Perlu Investasi Pendidikan?

Ini merupakan kelanjutan pembahasan tentang biaya pendidikan anak. Sebelumnya istri telah memberikan suatu buzz yang cukup mengena di hati para pembaca sekalian. IDR 1.5M untuk biaya kuliah anak?? Well, bisa jadi 20 tahun lagi angka segitu bukanlah angka yang cukup bombastis. Sebagai ilustrasi yang paling gampang, saya akan bandingkan biaya kuliah secara total (dan nyata) di sebuah Universitas Negeri di Depok tahun 2001 dan tahun 2008.

Tahun 2001 (hingga lulus 2005)
Uang pangkal (admission fee) IDR 0 (sukarela) ยป pukul rata jadi IDR 5 juta
Biaya per semester (tuition fee) IDR 1.5 juta x 8 = IDR 12 juta
Biaya hidup (living cost, termasuk di dalamnya uang kos, makan, buku, dll) IDR 1 juta x 12 x 4 = IDR 48 juta
Total 65 juta

Tahun 2008 (hingga lulus 2012)
Uang pangkal (admission fee) IDR 25 juta
Biaya per semester (tuition fee) IDR 7.5 juta x 8 = IDR 60 juta
Biaya hidup (living cost, termasuk di dalamnya uang kos, makan, buku, dll) IDR 1.5 juta x 12 x 4 = IDR 72 juta
Total 157 juta

Dari tahun 2001 ke 2008, kenaikan biaya secara total adalah hampir 100 juta atau hampir 2.5 kali lipat. Tahukah Anda bahwa selama 7 tahun, jikalau dipukul rata dengan asumsi inflasi 10% tahun, nilai IDR 65 juta tahun 2001 itu seharusnya “hanya” setara dengan IDR 126 jutaan saja di tahun 2008? Artinya jika kita memasukkan dana di deposito IDR 65 juta dan mendapat bunga 10% per tahun pun tidak akan mampu membayar secara total biaya total kuliah anak kita!

Bagaimana nasib anak kita saat masuk kuliah 18 tahun atau 20 tahun lagi?? Kita tidak tahu apakah mungkin akan terjadi krisis ekonomi global 10 tahun lagi atau mungkin ada krisis minyak 15 tahun lagi yang mungkin memicu lonjakan inflasi, jadi harus bagaimana?

Menurut panutan kita, Ligwina Hananto dari QMFinancial — yang juga sebenarnya sudah ada di bundel Femina beberapa waktu lalu — tidak ada jalan lain selain berinvestasi untuk buah hati kita. Jika kita mulai dari sekarang — misalnya saat anak Anda baru lahir, semua dananya bisa dimasukkan ke Reksadana Saham. Setelah 5 tahun, silakan pisahkan dana untuk masuk SD ke Reksadana Pasar Uang (atau Reksadana Pendapatan Tetap) dan begitu selanjutnya hingga 15 tahun ketika anak sudah hampir memasuki masa kuliah.

Okay, jadi sebenarnya 18 tahun lagi sebenarnya berapa kira-kira biaya kuliah anak secara total? Dengan asumsi kenaikan 10% per tahun dan basis kita sekarang biaya kuliah total adalah IDR 157 juta, kita bisa mendapati angka IDR 872 jutaan! Ups, jangan shock dulu. Kita tahu dari ilustrasi di atas bahwa besaran kenaikan adalah lebih dari 10%. Jikalau kita gunakan asumsi kenaikan harga biaya pendidikan naik 15% per tahun, didapatilah angka bombastis hingga hampir IDR 2M! Udah pusing sekarang? Itu baru kuliah lho, belum SMA, SMP, SD, atau TK bahkan ๐Ÿ˜€

Bagaimana dengan “solusi” reksadana saham kita? Dengan asumsi pukul rata mendapatkan pertambahan dana 20% per tahun, tahukah Anda bahwa 18 tahun lagi jika Anda rutin memasukkan IDR 1.5 juta tiap bulan akan memperoleh lebih dari IDR 3M? InsyaAllah dana tersebut cukup jika digunakan untuk total biaya pendidikan anak secara total hingga lulus S1. Tapi perlu diingat, itu cuma untuk satu anak. Kalau dua anak ya harus punya dua rekening. Tiga anak? Tiga rekening. Dan itu HARUS tidak mengganggu investasi hari tua kita.

Sekali lagi, itungan ini bukan itungan saklek. Anda bisa mengurangi komponen biaya hidup jika merencanakan anak tetap tinggal dengan orang tua. Setidaknya Anda tahu bahwa biaya pendidikan itu tidak murah dan kita tentunya ingin pendidikan terbaik bagi putra-putri kita kelak.

Udah pusing menghitung perencanaan finansial keluarga? ๐Ÿ˜€

[thumbnail image]

21 thoughts on “Perlu Investasi Pendidikan?

  1. Mr. Karimuddin says:

    @nisa
    Reksadana saham bisa dibeli di setiap Manajer Investasi yang menjual produk reksadana saham. Saya tidak dalam kapasitas merekomendasikan produk apapun, tapi jikalau tinggal di Kalimantan mungkin bisa datang ke Bank Mandiri terdekat dan tanya apakah melayani pembelian produk investasi reksadana.

  2. Wian says:

    Hai..
    Kalo seandainya kita invest di Tabungan Rencana gmn? Soalnya klo di saham kan suka naik turun tuh nilainya. dan ada kemungkinan juga kan nilai saham itu akan drop se drop2nya. Itu loh yg aku takutin klo invest di saham.

  3. Mr. Karimuddin says:

    @Wian
    Saya sudah hitung. Kalau Anda mau mendapatkan IDR 2M selama 18 tahun dengan Tabungan Rencana (dengan asumsi interest yang kecil sekali), silakan menabung IDR 9.26 juta per bulan.

    Resiko dengan investasi RD saham:
    1. Naik turun selama masa investasi
    2. MUNGKIN tidak sampai

    Keuntungan dengan investasi RD saham:
    1. Besaran per bulan tidak terlalu tinggi

    Resiko dengan Tabungan Rencana:
    1. PASTI gak sampai kalau gak bisa menabung dengan jumlah besar setiap bulannya

  4. nongki says:

    belom mencakup sekolahan buat bayi kalo tergoda juga loh mir ๐Ÿ˜€ ๐Ÿ˜€ *emang gak segitu urgent-nya tapi membahayakan buat diliat kl ud jadi orang tua ngeliat bayi2 lucu sekolah (baca:ngumpul maen2) :))*

  5. Wian says:

    oow….. besar bgt per bulannya.. ๐Ÿ˜€
    Mgkn lbh baik RD saham yah. Trus, gmn cr pembagian invest di RD saham dg tabungan biasa (brp % brp %?)? mksd aku, kita kan ttp hrs punya simpanan di tab biasa (utk keperluan sehari2 or mendadak). Klo RD saham kan gak bisa diambil seketika.

    Ada masukan gak gmn cara pilih produk RD saham? kan banyak bgt tuh produknya.

    Berarti di RD saham itu, tiap bulan kita setor 1,5 juta? (dg asumsi perhitungan diatas).

    Oya Mir, diatas kn ditulis resiko RD saham, MUNGKIN tidak sampai. Mksdnya mungkin gak akan mancapai angka 3M???

    maacih

  6. Mr. Karimuddin says:

    @Wian
    Dana darurat seharusnya diprioritaskan sebelum menyusun investasi ini. Besarnya untuk pasangan tanpa anak sebaiknya 6x pengeluaran bulanan. Tentang ini akan saya bahas di post tersendiri saja.

    Bottom rules, kalau dana untuk investasi sudah teralokasi semua, silakan sisanya ditabung.

    Memilih RD saham ini kayaknya juga perlu post tersendiri. Soal besaran, seperti yang saya tulis di atas setidaknya konsisten IDR 1.5 juta per bulan selama 15-18 tahun.

    Terus soal MUNGKIN ya pastinya mungkin saja gak sampai IDR 3M, kan saya asumsikan rata-rata gain 20% selama masa berinvestasi. Bisa saja ternyata gain tidak sebesar diharapkan. Mending mungkin sampai daripada pasti tidak sampai kan? ๐Ÿ˜‰

  7. adis says:

    Haha.. Nice one, Mir… ^_^
    Satu anak rasanya cukup yah hari gini.. ^_^
    Kecuali suddenly kita tajir melintir, hihihi.. Amiiinn…

    Untuk pembaca lainnya yg khawatir dengan saham, bisa mulai-mulai googling perihal ‘Sukuk Retail’.. Kabarnya, thn-thn yg akan datang, akan banyak produk2 seperti ini, yakni produk obligasi yg ‘dikemas’ / ber-basis syariah.. Ini alternatif untuk produk deposito..
    Berdoa saja agar pemerintah (RI), menerbitkan produk SR-02 dalam waktu dekat.. Gross interest sampai dengan 12%

    IMHO, yg terpenting bagaimana mengendalikan ‘hawa nafsu’ kita dalam menggunakan revenue kita.. Bagaimana komitmen kita dalam menabung sebagian besar income kita setiap bulannya dengan tetap menikmati hidup.. Just trying hard to be a smart spender.. ^_^
    Semoga aja generasi anak-anak kita kelak mendapatkan pendidikan dgn layak seperti halnya kita saat ini, amin….

    Ayoo Mir, sering2 bahas soal ini… ๐Ÿ™‚

  8. adis says:

    Highlights about Sukuk Retail and kinda…. ๐Ÿ™‚

    SR-001 adalah produk obligasi berbasis syariah, tepatnya diperkenalkan dgn istilah Sukuk Retail, yang utk pertama kalinya diterbitkan secara resmi oleh Pemerintah RI few months a go dengan gross interest sebesar 12% disertai dgn kelebihan khusus yaitu dijamin 100% oleh Pemerintah RI, dengan kata lain bebas resiko (zero risk).. Pokoknya lembar obligasinya ada lambang Garuda Pancasila nya dey, heuehehe… 12 percent sounds great, huh!?!?? =)) =))

    *12% interest langsung ditransfer ke dalam tabungan kita setiap bulannya*
    *minimum pengambilan hanya Rp 5.000.000,-*
    *status: di-lock selama 3 thn, jd memang lebih cocok / khusus bagi nasabah yg memiliki banyak uang ‘nganggur’ dan mendambakan bunga yg tinggi dibandingkan tab.biasa yg hanya memberikan 3,25%*

    Meski masa penawaran sangat terbatas, thank God saya mendapatkan kesempatan mengambil produk SR-001 tsb persis kurang 2 hari dr periode penawaran, lucky me… ๐Ÿ™‚

    Nah bagi yg wkt itu gak kebagian jatah, ceritanya skrg bank-bank besar dan kuat mencoba membuat bbrp opsi serupa, salah satunya melalui acara yg saya hadiri beberapa bulan lalu dr tempat dimana saya mengambil produk SR-001, yakni Bank Mandiri. Dalam acara ini mereka mensosialisasikan berikut menawarkan utk melakukan konversi dari produk SR-001 saya ke salah 1 opsi produk ciptaan mereka yg serupa*, yang IMHO, gak comparable dgn SR-001 yg saya ambil, since yg td nya produk saya merupakan produk non-risk, jika saya konversikan, maka secara otomatis akan mjd risk-product (even interest yg ditawarkan lebih besar, sedikiiitt..), which means kurang sesuai dgn tipe konvensional seperti saya dan suami.. Unless, memang saya masih memiliki sejumlah dana yg siap ‘dikembangbiakkan’ lagiii, hehe… Jika ya, maka opsi inilah jawabannya… Jadi bukan meng-konversi, melainkan ‘menambah’….

    Bagi yang merasa tertarik, mengingat SR-002 rumornya hampir tidak mungkin diterbitkan oleh Pemerintah dalam waktu dekat, mungkin produk-produk Sukuk Retail dan sejenisnya ini bisa menjadi alternatif/pilihan.. At least for our references.. Coba google aja yah, cari Produk Master Prima dari Mandiri.. A good options utk pengganti deposito yg bunga nya is so so very low, yg saat ini sebagus2nya cuma 7%! Master Prima lumayan lho, 9% nett! =)) hehehe… Ditimbang-timbang aja keuntungan dan kelemahan/resiko nya…

    In a way, Bank Mandiri masih Bank milik Pemerintah.. Hanya bedanya produk SR-O01 dikeluarkan dr Pemerintah, yg kebetulan saya ambil melalui Bank Mandiri (non-swasta), sementara produk Master Prima dikeluarkan oleh Mandiri Investasi (swasta).. Coba aja di-compare one-another… ^_^
    Tetap lebih baik dr pd tabungan biasa yg hanya ‘menidurkan’ uang kita.. Hehehe.. ๐Ÿ™‚

    Ok, good luck parents and future-parents.. ๐Ÿ™‚ Glad to share.. ๐Ÿ™‚

    Cheers,
    Adis

  9. mrs.karimuddin says:

    Adiiiis.. luar biasa dirimu.. Penjelasan detail sekaliih. Loe cocok deh jadi marketingnya Mandiri.. ๐Ÿ˜€ At least bisa minta komisi dari Mandiri..
    ๐Ÿ˜€
    Thanks for sharing yaa..

  10. adis says:

    Hahahaahahah…..

    Iyaaaa yaah, ntar kasih ke kepala cbg. Bank Mandiri tempat ku berada dey, ahahaahahah…

    Semoga bermanfaat yaa… ๐Ÿ™‚

  11. Zhoi says:

    salam kenal buat the Karimuddin
    sekedar berbagi,
    kebetulan saya ikutan di portalreksadana dan banyak informasi menarik terkait reksadana.
    lalu akibat keisengan saya terhadap excel, saya coba2 bikin spreadsheet untuk simulasi reksadana untuk perencanaan pendidikan anak.
    Jadi ijinkan saya berbagi link komen saya di portalreksadana:
    http://portalreksadana.com/node/214#comment-7264

    trus kalo mau langsung download spreadsheet excel saya ada di:
    http://www.ziddu.com/download/8875032/SkoLaPlanV10rev0803.xls.html

    Begitu aja dulu dhe…
    Salam sukses buat the Karimuddin
    Wass

    Zhoi

  12. febie says:

    saya buta sm sekali ttg reksadana.klo boleh tw dmn qt bs membeli produknya??trus apa qt harus memisah-misah unt setiap jenjang pendidikan?dan brp % dr penghasilan yg hrs qt keluarkan tiap bulannya??terimakasih mas amir

  13. sari cahyono says:

    salam kenal. pertanyaan saya sama dengan mbak febie.
    apakah kita harus membeli RD tiap jenjang pendidikan?
    misal TK= 1 RD, SD = 1 RD dst….?
    karena saya pernah baca di salah satu blog (http://keluargakamil.wordpress.com/2011/08/03/dana-pendidikan-episode-akhir/) dijelaskan di tiap jenjang pendidikan disediakan 1 RD entah RD campuran maupun saham.

    tapi menurut tulisan mas amir di atas disebutkan untuk 1 anak 1 rekening, maksudnya disini 1 rekening bisa untuk beli beberapa RD kah??
    Lalu, misalnya kita sejak anak lahir sudah membeli RD saham bagaimana caranya mencairkan ketika anak mau sekolah PG, TK, SD dst hingga masuk kuliah??

    mohon sekali penjelasannya. trims. salam buat mbak Anggie dan Aghnan.

  14. Mr.Karimuddin says:

    iya.. maksudnya “rekening” di sini sebenernya tiap anak beda-beda skema finansialnya. Dan benar kalo setiap jenjang pendidikan RD-nya bisa beda karena kan waktu kebutuhannya beda-beda.

    Kira-kira yang bisa disatukan itu PG-TK pake Reksadana Pasar Uang dan SMP-SMA menggunakan Reksadana Campuran (Agresif)

  15. sari cahyono says:

    thx untuk pencerahannya. knp RD campuran utk SMP-SMA agresif ya?? untuk kuliah kira2 yg cocok RD apa mas amir?? heheeee,,jadi konsultasi. apa disesuaikan dengan biaya yg diperlukan??. tq

  16. Mr.Karimuddin says:

    SMP-SMA kan kebutuhannya sekitar 13-15 tahun dari anak lahir. Kalo misalnya tahan dengan risikonya boleh saja pake reksadana saham, tapi untuk “mencoba” mengurangi risiko saya sarankan pakai reksadana campuran agresif — dgn komposisi lbh banyak obligasi dan deposito ketimbang RD saham.

    Untuk kuliah (18 tahun sejak lahir) pastinya pakai RD saham.

Comments are closed.