Baru Sembuh, Eh Sakit Lagi..

Wiken kemaren aku menghabiskan satu hari buat bikin seneng Aghnan di Miniapolis. Aku memang sudah janji ke Aghnan, kalau dia sembuh dan sudah fit Bunda akan ajak main sepuasnya ke Miniapolis. Selama hampir sebulan ini aku karantina dia, soalnya dia kan masih batuk pilek dan prinsip aku kalau anak sakit dan belum sembuh ya di karantina di rumah. Kayaknya dosa aja ngajak anak masih sakit ke tempat umum. Dosa karena bikin anak gak istirahat dengan benar. Lebih dosa lagi kalau sampai nularin anak orang lain. Ngeliat anak sakit itu gak enak banget kan. Dan kayaknya gak perlu dibagi-bagi juga virusnya ke anak yang lain. Kasihan banget..

Anihoo, begitu sembuh batpil, eh dia malah kena serangan alergi pertama. Jadinya istirahat lagi deh. Nah baru betul-betul fit ya wiken kemarin. Pas juga dong long wiken, jadi memang sudah semangat 45 mau ajak dia naik Mr. Crick di Miniapolis. Thanks to HSBC, ada promo yang sekali bayar bisa main sepuasnya di Miniapolis. Aghnan seneng banget hari itu. Naik Mr. Crick sampai 4 kali. Carousel 2 kali. Dan hampir 1,5 jam main di Noa’s Park. Begitu dia udah capek, ya langsung balik dan gak mampir-mampir lagi. Minggunya cuman pergi ke birthday lunch nya ayah, abis itu ayah bunda nya belanja bulanan berduaan aja karena Aghnan nya keliatan capek dan pengen bobo siang.

Sedihnya pas hari Senin pagi. Aku kok ngerasa dia agak sumeng ya. Cek termometer ternyata udah 37.6 derajat celcius. Tapi Aghnannya masih super ceria dan pecicilan. Karena dia masih ceria, gak ada batuk pilek dan makan minum nya masih mau ya udah. Mungkin cuman lagi teething aja ya.  Aku cuman minta di pantau aja sama Eyang Ti dan mbak nya. Aku gak kasih paracetamol dulu karena masih dibawah 38.5 derajat celcius. Aku cuman instruksikan agar Aghnan dikasih banyak cairan aja. Aku pun ke kantor seperti biasa.

Pulang kantor dapat kabar kalau Aghnan muntah 2x (dan biasanya sehabis makan buah) dan pup nya encer. Langsung ngeh kalau ini bukan teething, melainkan pasti ada virus-virus jahat yang lagi nakal di saluran pencernaannya Aghnan. Dengan dia muntah aku sebetulnya gak worried soalnya muntah kan tanda dia mengeluarkan racun/penyakitnya. Salah satu bentuk mekanisme pertahanan tubuh kita. Aku cuman terus pantau agar dia gak dehidrasi saja. Dan menghitung dia berapa kali muntah. Mungkin kalau dia muntah sudah lebih dari 6x sehari dan pup terus-terusan mungkin aku sudah langsung ngibrit ke rumah sakit.

Alhamdulillah Aghnan selama sakit kemaren minum air putihnya gila-gilaan. Kayanya itu anak haus terus bawaannya. Dan aku senang dia minum air putih banyak. Cuman yang bikin aku bingung kenapa ya selama masih sakit itu dia bawannya kayak mual gitu. Jadi cium sesuatu yang manis langsung kayak mau muntah. Hal ini berlaku pas makan buah dan menyusui. Akhirnya buah aku stop. Dan aku mulai treatment BRATY (banana, rice, apple sauce, tea, toast, & yogurt). Biasa aku kasih pepaya/kiwi/alpukat. Aku ganti dengan pisang/apel/yoghurt. Dan untungnya dia makan nasi + lauk pauknya dia masih mau.

Besoknya panasnya sudah turun. Tapi masih berkisar 36.5-36.7 derajat celcius. Dan Aghnan masih suka mual-mual gitu. Secara aku emak super parno. Jadinya aku email lah ibu dokter cantik itu (kadung jatuh cinta sama dsa Aghnan yang ini). Konsultasi ini itu dan ternyata home treatment nya aku sudah sesuai. Cuman diomelin aja kenapa gak sms, malah email. Soalnya respon dia ke email cenderung lama dibanding sms. Siapp dokter, lain kali aku pasti telpon langsung (*loh). Oh iya, diagnosa nya dr. Yovita adalah ini:

penyebab mual-muntah diare umumnya virus, paling sering namanya rotavirus.
treatmentnya sudah betul, diberikan cairan agar jangan sampai dehidrasi, lebih baik bila cairannya mengandung elektrolit seperti pedialtye atau oralit.
saat masih diare, sebaiknya konsumsi serat dibatasi (sayur, buah) kecuali pisang dan apel.
untuk mualnya, memang masih bisa seperti itu beberapa hari.

Aku ngangguk-ngangguk baca diagnosisnya dr. Yovita. Dan langsung mikir, bukannya kalau di Australia itu ada imunisasi rotavirus ya? Apakah ini strain yang sama atau yang berbeda ya? Wondering aja?

Anihoo, alhamdulillah per hari ini Aghnan sudah kembali sehat, ceria dan sudah kembali jail. Udah gak muntah-muntah lagi. Udah gak mual-mual lagi dan pup nya pun sudah kembali normal. Oh iya, Mommies Daily juga pernah bikin postingan mengenai muntah pada anak. Mungkin bisa dibaca-baca juga.

Yang jelas, Aghnan sudah sembuh. Cuman bagaimana ya menghadapi wiken ini yg super sibuk. Sabtu ada acara Kids Love Disco di Epicentrum Walk. Bebibobu bakal isi salah satu stand dan diminta partisipasi nya buat isi fashion show juga. Terus dihari yang sama papa mama bakal ngajakin makan-makan dalam rangka anniversary nya mereka. Dan minggu nya bakal ada pot luck party di rumah Dhita. Yang semoga bisa di work out agar Aghnan bisa istirahat cukup dan gak terlalu kecapekan yaa.

Sehat selalu ya anak ganteng. Virus-virus nakal please jangan deket-deket Aghnan lagi yaaa.. Amiin..

Serangan Alergi Yang Tak Terduga

Hari Sabtu kemarin dimulai dengan sangat menyenangkan. Dimulai dengan acara sepedaan di rumah bareng para Eyangs. Aghnan offkors senang dibonceng dibelakang. Kemudian menjelang jam setengah 9, kita langsung balik ke rumah karena Aghnan mau imunisasi IPD/PCV.

Tadinya mau imunisasi di Bunda hari Jum’at. Tapi dr. Partiwi lagi seminar. Sebetulnya aku masih dalam pencarian DSA yang ok buat Aghnan. Sebelumnya cocok banget sama dr. Wati di KMC. Cumaan, KMC itu jauhnya ampun. Belum lagi dr. Wati itu kan super sibuk. Jadi mau ngatur appointment itu susah banget kadang-kadang. Dapat rekomendasi dari teman, kalau dr. Partiwi di Bunda itu juga pro ASI dan RUM. Akhirnya terakhir imunisasi campak balik ke Bunda lagi, tapi sama dr. Partiwi. Enak sih orangnya, cuman gak enaknya di Bunda itu ya, pasiennya banyaaak. Dan aku sering banget dapat kesan “terburu-buru” sama dokternya. Konsultasi gak bisa santai dan diskusi panjang lebar. Intinya gak nyaman deh kalau mau konsultasi. Enak kayak di KMC gitu, soalnya sistemnya appointment. Jadi tiap pasien diberi waktu 15 menit buat dipergunakan sepuasnya. Cuman ya itu, KMC jauhnya gak nahan.

Sampai akhirnya ketemu sama dr. Yovita Ananta waktu di pesat. Dokter di pesat udah pasti pro ASI dan RUM dong. Dan yang bikin aku tertarik adalah dr. Yovita praktek di RS. Puri Indah Kembangan. Emang sih di Jakarta Barat. Cuman kalau dari rumah aku, ke situ paling cuman 17 menit nyampe. Soalnya bisa lewat jalan tol langsung. Aku sama si mas pun senangnya belanja bulanan di Hypermart Puri Indah, jadi sudah sering melewati RS. Puri Indah ini.

Akhirnya coba buat appointment di RS Puri Indah pada hari Jum’at untuk praktek dokter hari Sabtu. Ditelponnya gampang banget (gak kayak KMC yang kadang ditelponnya susaaah banget nyambungnya) dan bisa diatur jam kedatangannya. Dikasih opsi mau datang jam 8, 9, atau setengah 10. Akhirnya aku bilang mau datang jam setengah 10.

Perjalanan ke RS Puri Indah sendiri cuman 17 menit. Trus langsung ke lantai 2 tempatnya poliklinik anak nya. Registrasi dulu, trus ukur tinggi, berat badan dan lingkar kepala Aghnan. Susternya ramah-ramah banget yaa dan baik sama anak kecil. Trus yang aku sama mas suka, poliklinik nya relatif gak terlalu rame. Kayak KMC gitu deh. Plus, juga bangunannya kan masih relatif baru jadi kesan modern nya dapet.

Pas datang pas langsung bisa masuk ke ruangan dr. Yovita. Dokternya masih muda, baik dan bonusnya, cantik banget (Aghnan senyum senyum terus di periksa dia 😆 ). Dan utamanya adalah, dokternya sangat sangat enak diajak konsultasi panjang lebar. Apalagi kemarin aku sengaja pengen diskusi soal issue defisiensi zat besi terutama pada bayi ASIX.

Seperti yang aku pelajari di PESAT kemarin, issue defisiensi zat besi pada bayi ASIX memang lagi hot banget. Bahkan, asosiasi dsa di Amerika sekarang menyarankan bayi untuk MPASI 4 bulan. Hal ini dikarenakan kandungan zat besi pada bayi ASIX hanya bisa tercukupi dari ASI sampai umur 4 bulan saja. Takutnya jika hanya diberikan ASI saja dari 4-6 bulan, bayi akan mengalami defisiensi zat besi. Solusinya antara lain bisa dengan MPASI dini umur 4 bulan (yang tentunya kasihan dengan pencernaan bayi yang masih belum sempurna pada saat umur 4 bulan). Atau pemberian suplementasi zat besi tambahan mulai umur 4-6 bulan (yang tentunya akan dikecam jadi bukan ASIX karena diberikan suplementasi ini).

Hal ini masih jadi perdebatan di IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), ketentuannya mau diambil yang mana. Sementara anjurannya, jika sudah menginjak umur 1 tahun baiknya di screening darah untuk mengetahui apakah anak kita mengalami defisiensi zat besi. Defisiensi Zat Besi sendiri ada 3 tahapannya. Tahap 1 dan 2 itu tidak dapat terlihat/terdeteksi dari penampakan luar anak. Namun jika benar anak kita mengalami defisiensi zat besi tahap 1 dan 2, akan mempengaruhi perkembangan kognitifnya dia kedepannya. Sedang tahap 3 defisiensi zat besi adalah anemia (anak tampak pucat lemah letih lesu).

Setelah konsultasi dengan dr. Yovita. Beliau menganjurkan untuk di screening terlebih dahulu sebelum memberikan suplementasi tambahan. Issue lainnya pada Aghnan karena dia G6PD Deficiency. Anak G6PDD itu cenderung punya kandungan zat besi lebih tinggi dibanding anak sepantarannya. Untuk itu, jika diberikan suplementasi tambahan takutnya malah akan over dosis zat besi. Rada mencelos sih kalau anak harus diambil darah gitu buat screening cuman yah demi dia juga. Tapi berhubung kemarin Aghnan sudah heboh karena di vaksinasi varicella sama hepatitis A sekaligus, jadinya pas 15 bulan aja deh screening test darahnya. Takutnya si Aghnan trauma dan emoh ke dokter lagi.

Oh iya, awalnya memang mestinya vaksinasi PCV/IPD. Cuman dr. Yovita menyarankan pada saat 15 bulan saja. Nunggu PCV-10, biar lebih komplit untuk booster nya. Jadinya kemarin varicella sama hepatitis A aja dulu. Aku sama mas keluar ruang dokter dengan hati yang puas. Pasti bakal balik ke dr. Yovita lagi buat next visit. Kadung jatuh cinta. Aghnan juga sih kayanya.. 😆

Anihoo, setelah dari RS. Puri Indah. Kita langsung meluncur ke Grand Indonesia. Judulnya mau belanja bulanan tapi sebelumnya mampir lunch dulu di Social House. Everthing went well. Pesen-pesen makanan. Dan pas makannya pun menyenangkan sekali. Aghnan aku cobain makan omellete isi keju sama turkey. Anaknya suka bangeet dan habis setengah porsi. Roti panggangnya pun dia doyan. Udah hepi melihat makannya Aghnan, langsung berubah khawatir begitu melihat mulutnya Aghnan yang tiba-tiba bengkak dan benjol-benjol. Astaghfirullah, Aghnan terkena reaksi alergi. Langsung dong curiga sama turkey nya. Soalnya telor (putih dan kuning), keju sama roti kan Aghnan sudah lolos 3 hari alergi.

Tadinya masih pede mau lanjut ke Ranch Market buat belanja. Tapi begitu habis disusuin, kok makin menyebar ke belakang leher. Mulai gak tenang akhirnya memutuskan balik ke rumah. Sampai di rumah, reaksinya mendingan. Aghnan pun masih bisa ketawa-ketawa. Trus bobo siang deh. Eh baru setengah jam dia bangung sambil nangis-nangis. Di cek, ternyata reaksi alerginya sudah menyebar ke seluruh tubuh dia. Dan makin parah. Mata dan bibir sampai bengkak. Dan menjalarnya sampai ke selangkangan Aghnan. 🙁

Aghnan pun nangis terus-terusan dan gak berhenti garuk sana garuk sini. Aku patah hati banget melihat Aghnan begitu. Rasanya pengen itu semua penyakitnya dikasih ke aku semua. Sediiiih banget rasanya dan kalau gak ditahan-tahan pasti udah nangis T_T. Ya ngeliat anak yang biasanya ceria banget dan full senyum, jadi nangis-nangis kesakitan gitu. Hiks.. Hiks.. Cuman melihat para eyangs yang udah nangis bombay. Aku harus tough. Langsung deh telpon dr. Yovita buat cari solusinya. Aku sempat curiga apa mungkin reaksi alergi dari imunisasi nya? Cuman kata dr. Yovita kalau mulai bentolnya dari mulut berarti kemungkinan besar karena makanan.

Disarankan, buat kasih antihistamin seperti CTM dan Cetirizine (Ozen / Ryvell drops) jika gatalnya sudah sangat mengganggu. Dan kalau alerginya sudah berat (mata dan bibir bengkak banget) itu harus segera dibawa ke rumah sakit karena takut pembengkakan terjadi di saluran pernafasan yang bisa fatal kalau tidak segera diobati (biasanya kalau separah itu harus segera suntik adrenalin) . Langsung deh suruh ayah beli Ryvell drops seperti yang disarankan dokter Yovita. Sementara aku (seperti yang diminta dokter Yovita) mengirimkan foto Aghnan ke emailnya dokter Yovita. Melihat fotonya Aghnan, dokter Yovita menilai alerginya tidak terlalu berat sampai harus dibawa ke RS. Beliau menyarankan untuk di berikan antihistamin dan observasi 2-3 jam sambil terus kabari dia perkembangannya.

Alhamdulillah setelah diberi antihistamin, Aghnan langsung bisa bobo. Tapi sempat kebangun malamnya kemudian muntah cukup banyak terus lanjut bobo lagi (kayaknya muntahin penyebab alergi nya dia). Dan maunya bobo kalau digendong. Jadinya sampai jam setengah 2 pagi aku gantian nungguin dan gendong sama si mas.  Alhamdulillah, pas bangun paginya dia udah tersenyum lagi. *sujud syukur*. Besoknya sempat muntah sekali lagi, yang membuat aku memutuskan agar dia di karantina dulu deh dan jangan keluar-keluar dulu. Tapi Aghnan sudah kembali ceria seperti biasanya. 😀

Bersyukur bisa tetap tenang melewati masa-masa horor itu. Dan semoga gak kejadian lagi deh *amit-amitgebrakgebrakmeja*. Jadi nambah obat yang wajib bawa di kotak P3K kita. Hiks memang ya alergi itu gak bisa ketebak. Bersyukur banget juga bisa ketemu sama dsa yang mau digangguin via telpon dan email kaya dr. Yovita di hari yang sama. Dan kita pun di guide terus agar terus rasional. Alhamdulillah ya Allah.

Tentang RUM

RUM singkatan dari Rational Use of Medicine. Lagi ngetren ya sekarang soal RUM ini. Bahkan sampai jadi bahan berantem di twitter. Macam kayak dulu ASIX vs Sufor. Pemicunya sih sama, ada ajaa yang terlalu gatel kalau gak rempong sama urusan orang lain. Anihoo, gw gak mau ngomongin itu, cuman mau share tentang gw dan RUM.

Waktu awal gw heboh menggalakkan ASIX ke Aghnan (ini bahkan waktu masih hamil), ada satu orang temen aku yang bilang “Sukses ya ASIX nya, terus kalau sukses ASIX, RUM juga ya. Percuma kalau ASIX tapi gak RUM” Saat itu cuman diiyakan saja. Karena di pikiran gw apaan sih RUM itu? Terus sahabat baik aku juga ngasih buku nya dr. Purnamawati yang Q&A Smart Parents and Healthy Children itu. Aku lihat sekilas lalu taro di rak buku. Masih belum on soal RUM ini. Dipikiran gw waktu itu, kalau sakit ya tinggal ke dokter anak saja. Kasih obat, sembuh deh.

Mulai tergampar waktu Aghnan di diagnosis G6PD Deficiency sebagai penyebab kuningnya dia waktu lahir. Dan waktu itu aku dapat dsa yang sama sekali tidak ok, penjelasan gak lengkap dan gak jelas soal G6PDD ini. Gw cuman dikasih daftar obat-obatan yang harus dihindari sama Aghnan, dan begitu ditanya kalau ter ekspos dengan salah satu obat-obatan ini bagaimana? Jawabannya sekali lagi gak jelas dan aku cuman menangkap kata-kata “fatal” dan “kematian”. MasyaAllah.. Rasanya jantung lemes dan keluar dari ruang dsa itu dengan mata berkaca-kaca. Sangat tidak menenangkan dan bikin resah. Akhirnya pindah dsa (sampai dua kali) terutama buat konsultasi soal G6PDD ini. Sampai akhirnya pindah dsa ke dr. Purnamawati walau hanya untuk dapat penjelasan komprehensif. Dan aku bisa diskusi enak dengan apa pun yang sudah aku google perihal G6PDD ini.

Belajar dari pengalaman yang pertama itu. Akhirnya aku mulai rajin google soal ini itu. Dan berhubung banyak daftar obat yang harus dihindari sama Aghnan. Mulai deh melirik soal RUM. Apa itu RUM dan sebagainya. Buku Q&A Smart Parents and Healthy Children jadi my new best friend (thanks to PitPit). Dan mulai gabung ke milis sehat (sehat@yahoogroups.com) asuhan dr. Purnamawati.

Karena sudah baca buku itu dipadu dengan rajin google dan baca segambreng email dari milis sehat, begitu Aghnan mengalami demam yang pertama aku gak panik. Begitu juga dengan batuk dan pilek perdana Aghnan. Aku masih bisa tenang (walau rasanya udah pengen ngacir ke dokter). Tapi untung yang aku alami cuman kasus common cold biasa. Gimana kalau sampai kejang demam, diare dan muntah-muntah hebat? Bisa tetap tenang atau langsung panik ya? Apalagi ya, banyak tenaga medis sekarang yang komersil banget. Semakin panik pasien, itu daftar obat nya makin banyak. Dan terkadang, tanpa dilakukan observasi lama (kejar setoran, biar dapat pasien banyak 🙁 ). Bahkan ada juga yang ekstrim, dipegang bayinya aja juga gak. Cuman dilihat di dengerin nafasnya (not even pake stetoskop) langsung di suruh rawat inap 3 hari, pasang infus (ini yang paling horor, gw aja benci setengah mati dipakein infus, gimana adek bayi 🙁 ) dan in the end kasih obat yang banyak banget. Padahal kalau aku dengar ceritanya pasti cuman kasus common cold biasa. 🙁 Yang berarti penyebabnya adalah virus (apalagi kalau tertular dari orang dewasa), dan virus itu tidak ada obatnya. Anti biotik itu untuk mengobati infeksi bakteri bukan virus. CMIIW.

Gw yakin kasus kayak gitu banyak banget terjadi. Dan yang bikin ngilu, soalnya ya itu. The patient doesn’t treated fairly. Disuruh terima aja. Dan kalau kita argumen, dibilang kita sok pintar dan sebagainya ( oh yes, sudah ngalamin seperti itu ). Padahal buat kita yang penting kita dapat penjelasan yang jelas dan komprehensif. Itu kan hak kita. Padahal, kalau tenaga medis itu memang merasa pintar karena sudah sekolah bertahun-tahun, harusnya bisa dong menjelaskan sesuatu yang kompleks dengan bahasa yang bisa dimengerti orang umum dan tetap dengan logika.

Sadar ilmu aku soal RUM ini masih sangat super cetek. Akhirnya begitu Pesat12 Jakarta dibuka pendaftaran. Langsung daftar komplit ke 5 sesinya. Soalnya ya itu. Walaupun RUM tapi aku default nya itu panikan. Jadi takut kalau anak sakit, panik, heboh, ngacir ke dokter dan dokter menyarankan apa aja aku akan iya iya aja karena gak cukup ilmu. Padahal bisa jadi segala saran itu tidak diperlukan atau bisa over treated

Topik yang dibahas di kelima sesi tersebut antara lain adalah:

SESI I
Topik 1: Kesehatan Gigi pada Anak
Kapan sebaiknya anak mulai dibawa ke dokter gigi? Bagaimana membersihkan gigi anak dengan baik dan benar? Kapan ya anak perlu pasta gigi? Tahukah Anda bahwa kesehatan gigi susu akan mempengaruhi gigi tetap anak kelak? Temukan jawabannya di sini.
Topik 2: Seputar Imunisasi
Bagaimana kerja vaksin dalam melindungi tubuh? Apakah imunisasi ada efek sampingnya? Apa yang dimaksud dengan catch-up immunization? Apa itu imunisasi simultan? Dan banyak lagi. Semuanya akan dikupas tuntas di sini.
Topik 3: Common Problems I (Batuk Pilek, Bronchitis, Radang Tenggorokan, Asma)
Batuk pilek dan asma adalah beberapa penyakit yang sering diderita anak-anak. Apakah setiap anak pilek dengan napas ”grok” berarti asma? Bagaimana membedakan pilek dengan asma? Apakah radang tenggorokan itu? Bagaimana gejalanya? Kebanyakan penyakit anak-anak disebabkan oleh infeksi virus. Sudah tahukah kita tata laksana yang tepat untuk itu? Diskusikan disini.

SESI II
Topik 1: Demam, Kejang Demam, Demam dengan Ruam
Tuhan menciptakan mekanisme demam, pasti ada maksudnya. Tahukah kita bahwa demam bukan penyakit, melainkan gejala atau petunjuk adanya suatu penyakit atau infeksi? Kapan saat yang tepat untuk memberikan obat penurun demam? Berbahayakah kejang demam?Apakah tiap kali anak mengalami demam perlu diberi obat anti kejang? Agar tak selalu bingung dan panik ketika anak demam, ikuti penjelasan tentang demam dan kejang demam,berikut tata laksana penanganannya secara rasional.
Ketika demam, muncul ruam merah di leher dan dada anak saya, berbahayakah? Kenapa setelah demam turun justru muncul ruam merah pada anak? Kenali macam-macam demam dengan ruam di sesi ini.
Topik 2: Menilai Perkembangan Anak
Seorang anak tidak hanya bertambah berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) saja, tetapi ia juga mengalami perkembangan emosi dan intelektual. Bagaimana menilai perkembangan anak dengan bijak dan obyektif? Bagaimana memberikan stimulasi dini yang tepat pada anak? Bagaimana sebaiknya menangani perilaku tantrum (temper tantrum) pada anak? Dan masih banyak lagi yang dapat Anda diskusikan bersama narasumber pada sesi ini.
Topik 3: Pendidikan Seks pada Anak
”Bu, adik bayi asalnya dari mana?” ”Bagaimana bisa adik bayi dikeluarkan dari perut Ibu?” Sering bingung menjawab pertanyaan-pertanyaan sejenis itu yang ditanyakan oleh anak Anda? Bagaimana cara yang tepat untuk menjelaskan masalah seputar seks pada anak? Temukan jawabannya pada sesi ini.

SESI III
Topik 1: Kegawatdaruratan pada Anak serta Cara Penanganannya
“Bagaimana nih, anak saya tanpa sengaja terkena air panas!” “Tolong, anak saya jatuh, apa yang harus saya lakukan?” ”Anakku mimisan, bagaimana ya menghentikannya?” Bagaimana cara penanganan yang tepat untuk keadaan gawat darurat seperti ini pada anak? Temukan pada sesi ini.
Topik 2: Menilai Pertumbuhan Anak
Orang tua cenderung menghabiskan banyak pikiran dan energi untuk urusan berat badan (BB) anak. Apakah anak gemuk itu pasti sehat? Dan apakah anak yang cenderung langsing/kurus itu pasti kurang gizi? Bagaimana cara membaca growth chart yang benar? Apa itu Body Mass Index (BMI) dan apa fungsinya? Mari kita menilai pertumbuhan anak dengan bijak.
Topik 3: TBC
Flek di paru-paru = TBC, benarkah demikian? Tahukah kita bahwa menegakkan diagnosa TBC pada anak itu sangat sulit? Over diagnosed of TB berkonsekuensi anak harus rutin minum obat anti TBC yang akan berefek pada kesehatan hatinya. Temukan penjelasan yangsebenarnya pada sesi ini.

SESI IV
Topik I: Layanan Kesehatan terbaik untuk Konsumen, Rational Use of Medicine (RUM)
Bagaimanakah konsep layanan kesehatan yang seharusnya? Dapatkah terjalin suatu kemitraan yang kuat antara pasien dengan dokter? Siapakah yang memikul tanggung jawab layanan kesehatan? Apakah setiap gejala penyakit harus diobati (a pill for an ill)? Perlukah kita mengetahui efek samping dari obat? Apa beda obat paten dengan obat generik? Apa itu polifarmasi? Dan banyak pertanyaan lainnya. Jangan sampai ketinggalan diskusi ini agar kita dapat lebih bijak dan rasional menggunakan obat.
Topik 2: Common Problems II (Diare, Konstipasi, Muntaber, Gastroenteritis)
Diare, muntah, sakit perut, batuk dan pilek adalah beberapa penyakit yang sering dideritaanak-anak. Kebanyakan penyakit anak-anak disebabkan oleh infeksi virus. Sudah tahukahkita tata laksana yang tepat untuk itu? Does my child really need drugs? Bagaimana caramenghentikan konstipasi berulang pada anak? Diskusikan disini!
Topik 3: Mikroba dan Antibiotika
ANTIBIOTICS, NEW THREAT IN YOUR LIFE: ANTIBIOTIC RESISTANCE (Antibiotik, krisis yang mengancam: bakteri yang sudah kebal/resisten terhadap antibiotik).
Antibiotik adalah obat yang istimewa, mereka membantu tubuh kita melawan infeksi bakteri. Pemakaian antibiotik yang tepat dapat menyelamatkan jiwa saat kita terancam infeksi bakteri yang serius.
Ingus anak sudah berwarna hijau. Apakah itu pertanda ia perlu diberi antibiotik? ”Kalau diresepkan antibiotik, harus dihabiskan….”. Benarkah? Temukan penjelasan tentang antibiotika, saat tepat untuk mengkonsumsi dan tata laksana konsumsi antibiotika, dalam sesi ini.

SESI V
Topik 1: Kuning pada Bayi (Jaundice)
Apa yang menyebabkan kuning pada bayi baru lahir? Berbahayakah itu? Apakah tes bilirubin mutlak dilakukan pada setiap bayi baru lahir? Apakah untuk menghilangkan jaundice in newborn mutlak dilakukan penyinaran? Diskusikan pada sesi ini.
Topik 2: Makanan Pendamping ASI dan Nutrisi Tepat untuk Tumbuh Kembang Anak
Bagaimanakah cara yang paling baik untuk memperkenalkan solid food? Bingung ketika anak mengalami GTM (Gerakan Tutup Mulut)? Pusing karena anak sedikit atau susah sekali minum susu? Seperti apa konsep pemberian makan yang baik pada anak? Bagaimana menterjemahkan piramida makanan dalam pola makan anak sehari-hari? Temukan pembahasannya disini.
Topik 3: Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, dan Typhus
Bagaimanakah mengetahui gejala demam berdarah sejak dini? Apakah jumlah trombosit yang turun berarti positif demam berdarah? Dan bagaimana tata laksana penanganan demam berdarah? Apakah gejala typhus merupakan diagnosis yang valid? Bagaimana mengetahui seorang pasien positif typhus? Semua akan dibahas panjang lebar di topik ini.

Sesi I dan II sudah diikuti. Dan bersyukur bisa ikut Pesat. Soalnya ilmu nya jadi nambah banget. Yang tadinya cuman setengah yakin jadi lebih yakin. Yang aku suka. Tiap pembicara, memberikan makalah yang lengkap untuk masing-masing topik. Jadi waktu dirumah kita bisa baca-baca lagi. Kalau dulu aku rekomen kelas menyusui nya AIMI. Aku juga rekomen PESAT ini buat semua new parents.

Gak sabar sampai semua sesi selesai. Jadi orang tua memang never ending learning process yaaa..

Susu UHT vs Pasteurisasi

Setelah Aghnan menginjak 1 tahun, aku memang berniat untuk memperkenalkan dia dengan susu sapi. Kalau baca di wholesomebabyfood, pada saat usia sudah 12 bulan, sudah bisa diberikan wholemilk /cow milk. Dan memang buat anak yang pada waktu bayi nya alergi susu sapi, biasanya menginjak usia 12 bulan, alergi itu sudah tidak ada. Nah, kalau baca-baca beberapa referensi (baik milis/forum/memantau TL ibu-ibu yang anaknya menginjak 1 tahun 😛 ). Rata-rata pada memberikan susu sapi UHT atau pasteurisasi ke toddler nya dibanding sufor. Hal ini disebabkan komposisinya hanya susu sapi segar yang di masak dengan proses UHT atau pasteurisasi. Proses pembuatannya pun relatif tidak lama sehingga membuat nutrisinya masih terjaga.

Kalau tanya kenapa gak sufor? Buat aku UHT dan Pasteurisasi lebih unggul dibanding Sufor. Diantaranya adalah karena proses pembentukan UHT itu lebih alami dibanding proses pembentukan sufor. Dan biasanya karena sufor itu mengenyangkan, jadi buat toddler yang suka minum susu, minum sufor jadi cepat kenyang dan jadi susah makan atau GTM (baca beberapa pengalaman ibu-ibu). Lainnya lagi, pemberian sufor yang BENAR itu lebih ribet. Hehehe karena setahun ini terbiasa kasih ASI langsung buka warung, ngebayangin mesti kasih sufor dan prosedurnya kok males ya. Wkwkwkwkwk. Ya soalnya setau aku, IMHO, bikin sufor itu gak bisa sembarangan. Kalau kata si mama, harus pakai air panas (supaya bakteri-bakterinya mati) dan kalau disajikan ke anaknya harus tunggu dingin dulu. Berita bakteri sakazaki yang heboh ada di sufor kemarin itu, pasti karena waktu menyajikan sufornya cuman pakai air suhu ruangan biasa. Atau bahkan dicampur. Karena berkali-kali di konfirmasi bahwa tidak ada sufor yang mengandung bakteri sakazaki itu. Biasanya karena waktu menyajikan sufor tidak sesuai dengan aturan.

Nah, apa sih perbedaan proses UHT dan Pasteurisasi? Mari kita lihat tabel perbandingan yang sudah aku buat dibawah:

Berdasarkan perbandingan diatas akhirnya aku memutuskan untuk mencoba memperkenalkan UHT ke Aghnan dibandingkan Pasteurisasi. Awalnya Aghnan sempet gak mau, kagok kali sama rasanya. Tapi beberapa kali dicoba akhirnya dia mau-mau juga. Aku cobain yang merk Ultra dan hari ini mau coba yang Greenfields. Doain ya semoga Aghnan gak alergi susu sapi ini. *harap-harapcemas*. Semoga perbandingan diatas dapat memberi pencerahan buat para ibu-ibu yang belum mengerti bedanya susu UHT dan Pasteurisasi yaa.. 🙂

Buat yang kemaren heboh nanya-nanya di twitter “Emang udah gak ASI lagi?”. (Nanggepinnya juga malas sih, soalnya gw mau kasih Aghnan apa ya bukan urusan loe yaa.) Tapi gini prinsip gw. Selama ASI gw masih ada, gw akan terus kasih ke Aghnan. Dan insyaAllah pengennya tetap bisa menyusui langsung sampai 2 tahun. Amiin.

Sumber:

http://en.wikipedia.org/wiki/Pasteurize

http://en.wikipedia.org/wiki/UHT

http://lita.inirumahku.com/health/lita/secuil-tentang-produk-susu-sapi/

Papsmear? Done!!

Hehehe harusnya sih aku sudah harus papsmear waktu Aghnan umur 6 bulan. Cuman maju mundur terus kayak undur-undur gak jelas. Alasannya:

  1. Takut
  2. Takut
  3. Takut

Yes, emang gw cemen urusan beginian.. 😆 Apalagi waktu google soal pap smear malah keluar ilustrasi kayak begini:

Gimana gak makin ngejimprak gw nya. Hohohoho.. Maklum, Aghnan kan waktu lahiran lewat atas (baca: c-sect) dan c-sect yang direncanakan (karena Aghnan sungsang sampai 38 week), jadi aku gak pernah banget tuh ngerasain namanya cek bukaan dll nya itu. Jadi masih perawan tuh bagian situ sama tangan obgyn.. Hohohoho.. 😆

Tapi yaa demii kesehatan kan? Apalagi gw terngiang-ngiang sama ucapan temen gw “kalau sudah nikah apalagi melahirkan jangan malas pap smear yah?“. Iyah temen ku itu punya pengalaman pahit, kakaknya meninggal karena kanker serviks stadium lanjut. Dan dia meninggalkan 2 orang anaknya yang masih balita :(. Hal itu tidak terdeteksi di awal karena dia malas banget pap smear. Padahal kanker serviks itu kalau terdeteksi di awal masih bisa ditanggulangi loh. Untuk lebih jelasnya bisa baca postinganku yang ini tentang kanker serviks.

Alhasil aku akhirnya memberanikan diri untuk pap smear kemarin. Sama siapa? Sama obgyn tercinta dr. Bowo dong. Tadinya mau selingkuh obgyn sama dr. Ridwan di KMC. Alasannya sih biar sekalian sama Aghnan imunisasi ke KMC sama dr. Wati. Tapi karena dr. Wati gak praktek dan Aghnan jadinya re-schedule, hasilnya batal juga aku selingkuh obgyn. Hohohoho.. Emang dasar gak boleh berpaling hati, pas Sabtu kemarin aku sama mas ketemu dr. Bowo di Plaza Indonesia aja gituu.. Ya udah deh, haha hehe bentar dan langsung meniatkan hati untuk ke RSIA Bunda hari Senin nya.

Sebetulnya sih ada jadwal pap smear di klinik kantor. Cuman kemaren terlewat karena aku pergi dinas. Dan daripada nunggu ini itu nya lama lagi alhasil ya aku ke RSIA Bunda saja deh. Di daftarin sama si mas paginya. Trus pulang kantor langsung ke Bunda deh. Hehehehe sekalian nostalgia deh. Nunggunya agak lama. Sampai resah gelisah. Yaa sebetulnya faktor nervous aja karena pap smear perdana. Sambil nunggu main monopoli aja sama si mas di ipad.

Sampai akhirnya waktu dipanggil masuk. Ketemu si dokter haha hehe dulu. Hihihi dr. Bowo emang asik orangnya. Santai, rileks dan hobi guyon. Ditanya mau ngapain? Aku bilangnya mau pap smear. Eeh si dokter malah bilangnya gini “oooh, aku pikir ibu hamil lagi” *doeeeeengg*.. T_T

Oh well, akhirnya disuruh ke tempat pap smear. Iyaa akhirnya gw duduk di kursi ituu, kursi yang kakinya di gantungin diatas itu looh. Hehehehe.. Di posisikan sedemikian rupa sama susternya. Kemudian baru dokternya masuk. Si mas ada disamping aku dan megangin tanganku. Seperti biasa, dokternya permisi dulu dan entah itu apa yang dimasukin dingin-dingin yang jelas gw disuruh rileks. Prosesnya asli cepet banget. Bener kata Nita, cuman 30 detik doang (gw sengaja ngitungin Nit 😛 ) . Dan yang jelas kalau kita rileks, painless dan gak berasa apa-apa. 😀

Siip deh, papsmear nya selesai. Udah gak ada hutang dan guilty feeling lagi deh. Katanya sih hasilnya baru selesai sekitar 2 minggu lagi (lama ajee di Bunda, kayaknya di tempat lain 3 hari selesai). Terus kata dokternya, biasanya kalau di Bunda, kalau kita gak di telpon biasanya hasilnya bagus. Kalau di telpon (semoga gak, jangan sampai, gebrak-gebrak meja) biasanya ga bagus hasilnya 🙁 . Yah Bismillah aja deh, semoga hasilnya normal semua sehingga bisa langsung vaksin serviks akunya. Better late than never kan?

Hayoo yang belum papsmear siapa? Hayoo ngacung..  Kalau sayang anak, segera papsmear yaa.. 😀 *sombongmentangmentangudahpapsmear* 😆