Pusing Dengan Berita..

..ya Manohara lah.. ya ibu Prita lah.. ya Siti Hajar lah.. and salah satu kasus dugaan mal praktek lagi (menimpa sepasang bayi kembar yang menyebabkan kebutaan mereka πŸ™ )? Darn.. aku benci nonton berita akhir-akhir ini. Kejadian demi kejadian buruk terjadi di dunia, dan menimpa saudara-saudara kita. Rasanya sesak aja melihat kekejaman dan ketidak adilan itu terpampang jelas. Pengen melakukan sesuatu pun tak bisa? Hwuaaaah rasanya sesak banget.

Kemarin sambil nungguin mas pulang aku main ke rumah sebelah. Nonton Metro TV sambil makan otak-otak dari Makassar (oleh-oleh papa mama). Awalnya sih bodo amat di TV nyiarin apa, cuman lama-lama diperhatiin trus lama-lama kesel sendiri dan ujung-ujungnya ngedumel sendiri sama mama papa. Apalagi kasusnya ibu Prita dan Siti Hajar yang bikin ngiluuu banget. And makes me wonder.. Kok ada yaa orang yang segitu teganya? Kayak gak punya hati nurani. Dan segitu gampangnya keadilan itu di putar balikkan seenak jidatnya.*keselbanget..

Terus kayak gak kurang dramatisnya.. Beberapa kejadian ini dijadikan kesempatan para calon penguasa Indonesia untuk cari muka. Gpp sih, aku mendukung saja, toh keuntungannya juga buat para korban ketidakadilan itu juga kan? Tapi dipikir-pikir kasus kaya begini kan sebetulnya bukan yang pertama kali. Apalagi penganiayaan TKI kita. Siti Hajar kan kasus yang kesekian..Β  Masa sih gak ada yang bisa dilakukan untuk membela kepentingan warga Indonesia di luar negeri? Penanggulangannya gimana kek, biar tidak terjadi lagi. Tapi yah gimana.. wong di Indonesia sendiri, warganya pun dizolimin ketika mencari keadilan. *sigh..

Tapi aku percaya, masih ada orang-orang baik yang mau membela saudara-saudara kita yang lemah ini. Orang-orang baik yang mau bekerja membantu mereka tanpa memikirkan popularitas, uang dan jabatan. InsyaAllah.. Simpati kita kepada mereka semua yang mendapatkan ketidakadilan. Semoga jalannya dimudahkan selalu. Amiin..

And for myself.. From now, aku update berita via twitter or internet aja deh. Kalau nonton siaran berita di TV lagi pasti ujung-ujungnya jadi super kesal dan ngomel-ngomel..Β  πŸ™

[thumbnail image]

Bagaikan Bertamu ke Rumah Orang..

Itu yang aku andaikan kalau aku lagi sibuk blogwalking. Kayak masuk ke rumah orang asing yang sudah dengan baik hatinya membukakan sebagian dari rumahnya untuk diintip oleh orang.. So, palingan aku cuman observasi dulu pada awalnya, dan mencoba betul-betul mengenal orang tersebut. Tapi observasi yang aku lakukan betul-betul hanya sebatas kulit luarnya saja. Sebatas lapisan yang mereka perbolehkan untuk dilihat orang. So, aku gakΒ  kenal betul-betul bagaimana orang itu sebetulnya.

Kalau memang isinya menyenangkan, tentunya aku akan terus mampir. Apalagi kalau memang bermanfaat. Makin rajin mampir. Tapi kalau isinya aku nilai kurang, ya aku gak akan mampir-mampir. Itu hak mereka untuk tulis apapun yang mereka suka. Dan apa hak saya buat men’judge’ mereka kalau tulisan mereka kurang bernilai. Simpel saja, if u don’t like it then don’t see it again.Β  Hanya sebatas itu saja.

Terus seperti hal nya kalau bertamu ke rumah orang, aku berusaha se sopan mungkin. Bertanya yang sopan agar tidak menyinggung pemilik rumah tersebut. Yang jelas etika harus dijaga kalau aku lagi sibuk blog walking.. πŸ™‚ (oh well, lain kasus kalau diawal sudah ada yang gak sopan duluan yak.. πŸ˜› e.g. copy paste tanpa ijin dan lain sebagainya)

Oh well, just sharing my thought here.. Soalnya aku akhir-akhir ini bingung dengan segala macam komen yang ada di blog sendiri, di blog orang lain or di wall facebook. As u know lah, aku pernah di ‘kritik’ di blog sendiri. One thing I hate about it, orang tersebut gak kenal diriku langsung. Jadi menilai berdasarkan apa yang ada di blog ini. Sutra lah ya, mungkin memang tabiatnya menilai dari permukaan saja. Her bad and my bad. Dan semakin berkeliling di dunia maya, ternyata aku gak sendirian, memang ada beberapa orang yang mengalami hal yang serupa dengan aku. Oh well, mungkin memang ada beberapa orang yang gak punya etika. Mak, loe lagi bertamu di rumah orang (yang loe gak kenal), masa iya loe langsung nunjuk-nunjuk tuan rumah trus berkomentar dan berkritik seenak jidat loe sih? Yakin sopan?

Same things dengan email or message di facebook. Seperti yang pernah dialami oleh temen gw, out of nowhere, dia dikasih message oleh ‘orang asing’ (cuman pernah email2 in sekali) yang isinya.. oh well.. sksd banget deh. Tapi ada pertanyaan yang cukup menohok privacy nya temen gw. Maksud hati sih baik. Cuman ya itu, agak-agak gak pada tempatnya saja.Dan lebih painful lagi karena di tanya oleh ‘orang asing’..

Oh well, mungkin internet memang membuat semua boundaries di dunia nyata pupus yah. Tapi bukan berarti kebablasan dunk?

[thumbnail image]

Menuntut Keadilan Malah Dibui?

Judul yang menyeramkan bukan? Tapi hal ini benar-benar terjadi dan menjadi topik hangat di kalangan blogger. Lagi-lagi menyangkut UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang menjadi alasan korporasi menghindarkan dirinya dari kewajiban memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada konsumen, bahkan malah berbalik memenjarakan sang pelapor.

Menurut info yang saya peroleh — diawali dari blog Ndoro Kakung — terjadi ketidaknyamanan yang dialami oleh seorang ibu terhadap pelayanan suatu rumah sakit yang bertitel internasional. Karena mungkin dilandasi rasa kesal dan tidak ingin ada orang lain yang mengalami hal yang sama, ibu tersebut berinisiatif menulis surat pembaca dan menyebarkannya juga di sejumlah milis.

Tak disangka dan dinyana, bukannya sikap minta maaf maupun penjelasan, pihak manajemen rumah sakit malah mensomasi dan menuntut pelapor dengan gugatan perdata dan pidana. Pasal yang dituduhkan adalah pencemaran nama baik melalui media elektronik (pasal 27 ayat 3 UU ITE tahun 2008). Gugatan perdata telah dimenangkan untuk pihak rumah sakit oleh PN Tangerang, sedangkan gugatan pidana akan disidangkan minggu depan.

Sungguh mencermati itu semua, saya merasa khawatir bahwa akan ada lagi pihak-pihak — dalam ini korporasi — yang justru akan memanfaatkan celah pasal ini untuk “memberangus” suatu hak yang seharusnya diperoleh oleh konsumen. Bukankah sudah ada Undang-undang Perlindungan Konsumen yang melindungi kepentingan konsumen?

Jika Anda semua membaca tulisan ibu tersebut, memang ada sedikit generalisasi terhadap oknum rumah sakit sebagai manajemen rumah sakit, tapi apakah itu bisa jadi alasan untuk tidak memberikan kepastian pelayanan yang semestinya? Di satu sisi, kenapa tidak ada perlindungan konsumen dalam hal ini?Apakah ada teman di sini yang berlatar belakang ilmu hukum dan bisa membantu menjelaskan?

Jujur sebagai orang awam, saya bingung menanggapinya. Apakah segitu mudahnya hukum diputarbalikkan? Kita-kita sebagai blogger harus menyikapinya dengan lebih hati-hati dalam menulis apapun di masa depan. Bisa jadi ada pihak-pihak yang tidak senang dengan apa yang kita utarakan di artikel (yang apa adanya itu) dan memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal tidak diinginkan.

Ingat, mulutmu adalah harimaumu. Selalu santun dan sopan dalam setiap artikel dan komentar di dunia maya πŸ™‚

Referensi:

[thumbnail image]

Mr. D’s Story

truestory

Mr. D, my dear friends, talked to me yesterday about his so-called-wedding plan. He said to me, it is CANCELED. I was literally shocked. I mean I was so happy for him (although I haven’t met personally with his girlfriend back then) and also so excited for him. Oh well, after he said the news, I kinda worried about him, and asked him to meet up. Of course with hubby…

We had dinner and he told me about all of his stories. It is about her ego he said, and how she treated him unrespectfully.. I tried to understand him and I agree after all of he has been through, I think she always exaggerated everything between them and always create conflict from a tiny mini bitsy situation. It was beyond logic, he said, and we agreed..

The funny thing is, the story of him and his (ex)-girlfriend,kinda reminds me of how I treated hubby when we were engaged. I still have this huge ego that he must faced back then (till now). I always created conflict from simple things. And exaggerated it like drama queen. When I heard his story, I looked directly at hubby, and wonder how could he stand me back then ? I mean, sometimes I treated him like a jerk. Although he always be kind to me. When I asked him about this, he simply answered..

I know u didn’t mean everything u said when u’re in emotion tingling.. And I know u didn’t want to break up with me when u said the break up word. And the thing is darling, it’s only took a while until u apologized to me.. πŸ™‚ U always did that, and I know u will do that..

Oops.. Hehehehe.. He knows me too much. But yes, when I was being a jerk to him, I knew that was my EGO talked. I knew that was my PMS talked. And I knew I had never ever wanted to break up with him. That’s why, after those string of emotions leashed.. I always get a grip to my senses, and acknowledge to him that I was wrong. I never afraid to say I was wrong to him. Because, I don’t want to loose him. Because, he is worth it to me. And he’s all I need in this world.

And then I said these words to my dear friend, Mr. D:

If she doesn’t want to say sorry to you. It means that you’re not that worth it to her. It is not necesarrily saying sorry when you are wrong. But you will know when the situation is wrong, and if you want to fix it.. It can be started with sorry..Β  U did that all the time. And I don’t think u’re all wrong all the time.. People make mistakes, everyday.. It just how u try to accept and to compromise it. I mean.. marriage is all about making compromise.. There will be no space for EGO that huge, dear. If u stay with herΒ  and her attitude, u will get suffocated it someday.. I think u make a right decision. And I pray all the best for u. May God show u the best way.. And we will always stay around for u.. πŸ™‚

[Image] | [Thumbnail image]

Menemani Istri Belanja

Suatu kisah klasik. Sudah kodratnya (mungkin) bahwa wanita (istri) itu dilahirkan untuk “senang” berbelanja. Kita-kita para suami biasanya dihadapkan di pilihan yang sulit. Pilihan pertama adalah menemani istri berbelanja, ke manapun melangkah. Kita harus dengan senang hati menemani pasangan pergi ke toko A, B, ataupun C untuk berikutnya kembali ke toko A karena toko A ternyata memberikan pilihan barang yang lebih dan harga yang lebih bersaing. Suami yang memilih pilihan ini biasa selalu peduli dengan apapun yang dipilih oleh pasangannya, karena berbelanja dianggap suatu bagian dari suatu hubungan yang harmonis.

Pilihan kedua adalah mencari kesibukan lain, misalnya melihat-lihat barang kesukaan, pokoknya tidak ikut-ikutan sama sekali. Para suami yang memilih pilihan ini akan mencari tempat favorit untuk menghabiskan waktu, seperti Ace Hardware ataupun toko gadget. Suami yang memilih opsi ini cenderung tidak peduli dengan barang apapun yang dibeli oleh pasangan, tentunya asalkan sesuai budget. Saya pribadi selalu memilih pilihan yang pertama.

shopping

Mungkin sudah dari sananya saya terbiasa menemani wanita berbelanja. Sejak kecil, saya selalu diajak menemani nyokap muter-muter sekeliling supermarket, seminggu bisa beberapa kali. Kebiasaan ini ternyata berakar hingga sekarang. Saya betah-betah saja menemani mantan pacar (bener dunk, kan sudah jadi istri) untuk muter-muter ngalor ngidul mencari barang-barang idaman. Saya senang saja memberikan saran-saran, mana yang bagus/cocok untuk istri, meski pastinya bukan dari kacamata pakar fashion.

Seringkali saya dapati para pria yang dengan muka bete menunggu pasangannya berbelanja. Saya pribadi dapat mengerti perasaan mereka. For them, doing such thing is kinda like wasting plenty ofΒ  “useful time”. Pria biasanya sebelum berbelanja sudah tahu apa yang mereka inginkan. Misalnya mo beli kemeja kantor. Pria sudah tahu mo datang ke toko mana dan warna apa yang ingin dibeli. Fungsionalitas selalu menjadi prioritas.

Wanita, di lain pihak, biasanya memilih barang berdasarkan kesukaan hati. Mereka memilih baju Zara berdasarkan warna, aksesoris, rimpel, atau apapun yang appealing di hati. Dan itu biasanya tidak pernah direncanakan sebelumnya.

Saya rasa menemani istri berbelanja adalah bagian dari berterimakasihnya seorang suami terhadap “pelayanan” istri di rumah. Istri (istriku tentunya seperti ini) sudah bersusah payah bangun pagi-pagi dan berjibaku di dapur untuk menyiapkan bekal makan siang, dalam jangka waktu yang sebenarnya tidak terlalu banyak. They are willing to spend their precious time for us, why can’t we give something in return?

Percayalah bapak-bapak sekalian, jikalau Anda meluangkan waktu “sedikit” saja untuk menemani pasangan kita, pasti gak ada ruginya deh. Bukankah mereka berdandan cantik-cantik untuk menyenangkan hati kita-kita juga? Pastinya jangan lupa mengerem mereka jika sudah keluar dari budget yang ditentukan ya πŸ˜€

[Foto ilustrasi oleh Glenn Buchanan]