan pemerintahan yang baru butuh legitimasi rakyat, jadilah pemilu pertama yang selangnya paling singkat. Untungnya, walau belum punya KTP saat pemilu berlangsung, saya bisa ikut mendaftar (secara manual).

Pemilu yang dilaksanakan di bulan Mei memungkinkan saya untuk ikutan pemilu karena sudah berumur (pas) 17 tahun. Bisa jadi jarang lho teman sebaya yang bisa ikutan pemilu 1999 sebagai pemilih pemula. Hasilnya tentu semua di sini sudah tahu semua. Saya memilih partai yang di luar mainstream. Yang ternyata partai tersebut masih bertahan, meski waktu itu namanya tidak menggunakan 3 kata seperti sekarang.

Di tahun 2004, apa daya, saya tidak bisa ikutan menyoblos (belum mencontreng seperti sekarang). Kos di Depok ternyata memberikan kesulitan tersendiri untuk memiliki surat memilih. Apalagi saya juga males untuk daftar sendiri ke Kelurahan, jadilah saya tidak ikutan semua rangkaian pemilu 2004.

Pemilu 2009 ini hampir menyajikan cerita yang sama. Selama di rumah lama (di Rawamangun), saya tak pernah merasa didatangi petugas dari Kelurahan untuk pendataan. Saya sendiri sudah pasrah kalaupun ternyata saya tidak lagi terdaftar, apalagi sekarang sudah tinggal bersama istri. Ternyata, adik saya di pagi hari pemilu mengabarkan bahwa setiap rumah dikirimi surat pemilihan satu-satu, dan saya pun terdaftar! Akhirnya kelingking kiri saya bisa menjadi saksi pencontrengan dengan kertas suara yang ribet bener membuka dan melipatnya.

Saya pun memilih partai yang tidak berubah sejak tahun 1999. Sayangnya di perhitungan sementara ini, perolehan suaranya tidak jauh berbeda, padahal saya pikir dia sudah didukung oleh lebih banyak orang tahun ini…

Cerita Mencontreng (Part 1)

Btw yaa.. kayanya mencontreng itu bukan bahasa Indonesia yang baik dan benar deh. Gak ada di kamus besar bahasa Indonesia tuh, adanya malah mencentang. Siapa yang came up dengan kata mencontreng yaa ? Hehehehe.. teteuup aja kritik.. Anyway.. We Voted loooh !!! πŸ˜€ Tapi di TPS yang berbeda, soalnya si mas masih terdaftar di TPS lingkungan rumahnya yang lama.. πŸ˜€ Aku sih udah bangun pagi-pagi di rumah. Emang niat banget mau ke TPS pagi-pagi. Alasannya gampang, ogah ngantri lama-lama.. πŸ˜€

Dari awal sih udah yakin mau pilih partai aja, soalnya binun lah syapa aja itu caleg yang ada. Begitu sampai tempat TPS nunggu sebentar sih tapi ogah lihat-lihat nama calon yang ditempel, pede banget lah cuman suruh contreng partai.. :D. Begitu dipanggil, dikasih 3 surat suara dan langsung menuju ke bilik suara. Pas sampai bilik suara, mulai deh itu surat suara dibuka satu-satu. OH MY GOD yaa, ternyataa guedeee edan itu surat suara.. Gak balance sama mungilnya bilik suara.. Sampai-sampai orang yang di bilik disebelah sampai menjatuhkan penutupnya, karena heboh melipat surat suara yang gede edan itu. Kayak poster bok gedenya.. Definitely, sangat tidak GO GREEN.. πŸ™

TPS

Pas milih DPR dan DPRD gak masalah. Contreng partai sajaa.. Eeeh pas DPD dibuka langsung deh aku bengong dengan suksesnya.. Buseeet ini syapa aja yaaa.. Dilihat satu-satu mukanya, dan akhirnya mencontreng satu muka yang familiar. Gini niih macamnya aku, suka ogah baca berita politik, jadi gak kenal deh orang-orangnya syapa aja. Sempat takut salah pilih orang.Β  Thank God pas konfirmasi ke adekku, orang yang aku contreng tadi, ternyata memang masuk ke partai fav ku ituu.. πŸ˜€ Selesai mencontreng langsung masukin deh di kotak suara, gak lupa jari dicelupkan ke tinta doong. Tentunyaaa, biar bisa dapat starbucks.. Looh ?!?! Huehehehe.. πŸ˜›

Selesai contreng ke TPS aku, aku sama mas langsung berangkat ke rumah Hubby di Pemuda. Yes, si mas dapat surat panggilan jugaaa.. πŸ˜€ Jadi nemenin si mas nyoblos deeeh.. Aku sih main sama Farel (ponakan si mas) di rumah di Pemuda selama nungguin si mas sama Ical nyoblos (adeknya si mas). Lama bow si mas, soalnya makin siang makin ramee. Ada gitu sejam sendiri si mas nyoblos. Aku tadi cuman 20 menit saja doong.. πŸ™‚ Pas si mas balik, baru deh kita share siapa yang kita pilih tadi. Hihihi, emang dasar kita pasutri sehati berat yaaa.. Kita milihnya sama persis loooh.. ^_^

Habis selesai contreng, aku sama mas langsung cabs ke Senayan City. Emang udah rencana mau marathon nonton Knowing and Monster vs Alien. Kita lunch dulu di Yoshoku and don’t forget beli Sour Sally.. πŸ˜€ Film Knowing gak banget, bikin sedih.. πŸ™ Thank God Monster vs Alien lucuuu.. πŸ˜€ Mam di Yoshoku juga yummm banget. Review detailnya menyusul yhaa.. Oiyaa, kita berdua juga pakai kaos yang setema looohh.. Liat deeeh. Lucu yaa, emang niat mau pakai pas Pemilu.. Hihihihi.. Aturan para CaLeg pakai kaos kaya kita kali yeee.. πŸ˜›

Vote ME !!

Tapi sayang juga sih ya, banyak banget yang gak dapat kesempatan mencontreng karena tidak terdaftar πŸ™ Humm.. apakah itu salah satu bentuk kecurangan pihak-pihak tertentu ? Sigh.. Sedihnyaaa kalau hari gini masiiiih ada gitu Partai yang gak bisa PLAY FAIR.. Oiiii.. jangan CURANG napaaaa… Bikin ilfil abweesh, dan sangat merusak esensi Pesta Demokrasi kita.. πŸ™

Yang jelas, walaupun apapun kondisi di lapangan Pemilu, kita bangga bisa bilang kalau kita sudah mencontreng. Kita bangga bisa bilang kalau kita tidak GolPut.. Menurut aku itu adalahΒ  salah satu bentuk kecintaan kita terhadap Bangsa ini.. At least, we tried to vote Best from the Worst, at least we care.. I think it’s a lot better than no vote at all.. Betul gak.. ?

We Voted !!

Sutra lah ya dengan berita simpang siur itu. Semoga memang pemenang sejati yang menang tahun ini.Β  Yang penting kita dapat bonus kopi dari Starbucks.. Yumm.. Thanks ya Starbucks untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi tahun ini.. πŸ™‚ Huehuehuehuehue… Tiap hari napa, kopi gratisnya.. πŸ˜†

Kampanye Jaman Sekarang..

Rasa-rasanya sudah gak pantas lagi ya di lakukan. Coba pikir tiap kampanye para parpol itu menempel segambreng flyer tentang partai or caleg nya di jalan-jalan. Terus berbondong-bondong merekrut massa (yang kita semua tau itu massa nya pada di bayar semua kaan ). Bikin kaos lah, bikin spanduk lah, dan negara kita tercinta penuh dengan pemandangan segambreng parpol itu.

Bukannya aku menentang kampanye yaa.. Cuman yang aku pertanyakan, kenapa sih kampanye mesti dengan cara seperti itu.

Pertama,

Sangat tidak GO GREEN. Boook itu semua flyer, spanduk dan lain sebagainya selain sia-sia menghabiskan kertas (karena toh pada akhirnya di buang juga) cara penyampaiannya itu loh, yang merusak pemandangan mata. Sepanjang tembok memandang pasti adalah gambar mukanya siapa, gambar partainya siapa. Aku sih tidak tertarik untuk melihatnya. Lebih setuju pajang 1 baliho besar, and that’s it. Gak perlu lah nempel2 di dinding jalan tapi ujung-ujungnya tidak di bersihkan lagi.

Di saat dunia lagi getol-getolnya mengkampanyekan Go Green, ini kok calon pemimpin bangsa kita gak menunjukkan attitude yang mendukung Go Green ya ? Apalagi para caleg-caleg newbie yang umurnya masih 20-something. Kan harusnya agent of change.. Yaah idealnya, berjiwa muda harusnya punya inovasi yang lebih kreatif dunk.Β  Tapi caranya sami mawon sama pendahulunya..Β Β  Lagipula, emang segala macam poster, flyer, spanduk itu efektif ya ? Penasaran…

Kedua,

Pengumpulan massa yang ampun-ampunan deh. Semua pada tau lah, so-called-massa-simpatisan-partai itu banyak yang ikutan kampanye karena ‘dibayar’ (walaupun memang ada yang benar-benar simpatisan). Jadi hari A dia ikut kampanye partai A hari berikutnya dia ikut kampanye partai B dan begitu selanjutnya. Pokoknya selama seminggu full deh jadwal para so-called-massa-simpatisan-partai itu. Koleksi kaos nya juga makin banyak aja deeh..

Belum lagi ya mobilisasi massa yang tidak teratur. Menyewa banyak banget bis-bis (yang harusnya jadi angkutan umum buat masyarakat) dan pada akhirnya membuat kemacetan dimana-mana. Ujung-ujungnya kan nyusahin rakyat juga kaan. Coba, angkutan umum jadi jarang di jalan karena disewain buat kampanye semua.

Jadi mikir, kenapa mesti ‘dibayar’ sih ? kenapa mesti mobilisasi massa banyak-banyak sih ? kenapa mesti bikin macet sih ? Kenapa mesti menunjukkan kuantitas, tapi tidak kualitas. Itu sih intinya.. Mungkin bisa menjadi pemikiran bersama kali ya. Terutama buat KPU, mungkin 5 tahun lagi kampanye macam seperti bisa dilarang kek… Huehehehe.. yaah angan-angan semata kan boleh.. πŸ˜€

Orang Indonesia sebenarnya merindukan perubahan. Namun perubahan yang konsisten dan nyata. Bukan sekedar janji-janji manis semata. Buatlah perubahan senyata mungkin dan dekat di hati kita. Dan perubahan itu bisa di cerminkan dunk di masa-masa kampanye ini. Gak usah ekstrim laah.. Yang simpel tapi berasa banget laah buat yang melihatnya..

Yaa ini hanya sekedar tulisan. And again, tidak bermaksud menyindir caleg/parpol/simpatisan partai manapun. Ini hanya curhatan seorang yang tidak suka terjebak di tengah-tengah kampanye yang ampun-ampunan. Bukannya merasa nyaman atas gema-gema perubahan yang dikumandangkan partai tersebut, yang ada malah merasa ketakutan kalau kampanye akan berjalan rusuh.

Anyway.. walaupun kesal dan sebalnya aku terhadap riwehnya Jakarta semasa kampanye. I WILL STILL VOTE ko… πŸ™‚ Aku kan warga negara yang baik.. πŸ˜€

[thumbnail image]